Jumat, 23 Maret 2012

Awalilah Dengan Basmallah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ



Kalau sahabat melihat-lihat kitab kuning, pasti pengarangnya selalu menempatkan basmallah di awal tulisan mereka, sebelum menulis pendahuluan. Mengapa mereka begitu kompak dan seragam selalu meletakkan basmallah di awal tulisan mereka? Alasan mereka ternyata hampir seragam. Mereka juga mengemukakan alasan tersebut di muka tulisan mereka, sebelum berlanjut ke pokok bahasan. Uniknya, pembahasan basmallah setiap pengarang ternyata punya ciri khas yang berbeda-beda, tergantung jenis ilmu apa yang akan dibahas oleh pengarang tersebut. Jika seorang ulama penulis kitab fiqih, maka pembahasan basmallah lebih ditonjolkan dari sudut pandang ilmu fiqih, jika penulis kitab bahasa arab (nahwu-sharaf), maka penulis lebih memfokuskan basmallah pada kaidah kebahasaan dan seterusnya.

Ada beberapa alasan, mengapa setiap kitab diawali dengan basmallah. Diantaranya karena mengikuti akhlak atau kebiasaan Allah, karena Allah selalu mengawali suatu surat dalam Al Quran dengan basmallah. Allah saja kebiasaan-Nya seperti itu, masa kita makhluk-Nya tidak mengikuti-Nya ?

Begitu juga dengan apa yang dituliskan Qalam pada Lauh Mahfuzh. Berdasarkan hadits nabi bahwa paling permulaan yang ditulis oleh Qalam adalah basmallah, oleh karena itu Rasul menyuruh mengawali tulisan dengan basmallah, karena basmallah adalah permulaan segala kitab yang diturunkan. Dalam hadits lain, Nabi menyuruh kita untuk mengawali segala tulisan dengan basmallah, setelah itu membacanya.

Alasan lain adalah minta keberkahan dan kesempurnaan dengan apa yang akan ditulis, sehingga disamping bermanfaat buat dirinya juga bermanfaat untuk khalayak ramai. Berlandaskan pada sebuah hadits yang menyatakan bahwa segala sesuatu pekerjaan yang baik, namun tidak diawali dengan basmallah, maka pekerjaan tersebut kurang berkah. Kalau berkah itu diibaratkan sebagai tubuh manusia, maka tidak berkah itu adalah ada bagian tubuh yang cacat, dimisalkan tidak punya tangan. Atau kalau diibaratkan ke kuda, dia tidak punya ekor, sehingga tampak ketidaksempurnaannya.

Di atas dikemukakan bahwa mengawali suatu pekerjaan dengan basmallah adalah jika pekerjaan tersebut termasuk kategori “pekerjaan baik”. Kategori pekerjaan yang baik disini adalah pekerjaan yang diperintah oleh agama atau pekerjaan yang dibolehkan secara hukum Islam. Sedangkan pekerjaan yang hukumnya makruh dan haram, tidak diperbolehkan diawali dengan basmallah. Kebangetan kalau ada yang demikian. Juga tidak diperbolehkan membaca basmallah ketika melakukan pekerjaan-pekerjaan yang apabila dibaca basmallah, dianggap kurang sopan penempatannya. Seperti pekerjaan menyapu atau bersih-bersih dari buang air dan sebagainya. Kita harus selalu ingat bahwa basmallah adalah bagian dari kalimat dalam Al Quran, sehingga jangan asal mengucapkan kata basmallah, karena termasuk kalam Ilahi.

Namun para ulama berbeda pendapat tentang basmallah, apakah basmallah tersebut merupakan bagian dari masing-masing surat atau bukan ayat dari tiap surat tersebut ? Pendapat Imam Malik menyatakan bahwa basmallah itu bukan bagian dari ayat dalam tiap surat. Sedangkan menurut Abdullah bin Mubarak justru sebaliknya, basmallah merupakan bagian ayat dari tiap surat. Dan pendapat Imam Syafi’i menyatakan bahwa, basmallah merupakan bagian dari ayat surat Al Fatihah dan beliau masih ragu-ragu terhadap surat lainnya. Dengan demikian bagi pendukung mazhab Imam Syafi’i, pembacaan Al Fatihah dalam shalat mesti diawali dengan basmallah. Namun para ulama telah sepakat tentang sebuah ayat dalam surat An Naml yang mengandung kata basmallah, bahwa ayat tersebut adalah bagian dari surat tersebut.

0 komentar: