Rabu, 04 April 2012

BAB IV (TAYAMUM)


Dalil-Dalil Disyari’atkannya Tayamum:

..وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا.. الآية

Artinya : ... dan jika kalian sakit atau dalam perjalanan atau datang dari tempat buang air atau “menyentuh wanita” lalu kalian tidak mendapati air, maka hendaklah kalian bertayamum dengan menggunakan debu yang baik….( al-Maidah : 6 )

أن رسول الله –  ص – قال : جعلت الأرض كلها لي و لأمتي مسجدا وطهورا فأينم أدركت رجلا من أمتي الصلاة فعنده طهوره  - رواه أحمد - 

Artinya: Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda : Di jadikan bumi ini semuanya adalah untukku dan untuk umatku sebagai masjid dan alat bersuci , maka kapan saja seseorang mendapati waktu shalat maka di sisinya terdapat penyucinya. ( H.R. Ahmad )

عن جابر أن رسول الله – ص – قال : أعطيت خمسا لم يعطيهن احد قيلي... وجعلت لي الأرض  مسجدا وطهورا . فأينما أد ركت   من أمتي أدركته الصلاة فاليصل... )رواه البخاري و مسلم(
Artinya : Dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda : Aku telah diberi lima hal yang tidak pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku, :... dan dijadikanlah bumi sebagai masjid dan alat bersuci, kapan saja seseorang dari umatku mendapati waktu shalat maka hendaklah ia shalat... ( H.R. Bukhari Muslim )

Sebab-Sebab Dibolehkannya Bertayamum:

Dalam kitab-kitab fiqh telah disebutkan beberapa hal yang menjadi sebab dibolehkannya bertayamum, di antaranya adalah:
a.    Tidak ada air  ( surat al-Maidah ayat : 6 )
b.    Sakit  ( surat al-Maidah ayat : 6 )
c.    Musafir ( surat al-Maidah ayat : 6 )
d.    Takut mendapat madharat

لحديث عمرو بن العاص – ر ض – أنه لما بعث في غزوة ات السلاسل قال : احتلمت في ليلة شديدة البرودة , فأشفقت ان اغتسلت ان أهلك, فتيممت ثم فصليت باصحابي صلاة الصبح , فلما قدمنا على رسول الله – ص – ذكروا ذلك له , فقال : يا عمرو صليت بأصحابك و أنت جنب ؟ فقلت : ذكرت قول الله عز وجل : ولا تقتلوا أنسكم ان الله بكم رحيما , فتيممت ثم صليت , فضحك رسول الله – ص – و لم يقل شيئا  - رواه أحمد و أبو داود و الحاكم والدارقطني وابن حبان –

Artinya : Berdasar hadis Amr bin al-’Ash r.a. ketika dia diutus dalam peperangan Zatu-salasil, berkata : Aku bermimpi dalam suatu malam yang sangat dingin, lalu aku khawatir jika aku mandi maka akan binasa, lalu aku bertayamum dan shalat Subuh bersama sahabat-sahabatku. Lalu ketika kami sampai kepada Nabi mereka menceritakannya. Lalu beliau bersabda; ya Amr engkau shalat bersama sahabat-sahabatmu sedangkan engkau junub ? aku berkata: Aku membacakan firman Allah:    ولا تقتلوا أنسكم ان الله بكم رحيما    lalu aku bertayamum kemudian shalat. Maka tertawalah Raslullah saw. Dan tidak mengatakan sesuatupun.

Di dalam kitab Fiqhussunah ditambah :
e.    Air sangat dingin sehingga dikhawatirkan membahayakan
f.     Keberadaan air dekat, tapi dia takut akan keselamatan jiwanya, atau harta bendanya karena adanya musuh, atau dia tidak bisa mengambil air karena keterbatasan alat.
g.    Keberadaan air sangat terbatas, padahal dia membutuhkan air minum.

Adapun debu yang digunakan untuk bertayamum adalah debu yang baik dan tidak terkena najis( surat al-Maidah ayat : 6 ). Para ulama’ juga memberi syarat bahwa dibolehkannya bertayamum adalah apa bila telah masuk waktu shalat, berdasar sebuah riwayat :

عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال : قال رسول الله –  ص – جعلت لي الأرض  مسجدا وطهورا أينما أدركتني الصلاة تمسحت و صليت .)رواه البخاري و مسلم(

Artinya : dari Amr bin Syuaib dari bapaknya, dari kakeknya, dia berkata : Rasulullah saw. Bersabda : bumi telah dijadikan untukku sebagai masjid dan alat bersuci maka kapan saja aku mendapati shalat aku bertayamum dan shalat.( Bukhari Muslim )


Tata Cara Bertayamum:

a.    Meletakkan kedua tangan di tanah lalu meniupnya, berdasarkan pada hadist:

عن عمّار قال اجنبت فلم أصب الماء فتمعّكت في الصعيد وصلّيت فذكرت ذالك للنبي صلّى الله عليه وآله وسلم فقال انما كان يكفيك هكذا وضرب النبي صلّى الله عليه وآله وسلم بكفّيه الأرض ونفخ فيهما ثم مسح وجهه وكفّيه-  متفق عليه –

Artinya : dari Amar beliau berkata : aku telah junub dan tidak mendapati air lalu aku berguling-guling di tanah dan aku shalat. Setelah itu aku ceritakan kepada Nabi saw. Lalu beliau bersabda : sesungguhnya cukup bagimu seperti ini : Nabi saw. Menepukkan kedua tangannya ke tanah dan meniupnya, lalu beliau mengusap wajah dan kedua tangannya.

Menurut hadis tersebut, meletakkan tangan ke tanah cukup dilakukan sekali saja juga dikuatkan oleh hadis:

عن عمار بن ياسر أن النبي – ص – قال في التيمم ضربة للوجه واليدين  - رواه أحمد و أبو داود – وفي رواية أن النبي – ص – أمره بالتيمم للوجه والكفين  - رواه الترمذي  و صححه –

Artinya ; dari Amr bin Yasir sesungguhnya Nabi saw. bersabda tentang tayamum yaitu sekali tepuk untuk wajah dan kedua tangan. ( H. R. Ahmad dan Abu daud )

Dan di dalam riwayat lain : Nabi memerintahkannya bertayamum untuk wajah dan kedua tangannya  ( HR. Tirmidzi )

Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa meletakkan tangan ke tanah dilakukan dua kali. Satu kali di usapkan ke wajah dan satu kali untuk tangan. Dasarnya adalah :

عن ابن عمر قال : قال رسول الله –  ص – التيمم ضربتان , ضربة للوجه و ضربة لليدين الي المرفقين  - رواه الدارقطني و صحح االأئمة وقفه –

Artinya : dari ibnu umar berkata : Rasulullah saw. bersabda : tayamum itu dua kali tepuk, yaitu satu kali untuk wajah dan satu kali untuk kedua tangan sampai siku ( Daruquthni )

Selain itu juga berdasar perkataan imam Malik ketika ditanya tentang bagaimanakah tayamum ? beliau menjawab menepukkan debu sekali untuk wajah dan sekali untuk ke dua tangan yang diusapkan sampai ke siku.
Namun pendapat ini kurang kuat, dan para ulama memauqufkan hadis ini. Hadis ini hanyalah perkataan Ibnu Umar (Subulussalam II: 156). Ibnu Abdil Barr juga mengatakan bahwa kebanyakan atsar yang marfu’ dari Ammar bin Yasir adalah dengan sekali tepuk. Dan semua hadis yang menepuk dua kali adalah Mudhtharib. (Nailul Author  I : 290 ). Begitu pula pendapat Atha’, Makhul, Auza’i, Ahmad bin Hanbal dan Ishaq. Dalam kitab Fathul-Bari juga disebutkan bahwa ini adalah pendapat jumhur ahli hadis.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa cukuplah menepuk tangan sekali saja.

b.      Niat ikhlas karena Allah, sebagaimana sabdanya :

انما الأعمال بالنيات و انما لكل امرئ ما نوى ...

Sesungguhnya semua perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan tiap orang adalah apa yang ia niatkan...

c.       Membaca basmalah, Rasulullah bersabda:

عن ابى هريرة روي عن رسول الله صلّى الله عليه وآله وسلم كلّ امر ذى بالٍ لا يُبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم اقطع رواه عبد القدير الرهويه

Artinya : dari Abu Hurairah, beliau meriwayatkan dari Rasulullah saw. “Bahwa setiap perkara yang berguna yang tidak di awali dengan bismilahirrahmanirrahim maka kurang sempurna”.

d.      Mengusap muka dan telapak tangan, berdasarkan hadis:

عن عمّار قال اجنبت فلم أصب الماء فتمعّكت في الصعيد وصلّيت فذكرت ذالك للنبي صلّى الله عليه وآله وسلم فقال انما كان يكفيك هكذا وضرب النبي صلّى الله عليه وآله وسلم بكفّيه الأرض ونفخ فيهما ثم مسح وجهه وكفّيه                         -  متفق عليه –

Artinya : dari Amar beliau berkata : aku telah junub dan tidak mendapati air lalu aku berguling-guling di tanah dan aku shalat. Setelah itu aku ceritakan kepada Nabi saw. Lalu beliau bersabda : sesungguhnya cukup bagimu seperti ini : Nabi saw. Menepukkan kedua tangannya ke tanah dan meniupnya, lalu beliau mengusap wajah dan kedua tangannya.

Di dalam mengusap tangan juga terjadi perbedaan pendapat apakah sampai pergelangan tangan saja ataukah sampai ke siku.
Yang mengatakan mengusap tangan sampai ke siku berhujjah dengan hadis :
عن نا فع أن عبدالله بن عمر كان يتيمم الي المرفقين 

Artinya : dari Nafi’ sesungguhnya Abdullah bin Umar bertayamum sampai ke siku.

Akan tetapi hadis ini seandainya sahih juga mauquf hanya sampai kepada Ibnu Umar. Ada juga riwayat lain bahwa mengusapnya sampai pertengahan tangan, bahkan sampai pada ketiak. Akan tetapi hadis yang menunjukkan sampai ke siku ataupun pertengahan tangan semuanya ada maqal ( perbincangan )mengenai keabsahannya. ( Subulus Salam I : 154 )
Berdasar hujah-hujah yang telah ada maka pendapat yang lebih kuat adalah yang mengusap sampai pada pergelangan tangan saja. Ini juga diperkuat dengan pendapat dari Fatawa lajnah daimah lil buhuts al ilmiyah wal ifta yang mengatakan : Cukup diusap dari ujung jari sampai persendian pergelangan tangan tidak sampai ke siku ( 5 : 354 ).

0 komentar: