Selasa, 03 Januari 2012

Nasehat Bagi Penuntut Ilmu (bag. 03)


Masjid Fatimah Zahro
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Ketiga : Bersungguh-Sungguh Dalam Menuntut Ilmu
Pembaca yang budiman, dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat –dengan izin Allah- apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.
Seorang penuntut ilmu harus selalu hadir di majelis ilmu dan berusaha agar datang lebih awal di majelis serta tidak boleh terlambat, karena menuntut ilmu lebih penting daripada amal-amal sunnat dan wajib kifayah. Penuntut ilmu harus bersungguh-sungguh, sebab tanpa kesungguhan kita tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat.
Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan dalam sya’irnya,

أَخِيْ لَنْ تَنَالَ الْعِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ  ***  سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانِ
ذَكَاءٌ، وَحِرْصٌ، وَاجْتِهَادٌ، وَبُلْغَةٌ  ***  وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ، وَطُوْلُ زَمَانِ

Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu, melainkan dengan enam perkara.
Kukabarkan kepadamu rinciannya dengan jelas.
Kecerdasan, kemauan keras, bersungguh-sungguh, bekal yang cukup,
Bimbingan ustadz, dan waktunya yang lama.[1]
Keenam hal inilah yang diwasiatkan oleh Imam asy-Syafi’i rahimahullah bagi para penuntut ilmu syar’i.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ الْمُؤْمِنَِ الضَّعِيْفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ،
اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ،
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا،
وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah, ‘Ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki.’ Karena ucapan ‘seandainya’ akan mambuka (pintu) perbuatan syaitan.” [2]
Seorang penuntut ilmu wajib bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Seseorang tidak mungkin mendapatkan ilmu dengan santai. Yahya bin Abi Katsir rahimahullah (wafat th. 132 H) berkata,

لاَ يُسْتَطَاعُ الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْجِسْمِ.

“Ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang dimanjakan (dengan santai).” [3]
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَالْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ، وَمَنْ يَتَحَرَّ الْخَيْرَ يُعْطَهُ،
وَمَنْ يَتَوَقَّ الشَّرَّ يُوْقَهُ.

“Sesungguhnya ilmu diperoleh dengan (sungguh-sungguh) belajar, dan sikap sabar (penyantun) diperoleh dengan membiasakan diri untuk sabar. Barangsiapa yang berusaha (keras) mencari kebaikan, maka ia akan memperoleh (diberikan) kebaikan. Dan barangsiapa menjaga dirinya dari kejelekan (kejahatan) maka ia akan dilindungi Allah dari kejelekan (kejahatan).” [4]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْهُومَانِ لاَ يَشْبَعَانِ :
مَنْهُوْمٌ فِي الْعِلْمِ لاَ يَشْبَعُ مِنْهُ، وَمَنْهُوْمٌ فِي الدُّنْيَا لاَ يَشْبَعُ مِنْهَا

“Dua orang rakus yang tidak pernah kenyang : orang yang rakus terhadap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya; dan orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” [5]
***
Keterangan :
  1. Diwaan Imam asy-Syafi’i, hal. 378, cet. Darul Fikr, th. 1415 H.
  2. Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2664.
  3. Atsar shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 612 dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, I/385, no. 554.
  4. Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzy dalam al-‘IlalnMutanaahiyah, I/85, no. 93 dan al-Khotib dalam Taariikh Baghdaad, VII/208, no. 2793, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shohiihah, no. 342.
  5. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam al-Madkhol, no. 450; al-Hakim, I/92; dan Ibnu Khuzaimah dalam Kitaabul ‘Ilmi, no. 141, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini memiliki beberapa jalan lainnya yang menguatkannya. Lihat al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarofuhu, hal. 77 dan 166, ditahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan al-Halabi hafizhohulloh.

Sumber : Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga, karya Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, hal. 71 – 74, penerbit Pustaka At-Taqwa.

0 komentar: