Senin, 02 Januari 2012

Yahudi Ortodoks Sebut Polisi Israel Nazi

http://hidayatullah.com/berita/gal145032372.jpg Pertikaian antara pemerintah Zionis Israel yang sekuler dengan kelompok Yahudi Ortodoks semakin panas. Orang-orang Yahudi Ortodoks bahkan mengibaratkan dirinya sebagai korban holocaust dan menyebut aparat keamanan Zionis sebagai Nazi.

Sebagaimana dilansir Maan dari Reuters (02/01/2012), kelompok Yahudi Ultra-Ortodoks mendadani anak-anak mereka dengan kostum pakaian korban holocaust, saat melakukan unjuk rasa pada hari Ahad (01/01/2012), menuntut diberlakukannya pemisahaan antara laki-laki dan perempuan di tempat umum.

Seorang bocah laki-laki dengan rambut dikepang samping dan topi ala Yahudi Ortodoks menjadi pusat perhatian

dalam demonstrasi di Al Quds (Yerusalem) itu.

Kedua tangannya yang diborgol diangkat seperti orang yang menyerahkan diri, gambar bintang Daud warna kuning bertuliskan 'Jude' (bahasa Jerman, artinya Yahudi) dijahitkan di jaketnya.

Mimik bocah itu menirukan salah satu gambar foto kenangan Yahudi Jerman zaman Perang Dunia ke-2, di mana seorang bocah Yahudi terlihat ketakutan saat dikumpulkan dalam sebuah kamp Nazi di Warsawa.

"Nazi, Nazi," teriak para pengunjuk rasa ke arah polisi Israel.

Anak-anak lain dan sejumlah pemuda terlihat berpakaian meniru seragam kamp konsentrasi Jerman. Sementara ratusan orang Yahudi Ortodoks lainnya mengenakan pakaian hitam tradisi agama mereka.

Mengomentari penampilan bocah-bocah Yahudi itu, dalam pernyataannya Menteri Pertahanan Ehud Barak menyebutnya sebagai sesuatu yang mengejutkan dan menjijikkan, serta tidak dapat diterima.

Orang-orang Yahudi Ortodoks yang tidak mengakui negara Zionis Israel, mengolok-olok dengan mengatakan bahwa negara Yahudi hanya akan bisa diwujudkan jika Messiah datang.

"Kalian tidak bisa mengenai kami dengan budaya barat yang penuh dosa itu. Kami akan tetap taat pada hukum Kitab Suci Taurat," bunyi salah satu spanduk dalam unjuk rasa hari Sabtu lalu.

Ketegangan di dalam negeri Zionis itu bermula saat kelompok Yahudi yang mengaku taat memegang teguh ajaran agamanya, menuntut adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan di lingkungan Yahudi Ultra-Ortodoks dan tempat-tempat umum lainnya.

Di atas bus umum, sekelompok Yahudi Ortodoks bahkan menyuruh para wanita duduk di kursi bagian belakang. Karena mereka berkeyakinan bahwa ajaran agamanya melarang laki-laki dan perempuan bercampur-baur.

Keadaan semakin memanas dan menjadi perdebatan publik, setelah seorang bocah perempuan berusia 8 tahun hampir dua pekan lalu mengeluh di telivisi, tentang para pria Yahudi Ultra-Ortodoks yang memukul pantatnya saat ia dalam perjalanan menuju sekolah.  Orang-orang itu menuduhnya mengenakan pakaian yang tidak sopan.

Meskipun memiliki sekutu partai dari kelompok Ultra-Ortodoks, PM Benjamin Netanyahu berjanji akan menangkapi orang-orang Yahudi yang dianggapnya melecehkan wanita itu.

Sementara Avner Shalev, ketua Yad Vashem -- lembaga yang menangani segala macam urusan holocaust -- berpendapat bahwa penggunaan kostum korban holocaust itu merupakan tindakan pelecehan terhadap orang-orang yang selamat dari holocaust.

"Ini sama sekali tidak dapat dterima dan merendahkan nilai-nilai Yahudi," kata Shalev kepada Radio Israel


sumber

0 komentar: