Kamis, 19 April 2012

An Nur


Yakni yang menerangi segala sesuatu dengan menampakkan cahaya-Nya di dalamnya.
Allah SWT berfirman:
Allah adalah cahaya langit dan bumi … (QS An Nur: 35)
Yakni, yang menerangi langit dan bumi dengan bintang-bintang atau planet-planet, atau dengan malaikat dan para nabi.
Dikatakan bahwa maknanya adalah, yang menampakan segala benda dari tiada menjadi ada.
Ibnu ‘Atha’illah, di dalam kitabnya Al-Hikam, mengatakan: “Alam semesta ini semuanya gelap, yang meneranginya adalah adanya Al Haqq di dalamnya.”
Perkataan Ibnu ‘Atha’illah itu diuraikan oleh pensyarah-nya sebagai berikut: “Alam semesta ini semuanya gelap, yakni tidak ada sama sekali di dalam pandangan ahli syuhud. Sesungguhnya yang meneranginya adalah nampaknya Al Haqq di dalamnya, seperti nampaknya cahaya matahari di lubang kunci. Dengan nampaknya Al Haqq itu, maka segala sesuatu yang asalnya tidak ada menjadi ada sesuai dengan tuntutan tabiatnya, yang sebenarnya tidak wujud di dalam zatnya. Ini adalah untuk memudahkan pemahaman dan tidak bisa dicapai kecuali dengan perasaan. “Adapun perkataan Ibnu ‘Atha’illah “nampaknya Al Haqq di dalamnya” maksudnya adalah, nampaknya perbuatan Allah di dalamnya. Sebab orang-orang arif menyaksikan perbuatan Allah itu dalam setiap sesuatu karena kuatnya makrifat mereka. Sehingga ada sebagian mereka mengatakan: “Tidaklah aku lihat sesuatu, melainkan kulihat Allah di dalamnya!” Maksudnya: “Kulihat perbuatan Allah di dalamnya.” Sebab afal-Nya itu menampakkan kekuasaan-Nya, yang seandainya terputus sekejap saja, tentu akan porak-porandalah segala yang wujud dan akan kacaulah tata-tertib alam ini. Tidak ada sesuatu pun yang maujud kecuali di dalamnya ada perbuatan Allah SWT. Dia adalah elemennya dan sebab kelangsungannya. Seandainya Allah SWT menghentikan af’al-Nya dari kita, tentu akan musnahlah segala yang ada.
Ber-taqanub dengan ism ini hendaklah dengan melihat segala sesuatu itu dari-Nya dan dengan-Nya. Kemudian berakhlak dengan menampakkan bahwa bagi-Nya setiap kebaikan.

Khasiatnya 
Ism ini berkhasiat untuk menerangi kalbu dan anggota tubuh orang yang berzikir dengannya. Karena itulah, Rasulullah saw. membanyakkan menyebutnya dalam doanya berikut ini:

Ya Allah, adakanlah cahaya di dalam kalbuku, cahaya di dalam kuburku, cahaya di dalam penglihatanku, cahaya di dalam pendengaranku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya di depanku, cahaya di belakangku, dan cahaya di atasku. Ya Allah, adakanlah bagiku cahaya dan jadikanlah aku cahaya dengan berkat rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Paling Penyayang.

0 komentar: