Selasa, 06 Maret 2012

Al Hikam : Apabila Cahaya Yakin Telah Bersinar

Sebagaimana dimaklumi, bahwa bersahabat dengan orang-orang baik dalam agama di mana kita dapat menjadi orang baik pula, karena persahabatan itu
berarti pada hakikatnya kita bersahabat dengan Allah s.w.t. Demikian pula melihat Wali Allah, pada hakikatnya kita melihat Allah, sebab Wali-waliNya itu tidak ada sesuatu dalam hati mereka terikat dan bergantung kepada selain Alah. Dengan demikian, maka bercahayalah hati kita dengan cahaya yakin terhadap ajaran agama, dan segala tuntunan-tuntunannya. Dan bagaimanakah akibat daripada cahaya yakin dalam hati apabila telahbersinar cahaya tersebut?

Dalam hal ini, yang Mulia Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah menerangkan hal keadaan tersebut dalam rumusan Kalam Hikmahnya sebagai berikut:

"Jikalau cahaya yakin telah bersinar buat anda, pastilah anda melihat akhirat lebih dekat kepada anda dari anda berjalan kepada akhirat itu. Dan pastilah (pula) anda melihat kebaikan-kebaikan dunia di mana sungguh telah kelihatan perubahan kehancuran atas kebaikan-kebaikan tersebut."

Kalam Hikmah ini keterangannya sebagai berikut : "Ilmu yang tidak didesak-desak oleh waham tidak dicampuri oleh keraguan dan tidak disertai oleh kehancuran. Jadi arti yakin ialah ilmu (pengetahuan) yang telah mantap sedemikian rupa sehingga kita tidak ragu-ragu lagi dan tiak pula dicampuri oleh hal-hal yang tiak bersifat kepastian.

Ilmu yang tersebut itu ialah ilmu mengenai ketuhanan Allah s.w.t. baik tentang DzatNya maupun tentang sifat-sifatNya. Demikian juga ilmu yang berupa wahyu yang telah disampaikanNya kepada Rasul-rasulNya melalui Malaikat dan kitab-kitab suciNya. Ilmu itu apabila cahaya bathin telah bersinar sedemikian rupa, maka ia akan membawa efek-efek kebajikan lahiriah dan bathiniah.

Efek-efek kebajikan pada lahiriah, maksudnya kelihatan berbekas cahaya itu atas tindak-tanduk anggota-angota tubuhnya yang lain. Pada waktu itu timbullah kegemarannya kepada akhirat dan telah kurang perhatiannya kepada dunia yang sama sekali tak ada hubungannya dengan kerohanian dan keagamaan.

Terdoronglah hatinya kepada Allah dan rindullah perasaanya untuk dapat melihat hakikat jombangnya Allah, disamping hatinya pula tenang dan tenteram dangan merendah di bawah keagungan dan kebesarannya Allah s.w.t. Bersegeralah dia menuntut keridhaanNya dan mencapai segala sesuatu yang dicintaiNya. Lidahnya bergerak menyebut Allah, hatinya penuh dengan berfikir pada kebesaran dan keagunganNya . Demikian juga rohnya haus untuk mendekat dengan Allah, di samping mabuk karena minum 'air cinta kasihNya'. Pada waktu itulah dia tenggelam dalam melihat bagaimana dekatnya dia dengan Allah s.w.t. Inilah tanda-tanda apabila cahaya yakin dalam hati telah bersinar sedemikian rupa, sehingga mengakibatkan negeri akhirat dengan segala
ihwalnya lebih dekat kepada perasaanya, padahal akhirat itu masih jauh sebab
dia dalam perjalanan. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah dengan kitab
suci Al-Quran:

"Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang. Dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolongnya." (Al_An'am:134)

Dan untuk pengertian itulah penyair ahli Tasawuf telah bersyair sebagai berikut:

"Janganlah anda rela memberikan cinta kepada selain Allah
Tetapi jadilah selamnya dimabuk rindu nestapa
Anda melihat sesuatu yang ghaib terang dan nyata
Anda beruntung sebab berhubung bertemu rasa"

Demikianlah apabila hati dan perasaan telah dipenuhi dengan cahaya yakin, yang berarti itulah cahaya iman.

kalaulah demikian maka kerinduan dan cinta itu mengakibatkan segala sesuatu yang jauh dalam kenyataan adalah dekat dalam perasaaan. Negeri akhirat adalah jauh, sebab harus menempuh sisa hidup, transisi kubur sebagai alam barzakh dan berkumpulnya manusia di hari kiamat. Teatapi hati para Wali
Allah menganggap semuanya itu adalah dekat dan selalu terlihat dalam ruang
matanya.

Demikian juga dunia sebagai ciptaan Allah di mana didalam dunia kita lihat secara lahir adanya keindahan yang bersifat alami atau keindahan yang dibuat oleh tangan manusia. Tetapi terhadap para Auliya' Allah tiada melihat lahiriahnya tetapi melihat hakikatnya. Mereka melihat bahwa dunia tidak akan kekal . Mereka melihat kegelapan dan kekacauan penuh berleluasa di mana-mana. Mereka melihat bahwa semuanya itu hanya membosankan mereka. Itulah yang menyebabkan ghairah hati dalam dada, mundur teratur melihat kerendahan-kerendahannya.

Sabda Rasulullah s.a.w.: " Bahwasanya cahaya iman apabila telah masuk ke dalam hati terbukalah dada seseorang dan lapanglah dadanya itu. Ditanyakan kepada Nabi, Wahai Rasulullah! Adakah sebagian dari tanda-tandanya untuk itu yang dapat dikenal? Nabi menjawab: Ada. (Tandanya ialah); renggang hatinya dari dunia sebagai kampung tempat tipuan, dan kembali hatinya condong kepada negeri yang kekal dan bersiap-siap untuk (bekalan) mati sebelum datangnya."

Kesimpulan :

Yakin apabila telah mantap dalam hati, maka hati akan melihat segala-galanya untuk kepentingan agama dan akhirat, dan segala hijab antara hatinya dan antara kepentingan agama dan akhirat akan hancur berantakan. Pada waktu itu terang benderanglah jalan yang dituju dan sampailah ia kepada tujuan utama yang hakiki. Ke arah itulah tujuan para Nabi dan para Rasul dan sekalian hamba-hamba Allah yang shaleh.

Ya Allah! Engkau kurniakanlah kepada kami hakikat yakin dan kemantapan makrifat kepadaMu. Engkau sinarkanlah yakin itu dalam hati kami sehingga tertunjuklah segala anggota badaniah kami lahir dan bathin menuju kepadaMu, ya Allah!.

Walhamdu lillaahi Rabbil-'alamin.
______________________________________________________________________
Prof. Dr. K.H. Muhibbudin Waly dalam HAKIKAT HIKMAH TAUHID DAN TASAWUF (AL-HIKAM),

0 komentar: