Kamis, 19 April 2012

‘Ibrah Dalam Kisah Para Rasul


Para Nabi dan Rasul ‘alaihimus salaam adalah makhluk-makluk pilihan, para pemimpin kebenaran dan tonggak-tonggak ketakwaan. Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa telah memilih mereka diantara seluruh makhluk-Nya sebagai contoh sempurna bagi kemanusiaan. Mereka juga merupakan teladan bagi orang yang berpegang teguh sehingga kehidupan mereka menggambarkan bentuk-bentuk keimanan yang sebenar-benarnya dalam bentuk kesabaran, keberanian, pengorbanan dan kerelaan.
Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman,
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأُولِي الأَلْبَابِ
” Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf [12]: 111).
Dunia kita yang luas dan menakjubkan ini, tempat kita hidup, tempat berlindung dibawah naungannya dan segala rahasia misterius yang meliputinya, mendorong kita untuk mencermati dan memikirkan tentang penciptaannya yang luar biasa sehingga pada akhirnya kita sampai merasakan kekuasaan dan keagungan Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa.

Ibnu Qoyyim al Jauziyah –rahimahullaah ta’aalaa– menyebutkan kebutuhan manusia yang mendesak kepada mereka, orang-orang yang luhur dan pilihan ini, yaitu para Nabi dan Rasul alaihissalam. Beliau menegaskan:
ومن هاهنا تعلم اضطرار العباد فوقَ كل ضرورة إلى معرفة الرسول، وما جاء به، وتصديقه فيما أخبر به، وطاعته فيما أمر، فإنه لا سبيل إلى السعادة والفلاح لا في الدنيا، ولا في الآخرة إلا على أيدي الرسل، ولا سبيلَ إلى معرفة الطيب والخبيث على التفصيل إلا مِن جهتهم، ولا يُنال رضى الله البتة إلا على أيديهم.
“Dari sini bisa diketahui betapa mendesaknya kebutuhan seorang hamba –yang melebihi kebutuhan apapun- untuk mengenal rasul, apa yang dibawa, membenarkan apa yang diberitakan, mematuhi perintahnya. Karena tidak ada jalan menuju kebahagiaan dan kesuksesan baik di dunia ini maupun di akhirat, kecuali lewat para Rasul. Tidak ada cara untuk mengetahui yang baik dan buruk secara detail kecuali hanya lewat para Rasul. Tidak mungkin mendapatkan keridloan Allah sama sekali, kecuali lewat mereka.” (Zaadul Ma’ad 1/69).
Sementara itu, penyebutan para Nabi dan Rasul yang lain di dalam Al-Qur’an terdapat pada ayat-ayat yang terpisah-pisah.
Insya Allah, kita akan pelajari dalam beberapa bahasan.
Mudah-mudahan Allah ‘Azza wa jalla menguatkan kita semua untuk mengikuti jalan para Rasul dalam menghambakan diri kepada-Nya.
—————————————–
* Materi ini disampaikan oleh ustadz Ridwan Hamidi, Lc  pada kajian rutin di masjid Darul Ulum. (Kajian ini diselenggarakan oleh Wahdah Islamiyah Yogyakarta).

0 komentar: