Kamis, 19 April 2012

Asy Syakur


Dia adalah Dzat yang banyak memberi atas amal yang sedikit. Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa makna Asy-Syakur adalah: Yang banyak memuji hamba-Nya dengan menyebutkan perbuatan taatnya.
Hakikat syukur pada seorang hamba adalah perasaan hati yang senang terhadap Yang Memberi Nikmat, sehingga rasa syukur itu melampaui anggota tubuhnya, maka anggota tubuh itu pun lalu dipergunakan untuk berkhidmat kepada Yang Memberi Nikmat tersebut.
Ada pula pendapat lain yang mengatakan, bahwa maksud ism ini adalah: Dialah Dzat yang membalas amalan yang sedikit dengan derajat yang tinggi. Dia memberikan ganjaran terhadap amal yang dilakukan seorang hamba, selama hidupnya yang singkat di dunia ini, dengan kenikmatan akhirat yang tak terbatas. Jadi, siapa yang membalas kebaikan dengan balasan yang berlipat ganda, maka dikatakan bahwa ia telah mensyukuri nikmat tersebut. Dan siapa yang memuji orang yang berbuat baik, maka dikatakan juga ia telah mensyukurinya.
Di antara keberuntungan seorang hamba dari ism ini diisyaratkan agar ia bersikap syukur terhadap hamba-hamba Allah atas perbuatan baik yang telah mereka lakukan kepadanya, atau membalas segala kebaikan mereka itu dengan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka lakukan. Inilah suatu sifat atau perangai yang sangat terpuji. Karena itulah Rasulullah saw. telah bersabda:
Barangsiapa tidak berterima kasih kepada orang lain, maka ia juga tidak bersyukur kepada Allah.

Adapun syukur seorang hamba kepada Allah itu adalah dengan menyadari nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan-Nya kepadanya, dan tidaklah mempergunakan segala nikmat itu untuk melakukan perbuatan durhaka kepada-Nya, tetapi ia gunakan untuk berbuat taat kepada-Nya, dan itu berkat taufik dan kemudahan dari Allah semata. Dan juga hendaklah ia selalu meuji Allah dengan cara yang ia kuasai, sekalipun hal itu sulit bagi dirinya kecuali dengan taufik dari Allah SWT.

Di antara puji-pujian yang baik kepada Allah SWT itu adalah seperti yang disebutkan di dalam Wirid as Sattar oleh Sayyid Yahya Al-Bakuni, yang antara lain berrbunyi:
Tidak kuasa aku menyampaikan pujian kepada-Mu, seperti apa yang Engkau pujikan atas diri-Mu.
Alangkah manisnya perkataan ini, seolah-olah ia hendak menyatakan bahwa pujian yang pantas kepada Allah itu bukan merupakan kemampuan seorang manusia. Karena itulah ia biarkan pujian itu bagi yang mampu melakukannya, yaitu Allah sendiri. Inilah ungkapan yang paling sempurna.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki seseorang menjadi hamba yang bersyukur terhadap semua nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, sesuai deengan cara yang diridhai oleh-Nya, dan dianugerahkan Allah kepadanya dengan perantaraan orang lain, dengan jalan membesarkan yang sedikit dan mambalasnya.

0 komentar: