Selasa, 03 Januari 2012

Nasehat Bagi Penuntut Ilmu (bag. 06)


Masjid 240
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Keenam : Mendengarkan Baik-Baik Pelajaran Yang Disampaikan Ustadz, Syaikh, Atau Guru
Kita diperintahkan mendengarkan dengan baik, secara seksama, dan mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang mendengarkan yang baik-baik dan mengikuti yang terbaik. Ada di antara penuntut ilmu syar’i yang rajin menghadiri majelis-majelis ilmu, namun ia tidak mendengarkan pelajaran yang disampaikan dengan penuh perhatian sehingga keadaan dia ketika pulang dari majelis ilmu itu sama dengan keadaan ketika ia mendatanginya, yaitu pulang dengan tidak membawa ilmu syar’i yang di sampaikan. Bahkan ada di antara mereka yang telah menghadiri majelis ilmu selama bertahun-tahun tapi tidak mendapatkan ilmu dan tidak ada perubahan.
Para pendahulu kita yang sholih dari kalangan para sahabat, tabi’in dan tabiu’t tabi’in adalah manusia yang sangat antusias terhadap ilmu. Apabila seorang syaikh atau guru menyampaikan pelajaaran, mereka pun mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
Imam adz-Dzahabi rahimahullah (wafat th. 748 H) menyebutkan dalam kitab Siyar A’laamin Nubalaa’ danTadzkiratul Huffaazh bahwa Ahmad bin Sinan rahimahullah (wafat th. 256 H) berkata, “Dalam majelis ‘Abdurrahman bin Mahdi (wafat th. 198 H) tidak ada seorang pun yang berbicara, tidak ada pensil yang diraut, dan tidak ada seorang pun yang berdiri. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang shalat.” [1]
Dalam riwayat lain Ahmad bin Sinan mengatakan, “Tidak ada yang berbicara dalam majelis ‘Abdurrahman, tidak ada pula pensil yang diraut, tidak ada seorang pun tersenyum, dan tidak ada seorang pun berdiri. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang shalat. Jika ia melihat salah seorang di antara mereka tersenyum atau bercakap-cakap, maka ia memakai  sandalnya lalu keluar.” [2]
Seorang penuntut ilmu harus berusaha menjadi pendengar yang baik, mendengarkan yang baik-baik, yaitu Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam agar ia mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan mengamalkan keduanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَبَشِّرْ عِبَادِ (17) الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ
أُولَئِكَ الَّذِيْنَ هَدَاهُمُ اللهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو اْلأَلْبَابِ (18)

“… Sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hamba-Ku, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah yang diberikan petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)
*****
Referensi
  1. Tadzkiratul Huffaazh, I/242, no. 313, cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah.
  2. Siyar A’laamin Nubalaa’, IX/201-202. Lihat juga Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi, hal 62.

Sumber : Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga, karya Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, hal. 80 – 81, penerbit Pustaka At-Taqwa.

0 komentar: