Rabu, 04 April 2012

BAB II (MANDI WAJIB)



Sebab-Sebab Mandi Wajib

1.      Apabila berjanabat karena mengeluarkan mani.
Sebagaimana dalam hadis disebutkan:

إ نما الماء من الماء ( رواه مسلم)
Artinya: hayalah air itu berasal dari air (HR. Muslim)

عن علي رضي الله عنه قال كنت رجلا مذاء فسألت النبي ص م فقال في المي وضوء وفي المني الغسل (رواه أحمد والترمي وابن ماجه)
Dari Ali ra beliau berkata: aku adalah seorang laki-laki yang mudah mengeluarkan mazi lalu aku bertanya kepada Nabi saw, maka beliau bersabdaa; apabila keluar mazi maka hendaklah berwudhu dan apabila kelaur mani, hendaklah mandi. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)

2.      Apabila bertemunya dua khitan, meskipun tidak mengeluarkan mani.

Sebagaimana yang terdapat dalam hadis Bukhari Muslim :

اذا جلس بين شعبها الأربع ثمٍ جهدها وجب عليه الغسل (اخرجه البخاري والمسلم)
Apabila salah seorang duduk diantara anggota-anggota tubuh perempuan yang empat, kemudian ia urus ia maka wajiblah baginya mandi. (HR. Bukhari Muslim) 

Akan tetapi menurut Imam Daud Adhahiri, orang yang melakukan hubungan suami istri, apabila tidak mengeluarkan mani atau inzal, tidak wajib mandi. Pendapat beliau  didasarkan pada hadis Bukhari Muslim :    
روي أن زيد ابن الخالد الجهني سأل عثمان بن عفان: ارأيت اذا جامع الرجل امرأته فلم يمني؟قال عثمان يتوضؤ كما يتوضؤ للصلاة ويغسل ذكره. قال عثمان سمعته من رسول الله ص م  (رواه البخاري والمسلم)
Telah diriwayatkan bahwa Zaid bin Khalid al-Juhni pernah bertanya kepada Usman bin Afan: “bagaiamana pendapat tuan jika seorang laki-laki berhubungan dengan istrinya tetapi tidak mengeluarkan mani?” maka usman menjawab “ia mesti berwudhu, sebagaimana wudhu untuk shalat dan ia harus mencuci kemaluannya. Dan Usman berkata “aku mendengar hal itu dari Rasulullah”. (HR. Bukhari Muslim)

Pendapat tentang tidak wajibnya mandi setelah melakukan hubungan apabila tidak sampai inzal juga merupakan pendapat lima sahabat Rasulullah saw. yaitu; Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awam, Thalhah bin Ubaidillah, Ubay bin Ka’ab, serta Ayub. Sebagaimana diriwayatkan oleh Zaid bin Khakid al-Juhni. Akan tetapi hadis ini dilemahkan oleh Imam Ahmad dengan hadis berikut ini;
قال زيد بن خالد الجهني فسألت علي بن ابي طالب, والزبير بن العوام, والطلحح بن عبيدالله, وأبي بن كعب, وأيوب فأمروه بذالك (رواه البخاري)
Telah berkata Zaid bin Khalid al-Juhni: saya menanyakan yang demikian kepada Ali bin Abi Thalaib, Zubair bin Awwam, Thalha bin Ubaidillah, Ubai bin Ka’ab, dan Ayyub, mereka menyuruh yang demikian. (HR. Bukhari)

Dan pendapat ini juga merupakan pendapat Umar bin Abdul Aziz.
Sedangkan menurut para ahli fiqih, imam Malik, imam Syafi’i, sebagian jama’ah dari mazhab Dhahiri, berpendapat, bahwa apabila seseorang melakukan hubungan suami istri maka wajib mandi meskipun tidak sampai inzal. Adapun hadis yang mengatakan tidak wajibnya mandi apabila tidak sampai inzal, sudah dimansukh oleh hadis-hadis berikut;

قال ابي بن كعب أن الفتيا التي كانوا يقولون: الماء من الماء رخصة كان رسول الله ص م رخص بها في اول الاسلام ثم أمرنا بالاغسال بعدها (رواهأحمد, أبو دوود, وابن ماجه)
Ubai bin Ka’ab berkata: sesungguhnya fatwa yang mereka katakan; yaitu wajib Mandi dikarenakan keluar mani adalah kelonggarang yang telah diberikan oleh Rasulullah di awal islam, kemudian sesudah itu Rasulullah menyuruh mandi (meskipun tidak inzal). (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud)

قال أبوهريرة  قال النبي ص م اذا جلس بين شعبها الاربع ثم جهدها فقد وجب الغسل ( ح ص ر أحمد والبخاري والمسلم)
Berkata Abu Hurairah: bersabda Nabi saw: Apabila salah seorang duduk diantara anggota-anggota tubuh perempuan yang empat kemudian ia urus ia maka wajiblah baginya mandi. (HR. Bukhari Muslim)

Bahkan menurut Abdul Bar kelima sahabat Rasulullah saw. yang pada mulanya mengatakan tidak mandi apabila tidak inzal dan juga Tabi’in yang berpendapat seperti itu, kemudian berpendapat bahwasanya mandi itu wajib meskipun tidak sampai inzal. Kecuali Daud, yang masih berpendapat seperti pendapat awal. Beliau berdalil dengan hadis

قال أبو سعيد الخدري قال رسول الله ص م الماء من الماء (رواه أحمد)
Abu Said al-Khudri ra berkata: Rasulullah saw bersabda sesungguhnya air itu berasal dari air. (HR. Ahmad)

3.      Apabila hendak menunaikan shalat Jum’at.

Dalam hal ini ada perbedaan pendapat tentang wajib tidaknya mandi ketika hendak menghadiri shalat Jum’at. Muhammadiyah dalam masalah ini, tidak menerangkan apakah mandi sebelum shalat Jum’at wajib atau tidak. Sebagaimana yang tertulis dalam HPT. Akan tetapi Muhammadiyah hanya berpendapat bahwasanya mandi pada hari Jum’at adalah masyru’ atau disyariatkan. Pendapat ini didasarkan pada hadis

عن ابن عمر رضي الله عنه قال قال رسول الله ص م  اذا أراد أحدكم أن يأتي الجمعة فاليغسل (رواه مسلم)
Dari Ibnu Umar ra berkata : sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila salah seorang diantara kamu mendatangi shalat Jum’at maka hendaklah ia mandi (HR. Muslim)

Diantara ulama’ yang mewajibkan mandi pada hari Jum’at adalah ulama’ Ahlu-Dhahir, imam   Malik, Ibnu Huzaimah, Ibnu Hazm dan satu pendapat dari Imam Syafi’i. Mereka beralasan dengan dalil sebagai berikut;

عن أبي سعيد أن النبي ص م قال غسل يوم الجمعة واجب علي كل محتلم والسواك وأن يمس من الطيب ما يقدر عليه (متفق عليه)
Dari Abi said berkata: sesunggunya Rasulullah saw bersabda: mandi pada hari Jum’at adalah wajib bagi setiap laki-laki yang sudah bermimpi dan bersiwak serta memakai wangian apabila ia mampu. (Muttafaqun alaih)

عن أبي هريرة عن النبي ص م قال حق علي كل مسلم ان يغتسل في كل سبعت أيام يوما يغتسل فيه رأسه وجسده (متفق عليه)
Dari abu Hurairah ra dariRasulullah saw bersabda: wajib setiap muslim mandi pada satu hari dari hari-hari yang tujuh yang di dalamnya dia membasahi kepala dan badanya. (Muttafaqun alaihi)

Berkaitan dengan waktu wajibnya mandi pada hari Jum’at, ada beberapa perbedaan di kalangan para ulama’, yaitu :
a.       Jumhur ulama’ berpendapat bahwasanya kewajiban mandi tidak harus mendekati waktu shalat jum’at, akan tetapi bisa di awal hari, yang penting sebelum shalat Jum’at. Karena yang diwajibkan dalam hadis adalah hari Jum’at, bukan ketika hendak melakukan shalat Jum’at, dan salah satu illatnya adalah supaya jama’ah lain tidak tertanggu oleh bau badanya, sehingga tidak boleh sesudah shalat Jum’at.
b.      Imam Malik berpendapat bahwa wajibnya mandi itu ketika hendak melaksanakan shalat Jum’at. karena pada asalnya nama Jum’at adalah nama segiatan berkumpulnya jama’ah untuk melakukan shalat Jum’at, bukan nama untuk sebuah hari.
c.       Imam Daud berpendapat bahwasanya kewajiban mandi pada hari Jum’at tidak harus mendekati waktu shalat Juma’at, bahkan boleh sebelum terbenamnya matahari pada hari Jum’at, karena hari Jum’at itu berahir ketika matahari terbenam.
Sedangkan ulama’ yang berpendapat bahwasanya mandi pada hari Jum’at tidak wajib melainkan disunahkan diantaranya; jumhur ulama dari kalangan salaf dan khalaf dan para fuqaha.menurut Qodhi Iyyad pendapat ini juga merupakan pendapat yang dikenal dari mazhab imam Malik. Diantara yang menjadi dalil dari kelompok ini adalah;

من توضأ فأحسن الوضوءثم أتي الجمعت فاستمع وانصت غفر له ما بين الجمعة الي الجمعة وزيادة ثلاثة أيام (رواه مسلم)
Barang siapa yang berwudhu dan membaguskan wudhunya kemudian mendatangi shalat Jum’at kemudian ia diam serta memperhatikan khutbah, maka diampuni dosanya dari Jum’at yang satu ke Jum’at yang lain dan ditambah tiga hari (HR. Muslim)

وعن ابن عمر أن عمربين هو قائم في الخطبة يوم الجمعة اذ دخل رجل من المهاجرين الاولين فناداه عمر أية الساعة هذه؟ فقال اني سغلت فلم أنقلب الي أهلي حتي سمعت التأذين فلم أزد علي أن توضأت, والوضوء أيضا وقد علمت أن الرسول الله ص م كان يامر بالغسل (متفق عليه)
Dari Ibnu Umar, bahwasanya tatkala Umar sedang berkhutbah tiba-tiba datang seorang laki-laki dari golongan Muhajirin yang perta kemudian Umar menegurnya, “waktu seperti ini baru datang?” kemudia dia menjawab “Sesungguhnya aku sangat sibuk aku belum sempat kembali ke keluargaku dan aku sudah mendengar azan sehingga aku hanya sempat berwudhu, kemudia Umar berkata “engkau berwuhu, padahal engkau tahu bahwasanya Rasulullah menyuruh untuk mandi”. (Muttafaqun alaihi)

Dalam hadis ini Umar menegur jama’ah yang datang terlambat dan berwudhu sebelum menunaikan shalat Jum’at, karena yang diperintahkan oleh Rosululloh adalah mandi sebelum menunaikan shalat Jum’at. Seandainya mandi pada hari Jum’at adalah wajib tentu Umar akan menyuruh orang tersebut kembali dan mandi terlebih dahulu, akan tetapi Umar tidak menyuruh demikian.
Sedangkan kata waajib yang ada pada hadis Abi Sangid dan kata haqqun pada hadis Abu Hurairah, menurut kelompok ini bukanlah menunjukan kewajiban akan tetapi sunah yang sangat dianjurkan. Sebagaimana kalau seseorang mengatakan ”haqqun ’alaina muwashilatuka” atau ”waajibun ’alaina muwashilatuka” kata ini bukan menunjukan kewajiban melainkan anjuran yang sangat. Dan dalam hadis Abu Hurairah perintah mandi diikuti oleh perintah bersiwak dan memakai minyak wangi, padahal sudah diketahui bahwasanya memakai minyak wangi bukan wajib melainkan sunah.

4.      Apabila selesai dari haidh.
Sebagaimana dalam surat al-Baqarah

ولاتقربوهن حتي يطهرن
Dan janganlah kamu dekati mereka sehingga mereka suci

ولحديث عائشة ان فاطمة بنت ابي حبيش كانت تستحاض فسالت النبي ص م فقا ل ذالك عرق وليس بالخيضة فاا أقبلت الخيضة فدعي الصلاة فاا برت فاغتسلي فصلي (رواه البخاري)
Karena hadis Aisyah sesungguhnya Fatimah binti Hubaisy beristihadhah kemudian ia bertanya kepada Nabi, lalu Nabi menjawab: itulah darah penyakit bukan haid. Apabila datang haid tinggalkanlah shalat dan apabila telah berhenti haidnya maka hendaklah ia mandi dan melaksanakan shalat (HR. Bukhari)

5.      Masuk Islam.
Dan ini merupakan pendapat imam Malik dan  Ahmad. Akan tetapi menurut imam Syafi’i dan Abu Hanifah hukumnya sunah.

6.      Memandikan mayit.
Dasarnya adalah;

عن أبي هريرة عن النبي ص م قال من غسل ميتا فليغتسل ومن حمله فليتوصأ (رواه الخمسة)
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw bersabda: barang siapa yang memandikan mayat maka hendaklah ia mandi dan barang siapa yang membawanya maka hendaklah ia berwudhu (HR. khamsah)

Akan tetapi hadis ini menurut Abu Dawud sudah dimansukh, dan banyak ulama’ yang mendhaifkan hadis ini.

Imam Malik dan Ash-habusyafi’i mengatakan bahwa mandi setelah memandikan jenazah adalah sunah bukan wajib, karena adanya hadis yang mengatakan

ان ميتكم يموت طاهرا فحسبكم أن تغسل أيديكم (أخرجه البيهقي وحسنه ابن حجر)
Sesungguhnya mayat kalian adalah suci maka cukuplah bagi kalian mencuci tangan kalian (HR. Baihaqi dan dihasankan oleh Ibnu Hajar)

وحديث: كنا نغغسل الميت فمنا من يغتسل ومنا من لا يغتسل (أخرجه الخطيب من حديث عمر)

Sesungguhya kami itu memandikan mayat dan diantara kami ada yang mandi dan ada yang tidak mandi (HR. Al-Khatib dari Umar)

Muhammadiyah tidak memasukan mandi setelah memandikan mayit termasuk katagori mandi yang diwajibkan, sebagaimana tidak tercantum dalam HPT.




0 komentar: