Selasa, 10 April 2012

Ceeemburu....? Kok Bisa Ghitu ?


Manajemen Cemburu Dalam Persahabatan

Cemburu merupakan sebuah sikap wajar yang bisa hinggap pada setiap diri manusia. Dia tidak hanya terjadi pada dua orang yang saling mencintai dalam ikatan pernikahan, antara suami dan istri misalnya, tapi bisa juga terjadi pada beberapa orang yang masih ada ikatan darah (adik terhadap kakak, anak terhadap orang tua, dan sejenisnya) atau antar orang yang menjalin persahabatan. Cemburu bisa berakibat baik atau berakibat buruk bergantung pada kita “mengelola” cemburu tersebut.

Istilah “cemburu” bukanlah hal yang asing terdengar di telinga kita. Kata ini seringkali diidentikkan perasaan tidak nyaman ketika orang yang kita cintai, kita sayangi, menjadi tumpuan harapan perhatian, ternyata memberikan cinta, kasih sayang dan perhatian yang lebih banyak atau lebih besar pada orang lain yang tidak kita harapkan.

Bagi sepasang suami istri yang mempunyai hubungan serius dalam ikatan pernikahan, cemburu bisa datang pada saat salah satu pasangan ketika pasangan lainnya memberikan cinta, kasih sayang dan perhatian yang dianggap berlebih pada orang lain. Seorang suami menganggap perlakuan cinta, kasih sayang dan perhatian istrinya berlebih seperti itu hanya pantas diberikan pada dirinya seorang. Begitu pula sebaliknya berlaku bagi seorang istri.

Sementara itu bagi beberapa orang yang masih mempunyai ikatan darah, cemburu hinggap ketika cinta, kasih sayang dan perhatian yang diberikan kepada anggota keluarga yang satu dianggap tidak sama dengan anggota keluarga yang lain. Seorang anak sulung misalnya bisa cemburu atas perlakuan ayah-bunda yang dianggap lebih banyak memberi perhatian pada adik kecilnya. Seorang adik bisa cemburu hanya karena kedua orangtuanya memberikan hadiah pada kakak sulungnya yang juara kelas sementara dia belum merasakannya karena memang belum menyamai prestasi sang kakak.

Bagaimana cemburu dalam persahabatan? Setali tiga uang, alias tidak jauh dengan dua kasus tadi. Selama ini kita dibuat nyaman dengan sahabat yang selalu berbagi cinta, kasih sayang dan perhatian dengan kita. Tapi cinta, kasih sayang dam perhatiannya tersebut bisa jadi berkurang ketika sahabat kita sibuk dengan berbagai aktivitas. Yang jadi masalah ketika aktivitas tersebut tidak melibatkan diri kita dengan berbagai sebab, menjadi tidak nyamanlah perasaan kita kemudian. Sejak kehadiran “orang baru” dalam berbagai aktivitasnya tersebut, dalam benak kalbu seolah kita merasa cinta, kasih sayang dan perhatian sahabat kita semakin berkurang.

Terjadilah kemudian kecemburuan perasaan berkecamuk dalam hati kita: mengapa sih mesti melibatkan dia dan tidak aku yang dianggap sahabatnya? Bagaimana mungkin dia bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan dia “orang baru” daripada dengan “aku” sahabatnya? Ini tidak fair, sepertinya sahabatku sudah mulai bosan dan melupakan aku! Dan berbagai syak wasangka lainnya bisa jadi terus menumpuk dalam hati kita.

Jika berada pada posisi orang yang “dicemburui” mungkin kita akan merasakan ada perubahan sikap sahabat kita sejak kita mulai sibuk dengan berbagai aktivitas yang menuntut kita menghabiskan waktu dengan orang lain selain sahabat kita. Tak mau menyapa kalo tak duluan disapa, cemberut kalau bertemu, acuh tak acuh, bahakan mudah sewot dengan segala apa yang kita lakukan adalah beberapa sikap atau tingkah sahabat kita ketika dia merasa perhatian yang diberikan kepadanya berkurang sejak kita harus lebih banyak berinteraksi dengan orang lain.
Akhirnya? Heran, bingung, juga berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran kita : Kenapa sih mesti cemburu? Apa salah aku bergaul dengan orang lain selain dia? Kalaupun aku bersahabat lagi dengan orang lain, apakah diharamkan mencari banyak sahabat? Dan serentet pertanyaan sejenis lainnya.

Cemburu Payah vs Cemburu Indah
Cemburu itu bermuara pada “perasaan” manusia. Adalah kekuasaan Sang Maha Kuasa manusia mempunyai nikmat berbentuk “perasaan”. Hanya Dia-lah yang sanggup membolak-balikkan hati manusia. Oleh karena itu merupakan hal yang wajar jika setiap dari kita pernah mengalami perasaan itu.

Berdampak baik atau burukkah perasaan itu ? Bergantung pada kita bagaimana mengelolanya! Meski cemburu lebih sering dianggap merupakan perasaan yang kurang menyenangkan, sesungguhnya cemburu bisa dianggap menjadi potensi kebaikan. Seperti sebuah samurai, ketajaman benda itu berpotensi melukai fisik manusia. Namun demikian samurai itu bisa didayagunakan untuk keperluan yang berguna seperti mencacah daging rusa atau bahkan memotong mangga.

Dengan demikian kalau disederhanakan, cemburu dalam persahabatan itu sendiri bisa dibedakan menjadi dua jenis, cemburu jenis pertama adalah cemburu yang berakibat seperti samurai yang mencelakakan, itulah cemburu payah. Dan cemburu yang kedua adalah cemburu yang bisa digunakan untuk kebaikan, itulah cemburu yang indah.

Selain dari segi akibat, cemburu kepada sahabat bisa dianggap payah atau dianggap indah juga bergantung pada sebab-sebab yang dijadikan alasan kecemburuan. Jika sahabat kita punya keinginan menjalin persahabatan baru dengan orang lain karena ingin punya lebih banyak sahabat dan karena ingin menjalin persaudaraan dengan orang-orang lain, lalu kita melarangnya karena kita merasa dia “hanya milik kita”, maka cemburu seperti itu adalah cemburu payah. Dianggap payah karena cemburu seperti itu mengarah pada pengekangan terhadap hak pribadi sahabat kita. Di dunia manapun rasanya penilaian kesejatian sebuah persahabatan bukan diukur dari seberapa besar kita mengendalikan atau mengekang sahabat kita.

Sebaliknya cemburu yang indah adalah cemburu yang berasal dari perasaan wajar dalam diri kita yang tidak berlebihan. Jika sahabat kita merasa cemburu karena kita mulai sibuk mengurus organisasi atau kegiatan bersama seseorang lainnya misalnya, lalu secara tidak sengaja “terlupa” dengan dia, berbahagialah kita. Mengapa? Karena berarti sahabat kita benar-benar menganggap diri kita ini berarti bagi dirinya. Sahabat kita menganggap kita menjadi bagian penting dari hidupnya. Dan menjadi suatu hal yang wajar pula ketika kita lama tak berinteraksi dengannya, kita akan merasa kehilangan sesuatu. Sesuatu itu tidak lain dari sahabat kita. Kalau sudah ada perasaan seperti itu, yakinlah, disadari atau tidak, kita juga sudah merasakan bahwa menjalin persahabatan dengannya merupakan hal yang berarti bagi hidup kita.

Kutunggu Cemburumu
Bolak-balik, ingat-ingat, pikir-pikir. “Kok, aku tak pernah dicemburui. Jangan-jangan……”, komentar seseorang yang heran keadaannya tak seperti kerabat lainnya. Cemburu bisa saja dianggap sebagai bukti sayang orang lain kepada kita. Cemburu bukan hanya dihindarkan, tapi justru dapat ditunggu-tunggu. Tak urung pasangan kita berubah tingkahnya karena ingin mencari perhatian dari orang yang disayangi, dengan alasan “untuk nge-tes”.

Berarti, cemburu bisa menyenangkan kalau memang menjadi bukti kasih sayang. Kita menunggunya, mengharapnya, sebagai bagian dari persahabatan. Tentu yang kita tunggu adalah cemburu indah bukan cemburu payah.

Pasangan hidup ataupun sahabat yang jarang cemburu, bukan berarti tidak sayang satu sama lain, tetapi barangkali mereka telah mengerti arti saling melengkapi dan rasa sabar. Rasa saling melengkapi ini lahir dari pemahaman bahwa sahabat kita bukanlah saingan, apalagi sebagai orang kekangan, tetapi merupakan orang yang harus kita jaga dan perhatikan, sehingga sikap saling melengkapi dapat timbul secara alami.

Buruk Sangka Membawa Celaka
Jika perasaan cemburu hingga dalam kalbu kita, hindari sekuat tenaga salah sangka. Jangan buru-buru membuat kesimpulan sendiri ketika perasaan itu datang. Sebaliknya, cerna secara baik dalam pikiran. Jernihkan secara sadar apa sesungguhnya yang terjadi terkait dengan perasaan cemburu tersebut.

Berkurangnya interaksi atau perhatian sahabat kita pada diri kita tidak otomatis berkurangnya berkurangnya cinta dan kasih sayang dia sebagai seorang sahabat pada kita. Prioritas kegiatan dan kesibukan seringkali membuat dia secara tidak sengaja tak teringat untuk berinteraksi dengan kita. Dalam posisi kita diserang cemburu terhadap sahabat kita seperti ini, sebaiknya periksa dengan benar mengapa sahabat kita mengurangi waktunya untuk kita. Cobalah ungkapkan perasaan kita, bahwa dia, sahabat kita benar-benar berarti buat kita.

Jika berada dalam posisi orang yang dicemburui, berusahalah untuk memahami dan mengerti (berempati) perasaan sahabat kita. Komunikasikan apa yang sebenarnya terjadi yang membuat kita “terpaksa” mengurangi waktu interaksi dengan sahabat tersebut. Komunikasi ini penting agar tidak muncul prasangka buruk lebih jauh darinya.

Membina Kesabaran
Jika timbul rasa cemburu, maka kesabaran adalah sikap lain yang harus kita bina. Sabar merupakan sikap menempatkan diri atau pendapat kita pada keadaan yang tepat, jadi bukanlah sikap pasrah. Salah satu jenis sabar adalah kesabaran ketika tidak mendapat perhatian dan kesabaran untuk memberikan perhatian.

Periksa lagi apakah selama ini ketika kita meminta perhatian dan kasih sayang sahabat, kita sudah memberi perhatian dan kasih sayang kepadanya. Sahabat kita juga membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati atau permasalahannya kepada orang yang dipercayainya. Kalau kita sedikit mau perhatikan, barangkali berkurangnya waktu dia untuk kita hanya meminta dan tidak memberi. Kita hanya jadi “pembicara” dan jarang sekali mau jadi “pendengar”

Nah, jadi tak usah merasa tak normal ketika kita merasa cemburu. Pun tak usah khawatir menghadapi sahabat yang cemburu, justru kadang seharusnya bangga kalau masih dalam batas yang bisa dicerna, berarti perhatian dan kasih sayang sudah tumbuh dalam tali persahabatan.  
__________________
Adalah Indah Jika Ukhuwah Terjalin Karena Terpautnya Hati Oleh Aqidah 
    


0 komentar: