This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 31 Desember 2011

Belajar dari ulat


http://www.butterflyireland.com/MonarchPupa1d.jpgOleh Windi Nugraha Fadillah
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah yang segala nikmat-Nya kita dapat hidup bahagia di bumi-Nya ini, kita masih bisa menghirup udara pagi yang segar sehingga kita bisa merasakan keagungan dan kekuasaan-Nya Yang Maha Besar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasul kita, rahmat bagi seluruh alam, pemberi syafaat untuk kita di akhirat, dan teladan kita semua, Nabi Muhammad S.A.W.





Sahabat, jika kita melihat seekor ulat yang merayap di pohon atau dinding luar rumah, tentu kita akan merasa jijik melihatnya. Bahkan tak jarang ada orang yang membunuh ulat itu tanpa pandang bulu, tanpa berpikir jika ulat itu ingin hidup lebih lama untuk menjad kupu-kupu yang sempurna. Ulat selalu saja dipandang sebelah mata oleh manusia, selalu dipandang sebagai perusak, penganggu, hama, dan sebagainya.

Penampilan ulat memang ada yang mengerikan karena bulu-bulunya yang lebat dan adapula yang berbulu tajam serta besar ukurannya. Ada juga yang tidak berbulu dan berwarna hijau muda, terlihat cute, tetapi masih ada saja orang yang jijik terhadapnya, padahal ulat itu adalah makhluk Allah yang harus kita sayangi. Ada ulat yang senang memakan tanaman para petani, lantas petani itu membasminya, dan selalu menyalahkan ulat karena tanamannya rusak, tapi apakah petani itu sudah bersyukur kepada Allah atas hasil panennya? Apakah petani itu sudah bertaqwa kepada Allah? Jika Allah Berkehendak, tentu ada tujuannya. Jika para petani itu tidak bersyukur atas nikmat Allah berupa hasil panen, maka patutkah kita menyalahkan ulat karena ulah kita sendiri yang tidak bertaqwa dan bersyukur kepada Allah?

Coba kita berpikir untuk menelaah bagaimana siklus kehidupan ulat ini. Dia menetas dari sebutir telur yang sangat kecil yang menempel pada daun atau dahan pohon. Kemudian seiring berjalannya waktu, ulat itu menetas dari telurnya dan mulai mencari makanannya. Setelah tubuhnya mulai menjadi besar dan dewasa, dia mulai memperbanyak makan untuk persiapan proses metamorfosis, setelah dirasa cuukup memenuhi perutnya, maka proses metamorfosis dimulai. Mula-mula ulat akan mendekati dahan pohon, lalu ulat itu mengeluarkan benang-benang lendir dari mulutnya untuk membentuk sebuah pupa/kepompong. Setelah beberapa waktu berada didalam kepompong, akhirnya ulat itu berubah menjadi kupu-kupu yang indah.
Perjuangan yang sangat luar biasa yang dialami kupu-kupu baru ini, dia sungguh kesulitan ketika keluar dari kepompongnya karena kondisi badannya yang basah dan sayap yang berat karena masih mengandung air, dengan susah payah dia keluar, secara otomatis air yang berada didalam sayap kupu-kupu itu terperas oleh kepompong, kemudian sayap kupu-kupu itu menjadi kering dan kuat untuk membawanya terbang, dan sayapnya itu sungguh indah jika dipandang karena pola gambar di sayapnya yang beraneka rupa dan warna, Subhanallah.Setelah menjadi kupu-kupu, dia mencari makan dengan menghisap nektar bunga. Secara tidak langsung, kupu-kupu itu telah menggoyangkan benang sari dan menjatuhan butir sari ke kepala putik, sehingga bunga itu dapat mudah berkembang biak, meski daur hidupnya tidak lebih dari 53 hari, tetapi kupu-kupu sangat memberi manfaat kepada makhluk Allah lainya, yaitu bunga. Karena sayapnya yang indah, tidak sedikit manusia yang mengagumi keindahan kupu-kupu tersebut dan ingin menjaganya supaya tidak punah.
Sahabat, apakah pelajaran yang bisa kita petik hikmahnya dari daur hidup ulat diatas? Kita ibaratkan ulat itu sebagai manusia. Jika ingin menjadi manusia yang baik, tentunya memerlukan beberapa tahapan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Manusia sering melakukan kekhilafan baik disadarinya mupun tidak, melakukan maksiat dan dosa yang tidak diridhoi Allah, dan hal ini tentu adalah sesuatu yang buruk, kekhilafan ini adalah sebagai ulatnya.

Ketika manusia itu tersadar akan semua kekhilafan, dosa, dan perbuatan maksiatnya selama ini, dia lantas segera bertaubat kepada Allah. Proses Taubat juga tidak mudah, perbuatan yang buruk selama ini harus diganti degan perbuatan yang baik, tujuannya adalah untuk menghapus perbuatan yang buruk itu. Harus diawali dengan membiasakan berbuat sesuatu yang ma'ruf, yang paling sulit adalah memulai segala sesuatu, jika permulaan yang baik itu sudah menjadi kebiasaan, tentunya akan menjadi hal yang mudah. Proses taubat ini membutuhkan waktu yang tidak singkat, proses taubat ini adalah sebagai kepompongnya.

Setelah proses taubat itu berjalan dengan baik, beristighfar, lalu menyesal dengan segala perbuatan buruk yang telah dilakukan dulu, kemudian berjanji untuk tidak melakukannya lagi, diiringi dengan perbaikan perubahan sikap yang selalu berada dalam kebaikan, dan berusaha untuk konsisten dengan perbuatan ma'rufnya itu. Apabila ada yang meminta tolong kepadanya, maka dia dengan senang hati menolong orang tersebut, bersikap sopan dan ramah kepada semua orang, selalu ingin membantu kesulitan orang, tetapi dia sendiri tidak ingin dibantu oleh siapapun, kecuali mengharap pertolongan dari Allah semata. Perbuatan ma'ruf ini adalah sebagai kupu-kupunya.

"Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum". Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'am [6] : 54).

"Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar." (QS. An Nisa [4] : 146).

Ya Allah, ampunilah kesalahan kami, terimalah taubat kami, peliharalah keihlasan kami, dan jagalah diri kami dari segala perbuatan dosa agar kami senantiasa selalu berada dijalan-Mu.
Wallahu'alam.

sumber

Mantan tentara zionis Israel bongkar genosida 1948

PALESTINA – Mantan tentara zionis Israel, Amnon Neumann membongkar kekejaman-kekejaman Israel, pembersihan etnis Arab, pembunuhan besar-besaran, kolonialisasi dan rasisme yang dibawa untuk melawan rakyat muslim Palestina di dalam perang 1948.

Dalam sebuah video testimoni, Amnon Neumann mengatakan dia berpartisipasi di dalam pengusiran rakyat Palestina dari desa-desa mereka.
Mengakui kejahatannya, Neumann menggambarkan bahwa dia membantu membunuh rakyat muslim Palestina, membakar desa-desa dan mengejar perempuan dan anak-anak.
“ini sangat jelas. Kami datang untuk mewarisi tanah itu. Darimana anda mewarisinya? Jika tanah itu kosong, anda mewarisinya tidak dari siapapun. Tanah itu tidak kosong ketika kami mewarisinya”, katanya.
Veteran Israel ini, yang adalah seorang mantan “pejuang” (penjajah)Palmach, mengatakan alasan Nakba tahun 1948 adalah “Ideologi Zionis”.
“seperti semua pergerakan ultranasionalis, Zionisme mensyaratkan pembunuhan dan pengusiran dan penghancuran semua bukti keberadaan mereka. Mereka yang tidak dihancurkan harus dengan permanen ditundukkan oleh etnis yang bertanggungjawab”, ujarnya.
Penjajahan Israel pada tahun 1948 terhadap Palestina, dikenal dengan nama “Hari Nakba” atau “Hari Bencana” dimana sekitar 700.000 muslim Palestina mengungsi, memaksa mereka untuk mengungsi ke berbagai negara.
Tel Aviv tidak mau kompromi terhadap hak kembali (ke tanah mereka) rakyat Palestina yang mengungsi pada perang tahun 1948 dan bahkan terhadap keturunan mereka (selamanya).
Rakyat Palestina telah lama menegaskan bahwa para pengungsi memilik hak moral dan hak legal untuk kembali ke tanah mereka dimana mereka dipaksa angkat kaki dari sana selama perang Israel-Arab berlangsung pada tahun 1948 dan 1967.
Catatan diatas  hanyalah sebagian kecil dari berbagai kebiadaban zionis Israel terhadap kaum muslimin di Palestina. Dan catatan kebiadaban mereka masih berlangsung hingga kini, apa yang mereka katakan sebagai ‘pembunuhan dan pengusiran’ masih mereka lakukan sampai saat ini, dimana orang-orang tak bersalah dibunuh oleh manusia-manusia terlaknat pasukan zionis Israel dengan tank-tank berat, senjata-senjata canggih, pesawat-pesawat pembunuh yang mengintai kaum muslimin Palestina setiap harinya.

EPAD ISLAMI






Assalamualaikum Warohmatulloh Wabarokatu.

Alhamdulillah Telah hadir Tablet EPAD yang bisa diisi aplikasi Islami, sperti Al Qur'an dengan Suara lengkap beberapa Qari Pilihan,
Seperti:

Muhammadi Jibril
Muhammad Ayub
Saood Ash Syuraim
Mohammad At Tablaway
MInshawy Mujawwad
Minshawi
Maher Al Muaqly
Hudhaify
Husary Mujawad
Husary
Hani Rifai
Ibrahim Walk (English Translation)
Ghamidi
Al Afasy
Abu Bakar Ashatree
Assudais
Abdullah Bassfar
Abdul Basit
Abdul Basit Mujawad

Teknologi Tablet PC dengan Fitur Islam Terlengkap.

Spesification :
- Operating System:Android 2.3 CPU:WM8650 800MHZ.
- Java : Web video with YouTube Icon, Stereo speaker, Audio/video player, E-book, Document to Go (Word, Excel, Powerpoint, pdf), Gmail, Google Search, App market, Clock, G-sensor
- Color : Black
- Layar : TFT Resistive Touchscreen - 4 Dimensional gravity sensing
- Ukuran layar : 7 inchi, WVGA wide-screen, 800x480(16:9)
- WLAN : IEEE802.11b/g/n wireless network
- Ukuran/Berat : 19.85cm - 12.7cm - 1.68cm / -
- Audio Jack : 3,5mm Jack Audio
- Memori Internal : 512 MB RAM, 4 GB ROM Storage
- Memory External : Micro SD Card up to 32GB
- Bluetooth : Tidak tersedia
- Infrared : Tidak tersedia
- Kamera Depan : VGA
- Video Record : Ya
- Audio Record : Ya
- Browser : HTML
- GPS : Tidak tersedia
- Messaging : Email
- TV : Tidak tersedia
- Radio : Tidak tersedia
- Stand by : 4 Jam
- Talk Time : -
- Tipe Baterai : Lithium ion 1450 mAh
- Video Player : MPEG1/2/4,MJPG,H263, H264 Player
- MP3 Player : MP2, MP3, WAV, AAC, WMA Player

Fitur KeIslaman :
- Al Qur’an Lengkap 30 Juz, 114 Surat, berikut terjemahan
- Teks Arab menggunakan huruf Othmanic
- Resitasi suara dari Qari Teremuka
- Teks Terjemahan dalam 28 Bahasa
- Pilihan surat dan ayat yang ditampilkan
- Pilihan Tafsir dan Hadits bahasa Indonesia
- Arah Kiblat kota-kota besar Indonesia dan dunia
- Waktu Sholat kota-kota besar Indonesia dan dunia

PAKET PENJUALAN TERDIRI DARI :
1. TABLET EPAD 7 "
2. CHARGER
3. Dongle Modem
4. BUKU PANDUAN
5. KARTU GARANSI (GARANSI 1 TAHUN)

Harga Rp.1.500.000,- (Sudah Ongkos Kirim)


PEMESANAN BISA HUBUNGI SDR RUDIANTO HP 081319107800

Jumat, 30 Desember 2011

Kitab Syi'ah Melaknat dan Mengafirkan Abu Bakar, Umar dan 'Aisyah

Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb pencipta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam.
Semoga  salam dan shalawat juga dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya, serta siapapun yang mencintai mereka dengan sebenarnya.

Sesungguhnya kebencian Syi'ah kepada para sahabat Nabi, khususnya Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lainnya tidaklah diragukan lagi. Dengan berbagai alasan yang mereka buat-buat, mereka berani melawan ketetapan Al-Qur'an yang telah jelas-jelas memuliakan mereka. Al-Qur'an menerangkan bahwa Allah telah meridhai mereka, menjanjikan surga-Nya bagi mereka, dan menyatakan dengan gamlang bahwa mereka sebagai umat yang mulia. Allah Ta'ala berfirman,

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Taubah: 100)

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
"Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)." (QS. Al-Fath: 18)

Dalam ayat lain, Allah memuji para sahabat Nabi yang telah masuk Islam sebelum Fathu Makkah, begitu juga yang masuk Islam sesudahnya. Kemudian Allah menjelaskan bahwa yang masuk Islam sebelum Fathu Makkah lebih baik dan lebih utama, namun semuanya dijanjikan kebaikan.

لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hadid: 10)

Lebih luas lagi, Allah memuji seluruh sahabat beliau dari kalangan Muhajirin dan Anshar secara keseluruhan. Kemudian Dia menjelaskan bahwa orang-orang beriman sesudah mereka adalah orang-orang yang senantiasa mendoakan kebaikan untuk mereka dan memintakan ampun untuk mereka. Bukan sebaliknya, yang selalu melaknat dan mencela mereka di pagi dan sore hari. Allah Ta'ala berfirman:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"." (QS. Al-Hasyr: 10)

Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi dan utusan-Nya dalam menyebarkan risalah Islam. Mereka berjuang bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dengan mengorbankan jiwa raga sehingga Allah memanggil kembali utusan-Nya. Dan tidaklah Islam tersebar ke penjuru dunia kecuali juga melalui mereka. Karenanya sangat pantas setiap orang Islam untuk mendoakan kebaikan dan memintakan ampun untuk mereka.

Memang di antara mereka ada yang melakukan kesalahan karena pribadi mereka memang tidak maksum dari dosa. Tetapi satu hal yang harus diingat bahwa mereka memiliki kebaikan yang sangat banyak. Bahkan kesabaran dan keteguhannya dalam beriman bersama Nabi serta menolong beliau sudah cukup untuk menebus kesalahan-kesalahan tersebut. Karenanya, kesalahan mereka lebih berhak dimaafkan dan diampuni oleh Allah daripada kesalahan bapak-dan ibu kita. Dan inilah madhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Hal ini sangat berbeda dengan keyakinan Aqidah Syi'ah yang menjadikan laknat dan cela atas sahabat sebagai sarana meningkatkan keimanan yang seolah-olah mereka diciptakan untuk mencela. Dalam aqidah Syi'ah, mencaci dan menghina sahabat menjadi tiket utama untuk masuk ke surga. Dan terhadap orang-orang yang mencintai sahabat Nabi, Syi'ah mengkafirkan dan menghalalkan darahnya.
Keyakinan Aqidah Syi'ah: Menjadikan laknat dan cela atas sahabat sebagai sarana meningkatkan keimanan yang seolah-olah mereka diciptakan untuk mencela.
Ni'matullah al-Jazairi (seorang ulama Syi'ah) dalam kitabnya Al-Anwar al-Nu'maniyah, II/307 menukilkan sebuah riwayat dari al-Shaduq, ia bertanya kepada Abu Abdillah, ''Apa pendapat Anda tentang membunuh seorang Nashib (Ahlus Sunnah)?'' Ia menjawab, "Darahnya halal (boleh membunuhnya), tapi aku khawatir atas keselamatan kamu. Jika kamu bisa, robohkan dinding atasnya atau kamu tenggelamkan dia ke dalam air supaya tidak bisa memberikan kesaksian (yang memberatkan) atasmu, maka lakukanlah." Aku bertanya lagi, "Apa pendapat Anda dalam hartanya?" Ia menjawab, "Ambillah hartanya semampumu."

Berikut ini kami nukilkan beberapa keterangan tentang aqidah Syi'ah terhadap para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, khususnya Abu Bakar al-Shiddiq, Umarbin Khathab, Utsman bin 'Affan, Ali bin Abi Thalib, dan 'Aisyah  radliyallaahu 'anhum dalam kitab-kitab mereka:

1. Muhammad al-Tuursiirkani, dalam kitabnya La-aliul Akhbar, IV/92 menyebutkan doa-doa yang berisi laknat terhadap Abu Bakar, Umar, dan sahabat lainnya serta istri-istri Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. "Ya Allah laknatlah Umar, lalu Abu Bakar dan Umar, lalu Ustman dan Umar, lalu Mu'awiyah dan Umar, lalu Yazid dan Umar, lalu Ibnu Ziyad dan Umar, lalu Ibnu Sa'ad dan Umar, lalu bala tentaranya dan Umar. Ya Allah, laknatlah 'Aisyah, Hafshah, Hindun, Ummu Hakam, dan laknatlah orang-orang yang ridha dengan perbuatan mereka hingga hari kiamat."

2. Ahmad al-Ahsa'i dalam kitabnya al-Raj'ah, hal. 12, ketika menjelaskan tentang perjalanan Imam Mahdi, bahwa dia (Imam Mahdi) akan menegakkan had atas Abu Bakar dan Umar serta 'Aisyah. Dan dikatakan,
فَإِذَا أَتَى الْمَدِيْنَةَ أَخْرَجَ اللاتَ وَالْعُزَّى فَأَخْرَقَهُمَا
"Dan apabila dia memasuki Madinah, dia akan mengeluarkan berhala Lata dan Uzza, lalu membakarnya." (yang dimaksud Lata dan Uzza di sini adalah Abu Bakar dan Umar).

3. Ni'matullah al Jazairi dalam kitabnya al-Anwar al-Nu'maniyah, III/53 menfitnah Abu Bakar radliyallaahu 'anhu telah bersujud kepada berhala.
وَلَا تَعْجَبْ مِنْ هَذَا الْحَدِيْثِ فَإِنَّهُ قَدْ رُوِيَ فِي الْأَحْبَارِ الخَّاصَّةِ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ كَانَ يُصَلِّي خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ وَالصَّنَمُ مُعَلَّقٌ فِي عُنُقِهِ، وَسُجُوْدُهُ لَهُ
"Dan janganlah heran dengan hadits ini, karena sesungguhnya telah diriwayatkan dalam beberapa hadits khusus bahwa Abu Bakar pernah shalat di belakang Rasulullah sambil mengalungkan berhala di lehernya, dan sujudnya itu kepada berhala."

4. Ali al-Hara-iri dalam kitabnya Ilzam al-Nashib fii Itsbaat al-Hujjah al-Ghaib, II/266 menyebut Abu Bakar dan Umar sebagai Fir'aun dan Hamman.
"Al-Mufadhall bertanya, 'Wahai tuanku, siapakah Fir'aun dan Hamman itu?' Sang Imam menjawab, 'Abu Bakar dan Umar'."
(Kalau memang ini benar, kenapa Rasulullah tidak pernah menjelaskan semua ini, padahal beliau dibimbing oleh wahyu? Apakah para Imam Syi'ah lebih pintar dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam.-penulis).
"Al-Mufadhall bertanya, 'Wahai tuanku, siapakah Fir'aun dan Hamman itu?' Sang Imam menjawab, 'Abu Bakar dan Umar'." (dari kitab Syi'ah Ilzam al-Nashib fii Itsbaat al-Hujjah al-Ghaib)
5. Al-Kaf'ami dalam kitabnya al-Mishbah, hal. 552 menyebutkan doa yang berisi laknat terhadap Abu Bakar dan Umar yang dinamakan dengan Doa Shanamai Quraisy (Doa atas dua berhala Quraisy). Dia menyebutkan bahwa doa ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radliyallaahu 'anhu.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَالْعَنْ صَنَمَيْ قُرَيْشٍ وَجِبْتَيْهَا وَطَاغُوْتَيْهَا وَإِفْكَيْهَا وَابْنَتَيْهِمَا اللَّذَيْنِ خَالَفَا أَمْرَكَ وَأَنْكَرَ وَحْيَكَ
"Ya Allah limpahkan shalawat untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, dan laknatlah dua berhala Quraiys, dan kedua jibt dan thaghutnya (maksudnya: syetan yang disembah selain Allah-Pent), kedua tukang dustanya, dan kedua putrinya yang telah menyelisihi perintah-Mu dan mengingkari wahyu-Mu.. . . (dan seterusnya yang berisi penghinaan dan laknat atau kutukan atas keduanya).

6. Yusuf al-Bahrani dalam Lu'luah al Bahraini, yang ditahqiq oleh Sayyid Muhammad Bahr al-'Ulum, hal. 133 menyebutkan bahwa syaikh/ulama mereka kerjaannya melaknat dan mencaci Syaikhaini (Abu Bakar dan Umar) serta orang-orang yang mengikuti jalan mereka dengan terang-terangan. Ini menjadi kegemaran dan kebiasaannya.

7. Al-Majlisi dalam kitabnya Mir'ah al-'Uqul, Juz 26, hal. 488 meneyebutkan riwayat dari Abu Abdillah tentang tafsir QS. Al-Fushilat: 29:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ أَقْدَامِنَا لِيَكُونَا مِنَ الْأَسْفَلِينَ
"Dan orang-orang kafir berkata: "Ya Tuhan kami perlihatkanlah kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jin dan manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina"."
Dia (Abu Abdillah) berkata, "keduanya." Kemudian berkata, "Dan si fulan adalah syetan."
Maksud perkataan Abu Abdillah, "keduanya" adalah Abu Bakar dan Umar. Sedangkan "fulan" adalah Umar, yaitu jin yang disebutkan dalam ayat adalah Umar. Dan dinamakan dengannya karena dia itu syetan, baik karena dia itu sekutu syetan karena termasuk anak zina atau dia suka berbuat makar dan menipu sebagaimana syetan. Ada penafsiran lain, bahwa maksud fulan adalah Abu Bakar.
(Maka perhatikan dengan seksama, apakah mungkin Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam rela menikahi putri seorang yang memiliki sifat seperti ini? kedustaan Syi'ah sudah tidak bisa dimaafkan lagi,- Redaksi)

8. Al-Majlisi dalam Bihar al Anwar hal 235: menuliskan kalimat laknat atas Abu Bakar dan menggolongkannya sebagai salah satu Ahli Tabut yang akan kekal dalam kerak api neraka bersama Fir’aun dan lainnya.

9. Muhammad bin Umar al-Kasyi, dalam kitabnya Rijal al-Kasyi, 61: Dari Abu Ja'far 'alaihis salam, bahwa Muhammad bin Abi Bakar membai'at Ali 'alaihis salam untuk berlepas diri dari bapaknya karena dia kafir. Dalam riwayat lain dia (Muhammad bin Abu Bakar) menyatakan bahwa bapaknya di neraka.

10. Muhammad bin Ya'kub al-Kulaini dalam kitabnya al-Ushul min al-Kaafi, kitab al Hujjah, I/373, hadits no. 4, menukilkan sebuah riwayat yang disandarkan kepada Abu Abdillah: "Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan disucikan, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang mengaku berhak imamah dari Allah yang bukan haknya, dan orang yang menentang imamah dari Allah, dan orang yang meyakini bahwa mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) termasuk orang Islam."
. . . upaya Taqrib antara Ahlus Sunnah dan Syi'ah tidak mungkin tewujud dengan baik sebelum kaum Syi'ah meninggalkan ajaran batil mereka yang mencaci, mengutuk, dan mengafirkan mayoritas sahabat Nabi . . .
Penutup
Dari kitab-kitab yang menjadi rujukan sekte Syi'ah di atas membuktikan bahwa orang Syi'ah telah mengafirkan sahabat Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam yang mulia, yaitu Abu Bakar al-Shiddiq dan Umar bin al-Khathab. Mereka memandang baik perbuatan mencela dan mengutuk serta melaknat keduanya. Padahal Ahlus Sunnah meyakini keduanya sebagai manusia termulia sesudah Nabinya. Dengan demikian upaya Taqrib antara Ahlus Sunnah dan Syi'ah tidak mungkin tewujud dengan baik dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah sebelum kaum Syi'ah meninggalkan ajaran-ajaranya yang batil, di antaranya mencaci, mengutuk, dan mengafirkan mayoritas sahabat Nabi, lalu menuju pemahaman Islam yang telah diamalkan Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya. Wallahu Ta'ala A'lam.

sumber

Dusta Syi'ah: Mengaku Pecinta Ahlul Bait, Padahal Menghina Rasulullah & Ahlul Bait




Syi’ah secara dusta mengaku sebagai pecinta ahlul bait. Ucapan dan perbuatan mereka bertolak belakang dengan klaim mereka. Hal seperti ini tidaklah aneh atau asing pada diri anak cucu Majusi.
Mereka telah berani menginjak-injak rumah tangga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka telah menghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam –semoga Allah melaknat mereka- mereka telah menghina istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjadi ibu-ibu bagi kaum mukminin.


Mereka juga telah berani menginjak-injak imam pertama mereka yang diyakini ma’shum. Sifat mereka ini menjadi sempurna dengan menghinakan al-Hasan, al-Husain, Ali ibn al-Hasan dan para imam lainnya. Sebagaimana pula mereka telah menghina putri-putri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan yang utama adalah Fathimah az-Zahra’ Radhiyallahu ‘Anha. Ini belum lagi dengan penghinaan mereka terhadap semua Nabi dan Rasul.


Ash-Shadug di dalam kitab “al-Amal” meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Ali Radhiallahu ‘Anhu: “Seandainya aku tidak menyampaikan apa yang aku diperintah dengannya dari perkara wilayahmu (kepemimpinanmu) maka leburlah seluruh amalku.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalain, jilid I, hal 654).


Sepertinya Allah yang Maha Suci tidak mengutus Rasul-Nya yang mulia melainkan hanya untuk menyampaikan wilayah Ali. Orang-orang yang tidak tahu diri itu telah mengecilkan kedudukan Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam demi mewujudkan kepentingan dan tujuan mereka yang kotor. Ini semua mereka lakukan karena mustahil bagi mereka untuk mendatangkan bukti dan dalil tentang wilayah Ali Radhiyallahu ‘Anhu.


Al-Bahrani menukil dari as-Syyid ar-Ridah dari Ibnu Mas’ud, bahwa ia berkata: “Saya keluar menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, saya dapati beliau sedang ruku’ dan sujud, beliau berdo’a, “… Ya Allah dengan (demi) kehormatan hamba-Mu Ali ampunilah orang-orang yang bermaksiat dari umatku.” (Al-Burhan fi Tafsir Al-Qur’an, jilid IV, hal 226).


Coba perhatikanlah kenistaan ini, yang dengannya mereka ingin menunjukkan keutamaan Ali Radhiyallahu ‘Anhu di atas Rasul yang diutus sebagai rahmat untuk alam semesta dan yang menjadi sayyid bagi manusia dari awal hingga akhir, Sayyid kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.


An-Nu’mani secara dusta meriwayatkan dari imam Muhammad al-Baqir ‘Alaihi Sallam, ia berkata: “Ketika imam Mahdi muncul ia didukung oleh para malaikat dan orang pertama yang membai’atnya adalah Muhammad ‘Alaihi Sallam kemudian Ali ‘Alaihi Sallam.” Syaikh ath-Thusi meriwayatkan dari imam ar-Ridha ‘Alaihi Sallam bahwa di antar tanda-tanda munculnya al-Mahdi adalah dia akan muncul dalam keadaan telanjang di depan bulatan matahari.” (Al-Kafi fil-Ushaul, jilid I, hal 504),


Perhatikan baik-baik pengakuan mereka tentang pembai’atan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian Ali Radhiyallahu ‘Anhu kepada al-Mahdi yang diduga. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah makhluk Allah yang terbaik, apakah beliau akan berbaiat kepada orang yang di bawahnya? Berbaiat kepada orang yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun? Kerendahan macam apa yang dialamatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini?


Perhatikan orang-orang Syi’ah yang “dungu” itu. Mereka menetapkan telanjangnya keturunan Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan dia akan muncul di hadapan umat dalam keadaan telanjang! Apakah ini yang disebut sebagai penghormatan kepada ahlul bait? Ataukah ini justru menjadi penghinaan yang terang-terangan?!


Al-Qummi menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ada di Makkah tidak ada orang yang berani mengganggu beliau karena kedudukan Abu Thalib. Mereka memprovokasi anak-anak kecil untuk mengganggu beliau.


Jika beliau keluar anak-anak kecil itu melemparinya dengan batu dan kerikil (dan debu). Maka beliau mengadukan hal itu kepada Ali Radhiyallahu ‘Anhu.” (Tafsir Al-Burhan, jilid II, hal 404).

Mereka meriwayatkan, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mi’raj ke langit beliau melihat Ali Radhiyallahu ‘Anhu dan anak-anaknya yang telah sampai di sana sebelum Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi mengucap salam kepada mereka. Padahal beliau telah berpisah dengan mereka di bumi. (Tafsir Al-Burhan, jilid II, hal 404).


Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya: “Dengan bahasa apakah Rabb anda berbicara dengan anda pada waktu mi’raj?” Beliau menjawab: “Dia berbicara kepadaku dengan bahasa Ali bin Abi Thalib, hingga saya berkata “Engkaukah yang sedang berbicara kepadaku ataukah Ali?!” (Kasyf Al-Ghummah, jilid I, hal 106).

Aku memohon ampun kepada-Mu ya Ilahi…….!!! Kita biarkan kebebasan para pembaca yang mulia untuk menginterpretasikan apa yang dimaksud dengan riwayat yang keji ini!!

Mereka begitu rajin mengikuti langkah-langkah penghinaan, dengan berbagai rupa bentuk dan ukuran, sampai mereka meragukan kenabian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam karena tiga putrinya; Zainab, Ummu Kultsum dan Ruqayyah. Hal ini terjadi ketika mereka menafikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai bapak mereka. Mereka –semoga dilaknat oleh Allah, para malaikat dan manusia semuanya-mengatakan bahwa “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melahirkan mereka, tetapi mereka adalah anak-anak tirinya.”

Muhsin al-Amin menambahkan: “Para sejarawan menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hanya memiliki empat putri, dan setelah meneliti teks-teks sejarah ternyata kita tidak mendapatkan bukti yang menetapkan adanya putri Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selain Fathimah az-Zahra’.” (Dairah al-Ma’arif al-Islamiyah asy-Syi’iyyah, jilid I, hal 27, Dar al-Ma’arif, Beirut; Kasyf al-Ghitha’, Ja’far An-Najefi, hal 5).

Apakah semisal mereka bisa disebut sebagai “pecinta ahlul bait”?!


Jika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak selamat dari kejahatan mereka, maka istri-istri beliau pun lebih tidak selamat. Bahkan telah keluar fatwa “kafir” bagi ibu-ibu kaum mukminin terutama Aisyah dan Hafshah Radhiyallahu ‘Anha. (Bihar Al-Anwar, jilid XXII, hal 227-247).


Cukuplah mengisyaratkan kepada apa yang beredar di kalangan Syi’ah bahwa firman Allah  “Dan Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat” (at-Tahrim: 10). Al-Qummi pembesar Syi’ah dalam bidang tafsir (dusta) itu menyatakan: ”Demi Allah yang dimaksud dengan pengkhianatan itu adalah zina. Artinya hendaklah menegakkan hukuman zina terhadap Fulanah yang telah melakukan zina dalam perjalanan ke Bashrah. Ada seorang laki-laki mencintainya, maka tatkala dia (Aisyah) hendak menuju Bashrah Fulan tadi berkata kepadanya: Kamu tidak halal pergi tanpa mahram. Maka dia mengawinkan dirinya dengan Fulan tersebut. (Bihar Al-Anwar, jilid XXII, hal 240-245; Tafsir al-Qummi, jilid II, hal 344).


Dan yang dimaksud dengan Fulan adalah Thalhah.

Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Aisyah Radhiyallahu ‘Anha adalah ibu bagi kaum mukminin semata.

Sebagaimana mereka menghina Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, putri-putrinya dan istri-istrinya, mereka juga telah menghina imam mereka yang pertama Ali Radhiyallahu ‘Anhu. (Menurut mereka), ketika mereka melukiskannya sebagai pengemis –wa al-‘iyadzu billah-. Telah disebutkan oleh Salim ibn Qais penulis buku Syi’ah pertama kali bahwa Ali telah menaikkan Fathimah di atas himar, dan ia menuntun al-Hasan dan al-Husain. Disebutkan bahwa Ali tidak meninggalkan satu shahabat pun melainkan ia telah mendatanginya di rumahnya untuk meminta haknya atas nama Allah. (Kitab Salim ibn Qais, hal 82-83).


Lihatlah penghinaan yang luar biasa ini, penghinaan terhadap Ali yang menuntun kedua putranya dan putrinya yang menaiki himar. Mereka berjalan berkeliling mendatangi rumah-rumah sahabat untuk meminta belas kasih mereka!!

Apakah sifat seperti ini layak bagi kedudukan ahlul bait dan bagi seorang pemimpin dari pemimpin-pemimpin kaum muslimin? Cerita, hikayat dan dongeng!


Sebagaimana al-Kulaini meriwayatkan di dalam al-Kafi bahwa Fathimah tidak suka diperistri oleh Ali. Riwayat itu sebagai berikut: “Tatkala Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikahkan Ali dengan Fathimah ‘Alaihi Sallam. Ali masuk menemui Fathimah yang ketika itu ia menangis. Maka Ali menanyakan: “Apa yang membuatmu menangis?! Demi Allah seandainya dalam keluargaku ada yang lebih baik dengannya, aku tidak akan menikahkan engkau dengannya, dan aku tidak akan menikahkannya akan tetapi Allah yang telah menikahkannya”. (Al-Furu’ min al-Kafi).

Hingga imam mereka yang pertama dihina dan diturunkan derajatnya seperti ini?!

Di mana “cinta” yang selama ini diumbar? Di mana ia bersembunyi?


Disebutkan oleh al-Ashfahani dari Ibn Abu Ishaq bahwa ia berkata: “Aku dimasukkan oleh ayahku ke dalam masjid pada hari Jum’at. Ia mengangkatku maka aku melihat Ali berkhutbah di atas mimbar, dia adalah orang tua yang botak, menonjol dahinya, bidang dadanya (lebar jarak antara dua pundaknya), jenggotnya memenuhi dadanya dan lemah matanya.”(Maqatil ath-Thalibin, hal 27-48).


Sebagaimana mereka meyakini bahwa Ali adalah hewan bumi. Ja’far berkata “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi amirul mukminin ketika ia tidur di masjid dan berbantal tumpukan kerikil yang ia kumpulkan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengerak-gerakkannya (menggugahnya) dengan kakinya kemudian mengatakan: “Bangunlah wahai “hewan Allah”. Maka seorang sahabatnya bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah sebagian kita boleh menyebut sebagian yang lain dengan nama ini?” beliau bersabda: “Tidak. Demi Allah. Nama tadi khusus untuknya.” (Bihar al-Anwar, jilid XIII, hal 213).


Inilah imam pertama mereka yang mereka katakan bahwa ia akan menjadi “Dabbah” (hewan melata)!

Betapa khawatirnya kita jika yang dimaksud adalah Ali Radhiyallahu ‘Anhu akan menjadi hewan tunggangan bagi al-Mahdi ciptaan Syi’ah. hasbunallah!!

Mereka pun telah menghina paman Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abbas dan putranya Abdullah dan juga ‘Aqil ibn Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu. Diriwayatkan oleh al-Kulaini bahwa Sudair bertanya kepada imam Muhammad al-Baqir: “Di manakah kecemburuan (ghirah) Bani Hasyim, kekuatan (syaukah) dan bilangan mereka yang banyak itu setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika dikalahkan oleh Abu Bakar, Umar dan orang-orang munafik lainnya?” Imam Muhammad al-Baqir berkata: “Siapa yang masih tersisa dari Bani Hasyim? Ja’far dan Hamzah yang menjadi bagian “as-Sabiqun al-Awwalun” dan “al-Mukminun al-Kamilun” telah meninggal dunia. Sementara dua orang yang lemah keyakinannya, yang hina jiwanya dan yang baru kenal Islam itulah yang tersisa, Abbas dan ‘Aqil.” (Hayat al-Qulub, jilid II, hal 846; Furu’ al-Kafi, jilid III, kitab ar-Rawdhah).


Sebagaimana Syi’ah telah menuduh Ibn ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu mencuri dari baitul mal di Bashrah sewaktu pemerintahan Ali Radhiyallahu ‘Anhu. Mereka mengklaim bahwa Ali naik mimbar dan berkhutbah ketika mendengar kabar, dia menangis dan berkata: “Ini adalah putra paman Rasulullah, dia dalam ilmu dan kedudukannya melakukan hal seperti ini…. Bagaimana bisa dipercaya orang-orang yang berada di bawah tingkatannya…. Ya Allah aku telah bosan dengan mereka, tenangkan aku dari mereka… dan cabutlah aku kepada-Mu bukan sebagai orang yang lemah.” (Rijal al-Kasysyi, hal 57).


Al-Majlisi telah menyebutkan dalam bahasa Persia yang artinya: “Muhammad al-Baqir meriwayatkan dari imam Zainal Abidin ‘Alaihi Sallam dengan sanad yang dapat diandalkan bahwa ayat ini “Barang siapa di dunia ini buta maka di akhirat dia (juga) buta dan lebih sesat jalannya (Qs Al-Isra’: 72) turun pada diri Abdullah ibn Abbas dan bapaknya.”

Inilah penghinaan Syi’ah terhadap paman Nabi, Abbas dan ‘Aqil dengan kelemahan, kehinaan dan pengecut serta tidak sempurna imannya. Begitu pula penghinaan terhadap Abbas dan putranya Habr al-Ummah Abdullah ibn Abbas Radhiallahu ‘Anhu. Adapun ayat tadi telah diturunkan tentang perihal orang-orang kafir……..Akan tetapi masalahnya bukan untuk orang yang melihat melainkan untuk orang yang memiliki!

Mereka juga telah menghina al-Hasan dengan ucapan yang sangat menyakitkan. Mereka berkata tentangnya: “Wahai orang yang menghinakan kaum mukminin.” (Rijal al-Kasysyi, hal 111).


Begitu juga mereka telah menghina Ali Zainal Abidin imam keempat yang ma’shum bagi mereka, mereka menuduhnya sebagai ornag yang pengecut dan budak. Telah disebutkan dalam al-Kafi bahwa putra Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir berkata: “Sesungguhnya Yazid ibn Muawiyah memasuki Madinah ingin menunaikan haji. Dia mengutus kepada seorang Quraisy. Setelah ia datang dia menanyainya, “Apakah engkau mengakui bahwa engkau adalah budakku, jika aku mau aku menjualmu dan jika aku mau aku menjadikan kamu budak?” Orang itu menjawab: “Demi Allah! Wahai Yazid hasabmu (kebaikanmu dan keluargamu) tidak lebih mulia dariku di kalangan Quraisy, ayahmu juga tidak lebih utama dari ayahku, waktu jahiliyah ataupun waktu Islam dan engkau juga tidak lebih mulia dan tidak lebih baik dariku dalam agama ini. Bagaimana aku mengakui permintaanmu?” Maka Yazid berkata: “Jika kamu tidak menyukainya, Demi Allah aku pasti membunuhmu.” Orang tadi menjawab: “Pembunuhan terhadapku olehmu tidak seagung pembunuhanmu terhadap al-Husain ibn Ali ‘Alaihi Sallam, putra Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Maka dia memerintahkan untuk membunuhnya. Dan terbunuhlah dia.


Kemudian dia mengutus kepada Ali ibn al-Husain ‘Alaihi Sallam, kemudian ia mengatakan kepadanya apa yang telah dikatakan kepada seorang Quraisy di atas. Maka Ali ibn al-Husain bertanya: “Bagaimana seandainya aku tidak mau mengakui apakah engkau akan membunuhku sebagaimana engkau membunuh orang yang kemarin?” Yazid berkata: “Allah melaknatinya, ya.” Maka Ali ibn al-Husain (Ali Zainal Abidin) ‘Alaihi Sallam berkata: “Aku mengakui apa yang engkau minta. Aku adalah hamba yang dipaksa, jika kamu mau pertahankanlah aku dan jika kamu mau juallah aku.” (Ar-Rawdhah min al-Kafi, jilid VIII, hal 234-235).


Mereka menjadikan imam mereka yang tidak lain adalah cucu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mau mengakui dirinya sebagai budak yang diperjualbelikan!

Kami tidak habis pikir, bukankah orang-orang Majusi saja telah memiliki prinsip “Hidup mulia atau mati mulia”.

Kalian benar-benar telah menghina ahlul bait secara habis-habisan hingga merampas harga diri dan kemuliaan!

Adapun Muhammad al-Baqir imam kelima yang ma’shum bagi mereka, juga telah merasakan sengatan orang-orang Syi’ah. Zurarah ibn A’yun menjulukinya sebagai: “Orang tua yang tidak mengerti ilmu permusuhan”. (Al-Kafi fi al-Ushul)


Dia juga berkata: “Allah merahmati Abu Ja’afar, sesungguhnya di dalam hatiku ada unsur berpaling dari padanya.” (Rijal al-Kasysyi, hal 152, Biografi Abu Bashir).


Dia juga berkata: “Sahabat kamu juga tidak memiliki pengetahuan tentang ucapan para tokoh (orang-orang besar).” (Rijal al-Kasysyi, hal 133).


Mereka juga menjuluki Ja’far, imam yang keenam sebagai “bermuka ganda”. Pernah ia memuji Abu Hanifah di hadapan Muhammad ibn Muslim, setelah ia keluar Ja’far mencelanya. Hal ini diriwaytkan oleh al-Kulaini dalam kisah yang panjang.


Mereka menasabkannya kepada Ja’far bahwa ia berkata: “Sesungguhnya aku berbicara di atas 70 wajah, di dalam semuanya ada jalan keluar bagiku.” (Bashair ad-Darajat, jilid III).


Ahli hadits mereka, Muhammad al-Baqir al-Majlisi dalam kitan Jala’ al-‘Uyun menyebutkan: “Dari kakekku dari Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Jika dilahirkan Ja’far ibn Muhammad ibn Ali ibn al-Husian maka julukilah “shadiq”, karena jika lahir anak kelima dari anak-anaknya (ash-Shadiq) yang bernama Ja’far dan mengaku sebagai imam secara dusta dan membuat kebohongan atas nama Allah, dia di sisi Allah adalah Ja’far al-kadz-dzab.” (Jala’ al-‘Uyun, Al-Majlisi, hal 348).


Yang mereka maksud dengan Ja’far al-kadz-dzab adalah putra imam yang suci salah satu imam ma’shum bagi Syi’ah. Ja’far al-kadz-dzab berdasarkan klaim mereka adalah saudara kandung imam ghaib, Muhammad al-Hasan al-‘Ashari (al-Mahdi, imam kedua belas).


Sebagaimana mereka berkata tentangnya: “Dia pelaku maksiat secara terang-terangan, fasik, rusak, pemabuk berat, tokoh paling rendah yang pernah aku lihat dan yang paling menghina diri sendiri, tak bernilai dan tak berharga!” (Jala’ al-‘Uyun, Al-Majlisi, hal 348).

Setelah ini semua apakah Syi’ah pecinta ahlul bait?! Sesungguhnya ahlul bait lebih mulia dan lebih suci dari pada bangkai-bangkai seperti mereka itu! Yang anjing pun tidak akan sudi mengendusnya!! [Syiahindonesia.com].

 

 

SUMBER

Hukum Muslim Meramal Nasib di Tahun Baru

Menjelang datangnya tahun baru 2012 yang akan tiba besok pagi pukul 00.00, beberapa supranatural telah mulai melakukan serangkaian ramalan yang berkaitan dengan apa yang akan terjadi pada tahun 2012 nanti.

Beberapa umat islam terkadang ada yang terpancing untuk mempercayai ramalan tersebut, meski kadang hanya secara iseng saja.
Lalu bagaimana sebenarnya kedudukan ramalan nasib di mata Islam?

Sebelumnya,mari kita lihat firman Allah SWT berikut ini.

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya:
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187]. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS. Luqman: 34)

Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, Namun demikian mereka diwajibkan berusaha.


وَلا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا
إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لأقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا

Artinya:
23. dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,
24. kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah"[879]. dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".
(QS. Al-Kahfi: 23-24).

Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. dan beliau tidak mengucapkan insya Allah (artinya jika Allah menghendaki).

Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.



Pada hakekatnya, ramalan terbagi menjadi 2 macam.
1. Ramalan ilmiah.
2. Ramalan Non Ilmiah.
Dalam hal ini, islam melarang ramalan yang non ilmiah karena sangat menyesatkan dan bahkan banyak sudah tercampuri dengan sesuatu yang bersifat setan.

Larangan mempercayai ramalan non-ilmiah karena kebenaran ramalan itu masih buram dan banyak disalahgunakan sehingga keberadaannya menyesatkan. Sebab pada prakteknya, ramalan banyak menggunakan kekuatan jin dan setan.
Perlu diketahui, meskipun pada prakteknya beberapa ramalan yang dilakukan terbukti kebenarannya, namun hal itu hanya bersifat serba kebetulan semata.

Bagaimana tentang Orang yang minta diramal di awal tahun.
Kalau dalam ajaran islam sendiri sebenarnya kita tidak boleh mempercayai ramalan baik yang datangnya dari dukun ataupun dari orang yang pintar.

Walaupun selama ini banyak juga yang ingin mengetahui masa depannya melalui ramalan-ramalan tersebut, hal itu sebenarnya disebabkan oleh lemahnya pengetahuan mereka tentang agama.

Orang yang meminta ramal ataupun yang meramal, dua-duanya hukumnya haram.
Karena hal itu bisa menyebabkan adanya kesyirikan. Sedangkan syirik itu adalah dosa yang tak dapat diampuni oelh Allah SWT.

Lalu kenapa fenomena ramal meramal ini jadi trend.
Kalau menurut saya, maraknya masyarakatt yang suka minta diramal dan meramal itu karena adanya krisis akidah, moral dan pengetahuan tentang agama islam.

Karena sebenarnya ramalan itu dapat merampas independensi manusia dalam menatap masa depannya. Mereka seharusnya kalau ingin mencapai sukses ke depannya, bukan mendatangi ke peramal, namun padukan saja antara doadan usaha.
Insya Alloh berhasil.

Ada yang menyanggah.
Bukankah dahulu Rasulullah SAW juga meramalkan suatu kejadian yang akan terjadi.
Jawabnya ya memang benar.
Apa-apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW adalah benar akan terjadi, namun itu bukan ramalan, tapi wahyu Allah SWT yang kejadiannya pasti akan terjadi di masa yang akan datang.

Jadi, apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW terkait kejadian yang akan datang itu sifatnya informatif tentang suatu peristiwa yang kelak akan terjadi. Sebuah wahyu, dari Sang Pencipta Alam.
Informasi semacam itu terkadang juga diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang saleh, WALIYULLAH.
Tapi, namanya bukan wahyu, namun disebut sebagai ilham.

Wallahu A'lam.

Nasib yang Mana yang Kau Maksud?


Sering terdengar di telinga saya, orang berkata: "Bagaimana nasibku nanti jika,,..", "Ini demi masa depanku kelak.." dan yang senada dengannya. Kata2 ataupun persepsi seperti di atas sudah menjadi kesalahan massal. Artinya, tiap orang membenarkan secara makna. Padahal secara hakikat, itu merupakan kesalahan yang sangat fatal.

Karena nasib sebenarnya adalah, Pada saat anda melakukan sesuatu..,, apakah tindakan tersebut benar dalam Pandangan Alloh ataukah tidak. Sesuai dengan syariat islam ataukah keluar jalur?,, Dicontohkan nabi agung Muhammad saw, ataukah justru dilarang?



وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya" Qs. Al Baqoroh : 82 


Masa depan sesungguhnya adalah, kehidupan akhirat kita. Hari demi hari yang kita fikirkan adalah, bagaimana membangun dan mempercantik rumah kita,, tanpa sedikitpun berusaha membangun rumah kita di akhirat. Sungguh,, saat ini sedang dibangun rumah2 di surga. Surga sudah jadi, neraka juga sudah dinyalakan. Maaf sobat DUNIA ISLAM semua, bukannya saya nakut2in. Tapi ini benar. Satu ucapan subhanalloh yang sobat mukmin semua ucapkan dengan ikhlash, akan berubah menjadi satu biji pohon di surga. Beberapa roka'at sholat dhuha, akan diganjar dengan rumah di surga jika Alloh terima.

Inilah masa depan kita sebenarnya. Anak seorang konglomerat sekalipun, belum tentu masa depannya bagus, kecuali harta dan semua yg ia miliki untuk keperluan akhiratnya. Anak seorang pemulung sekalipun tidak akan lama merasakan kesengsaraannya di dunia ini, jika ia seorang mukmin yang ta'at.

Mulai sekarang, tentukan arah masa depan kita masing2. Berbuatlah demi kemuliaan akhirat. Karena akhirat adalah hakikat masa depan kita semua. Mudah2 an sobat dapat mengambil hikmah dari tausiah ini, dan Alloh senantiasa Membimbing kita semua. Amin

Apakah Anda Sudah Mengenal Allah? (Are You Already Know God ?)


Berikut ini, sebagian ciri-ciri atau indikasi dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta keterangan para ulama salaf yang dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam menjawab pertanyaan di atas:
Pertama; Orang Yang Mengenal Allah Merasa Takut Kepada-Nya
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu saja.” (QS. Fathir: 28)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “…Ibnu Mas’ud pernah mengatakan, ‘Cukuplah rasa takut kepada Allah sebagai bukti keilmuan.’ Kurangnya rasa takut kepada Allah itu muncul akibat kurangnya pengenalan/ma’rifah yang dimiliki seorang hamba kepada-Nya. Oleh sebab itu, orang yang paling mengenal Allah ialah yang paling takut kepada Allah di antara mereka. Barangsiapa yang mengenal Allah, niscaya akan menebal rasa malu kepada-Nya, semakin dalam rasa takut kepada-Nya, dan semakin kuat cinta kepada-Nya. Semakin pengenalan itu bertambah, maka semakin bertambah pula rasa malu, takut dan cinta tersebut….” (Thariq al-Hijratain, dinukil dariadh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [5/97])
Kedua; Orang Yang Mengenal Allah Mencurigai Dirinya Sendiri
Ibnu Abi Mulaikah -salah seorang tabi’in- berkata, “Aku telah bertemu dengan tiga puluhan orang Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan mereka semua merasa sangat takut kalau-kalau dirinya tertimpa kemunafikan.” (HR. Bukharisecara mu’allaq).
Suatu ketika, ada seseorang yang berkata kepada asy-Sya’bi, “Wahai sang alim/ahli ilmu.”Maka beliau menjawab, “Kami ini bukan ulama. Sebenarnya orang yang alim itu adalah orang yang senantiasa merasa takut kepada Allah.” (dinukil dari adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [5/98])
Ketiga; Orang Yang Mengenal Allah Mengawasi Gerak-Gerik Hatinya
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “..Begitu pula hati yang telah disibukkan dengan kecintaan kepada selain Allah, keinginan terhadapnya, rindu dan merasa tentram dengannya, maka tidak akan mungkin baginya untuk disibukkan dengan kecintaan kepada Allah, keinginan, rasa cinta dan kerinduan untuk bertemu dengan-Nya kecuali dengan mengosongkan hati tersebut dari ketergantungan terhadap selain-Nya. Lisan juga tidak akan mungkin digerakkan untuk mengingat-Nya dan anggota badan pun tidak akan bisa tunduk berkhidmat kepada-Nya kecuali apabila ia dibersihkan dari mengingat dan berkhidmat kepada selain-Nya. Apabila hati telah terpenuhi dengan kesibukan dengan makhluk atau ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat maka tidak akan tersisa lagi padanya ruang untuk menyibukkan diri dengan Allah serta mengenal nama-nama, sifat-sifat dan hukum-hukum-Nya…” (al-Fawa’id, hal. 31-32)
Keempat;  Orang Yang Mengenal Allah Selalu Mengingat Akherat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, maka akan Kami sempurnakan baginya balasan amalnya di sana dan mereka tak sedikitpun dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan apa-apa di akherat kecuali neraka dan lenyaplah apa yang mereka perbuat serta sia-sia apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 15-16)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah dalam melakukan amal-amal, sebelum datangnya fitnah-fitnah (ujian dan malapetaka) bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita, sehingga membuat seorang yang di pagi hari beriman namun di sore harinya menjadi kafir, atau sore harinya beriman namun di pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan duniawi semata.” (HR. Muslim)
Kelima; Orang Yang Mengenal Allah Tidak Tertipu Oleh Harta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya perbendaharaan dunia. Akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah rasa cukup di dalam hati.” (HR. Bukhari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Seandainya anak Adam itu memiliki dua lembah emas niscaya dia akan mencari yang ketiga. Dan tidak akan mengenyangkan rongga/perut anak Adam selain tanah. Dan Allah akan menerima taubat siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari)
Keenam; Orang Yang Mengenal Allah Akan Merasakan Manisnya Iman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga perkara, barangsiapa memilikinya maka dia akan merasakan manisnya iman…” Di antaranya, “Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu selain keduanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan bisa merasakan lezatnya iman orang-orang yang ridha kepada Rabbnya, ridha Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim).
Ketujuh; Orang Yang Mengenal Allah Tulus Beribadah Kepada-Nya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu dinilai berdasarkan niatnya. Dan setiap orang hanya akan meraih balasan sebatas apa yang dia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya [tulus] karena Allah dan Rasul-Nya niscaya hijrahnya itu akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena [perkara] dunia yang ingin dia gapai atau perempuan yang ingin dia nikahi, itu artinya hijrahnya akan dibalas sebatas apa yang dia inginkan saja.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, tidak juga harta kalian. Akan tetapi yang dipandang adalah hati dan amal kalian.” (HR. Muslim). Ibnu Mubarak rahimahullahmengingatkan, “Betapa banyak amalan kecil yang menjadi besar karena niat. Dan betapa banyak amalan besar menjadi kecil gara-gara niat.” (Jami’ al-’Ulum wal Hikamoleh Ibnu Rajab).
Demikianlah, sebagian ciri-ciri orang yang benar-benar mengenal Allah. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk termasuk dalam golongan mereka. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.