Sabtu, 28 April 2012

KENIKMATAN BERIBADAH

Berapa banyak dari kita yang mendambakan merasakan kekhusyukan dalam shalat kita. Sekian lama berusaha tetapi tidak juga terasa nikmat ibadah itu. Banyak resep sudah kita cobakan tetapi belum berhasil juga. Selalu saja lintasan pikiran itu menyelinap di tengah kenikmatan shalat. Kunci yang hilang, janjian dengan teman, jawaban soal ujian tadi siang, dan sebagainya, semua tiba-tiba ingat. Kita segera berusaha menepisnya. Tetapi tidak lama kemudian lintasan pikiran itu datang lagi. Jangan-jangan kejadian ini yang sering kita alami dan itu berlangsung hingga di akhir shalat kita.

Kisah Anak dan Burung Pipit

Ada sebuah kisah

Ada seorang anak yang sedang belajar, mempersiapkan ulangan penting di keesokan harinya. Begitu seriusnya anak ini belajar. Di tengah keseriusan belajarnya itu, datanglah serombongan burung pipit bertengger di pohon di samping jendela kamarnya. Kontan anak ini menjadi terganggu belajarnya mendengar suara serombongan burung pipit itu. Dengan sedikit emosi anak ini bangkit berdiri, menghampiri jendela dan berteriak menghalau burung pipit dari pohon di samping jendela kamarnya. Burung pipitpun segera tunggang langgang terbang ketakutan mendengar teriakan emosi sang anak.

Segera si anak segera menghampiri bukunya lagi dan mencoba kembali tenggelam dalam keseriusan belajarnya. Belum sempat kembali konsentrasi belajar yang sempat buyar, rombongan burung pipit sudah kembali datang bertengger dan mengganggu lagi. Si anak bangkit lagi, teriak-teriak lagi mengusir si rombongan burung pipit. Tetapi selalu saja si rombongan burung pipit datang lagi bertengger di pohon samping jendela kamarnya.

Waktu berlalu, dan si anak bukannya belajar tetapi justru sibuk menghalau si rombongan burung pipit. Sang Bapak si anak tadi memperhatikan sambil prihatin melihat apa yang dilakukan anaknya. Sang bapak berkata lembut, “mengapa tidak kau tebang saja pohon itu?”. “Jika kau tebang pohon itu si rombongan burung itu tidak akan datang lagi mengganggumu.”

Si anak kemudian segera menebang pohon itu. Dan ternyata benar. Si rombongan burung itu entah pergi ke mana dan tidak mengganggu lagi.



Keluarkan Dunia Dari Hati Kita

Jangan-jangan kita masih seperti itu di dalam shalat. Sibuk untuk menepis lintasan pikiran yang mengganggu ketenangan hati kita. Jika ya, maka kita perlu menebang pohon di samping jendela hati kita. Apakah pohon itu? Pohon itu adalah syahwat kita, hawa nafsu kita. Kita mesti menebang hawa nafsu kita.

Menebang hawa nafsu ini dalam arti dikelola dengan baik. Jangan diartikan menghilangkan hawa nafsu, karena hawa nafsu tidak bisa dihilangkan selama manusia masih hidup. Jika hawa nafsu diperturutkan akan merusak hidup. Jika hawa nafsu tidak dipenuhi juga akan merusak hidup. Maka hawa nafsu harus dikelola dengan baik. Sabda Nabi SAW “Tidak sempurna iman seseorang sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa”. Artinya seorang muslim yang baik mesti mengelola hawa nafsu agar sesuai dengan syariat yang di bawa rasulullah.

Maka semestinya kita menempatkan dunia yang senantiasa menggoda hawa nafsu kita ini seperti Sayyidina Abu Bakar Asysyidiq yang pernah berdoa "Ya Allah, jadikanlah dunia di tangan kami, bukan di hati kami."

Penting sekali untuk menempatkan dunia bukan di hati kita. Kita mencarinya, tetapi dunia bukanlah urusan terbesar kita. Bahkan semestinya dunia dicari dalam kerangka beribadah, dalam rangka taat kepada Allah. Sehingga dunia tidak menjadi sesuatu yang kita pikirkan setiap waktu. Karena dalam setiap urusan kita, kita selalu ingat kepada Allah, selalu dalam rangka taat kepada Allah. Urusan terbesar kita adalah mendekat pada Allah, dengan ibadahnya yang wajib, dan meraih cinta Allah dengan ibadahnya yang sunnah. Mencari keridhaan Allah.

Ibnu ‘Athailllah dalam Al Hikam, berkata :

“Bagaimana dapat bersinar kalbu seseorang yang gambaran dunia terlukis di dalamnya.

Bagaimana akan menuju Allah sementara ia masih terbelenggu syahwatnya.

Bagaimana akan masuk menemui Allah sementara ia masih belum bersih dari najis kelalaian”

Jangan-jangan dalam Shalat kita masih banyak memikirkan pekerjaan, memikirkan anak istri, memikirkan makanan, memikirkan semua urusan keduniaan. Bagaimana mungkin orang yang urusannya terbesar hidupnya, yang hampir seluruh waktunya untuk memikirkan dunia akan merasa nyaman bersanding, berkhalwat, berlama-lama dengan Dzat yang Maha Ghaib.

Jangan-jangan Kita Banyak bermaksiat

Suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal ditanya oleh seseorang “ Wahai Imam aku sudah bersuci, tidur di awal waktu, serta ingin melakukan Qiyamullail dan Shalat Shubuh. Tetapi aku tidak bangun, kenapa bisa terjadi?”

Imam Ahmad menjawab “ Dosa-dosamu membelenggumu. Karena itu jangan bermaksiat kepada Allah di siang hari agar bisa bangun di malam hari dan bisa Shalat Shubuh”.

Jika maksiat menyebabkan seseorang sulit bangun untuk shalat malam dan Shalat Shubuh, maka bagaimana mungkin Allah akan membukakan pintu kekhusyukan dalam setiap ibadah orang yang senang bermaksiat. Jangan-jangan kita tenggelam dalam kelalaian dan penuh gelimang maksiat dan dosa. Hingga kekhusyukan tidak pernah kita rasakan.

Pesan Ibnul Qayyim

Meskipun kita belum juga merasakan nikmat ibadah itu. Jangan berhenti. Terus berusaha. Ibnul Qayyim Al Jauziah berpesan 3 perkara pada kita.

“Jangan bosan berdiri di depan pintu-Nya, meskipun engkau diusir

Jangan berhenti meminta maaf meski engkau ditolak

Ketika pintu dibuka bagi orang lain yang diterima, cepatlah ikut menerobos tadahkan tangan dan ucapkan “Aku orang miskin, kasihanilah aku””

Jika engkau ingin menangis dalam shalatmu tapi tidak bisa. Engkau ingin khusyuk dalam shalat tapi tidak tahu caranya. Maka jangan menyerah. Berusahalah terus. Ketuk terus pintu Allah, mohonlah ampunan terus kepada Allah. Barangkali kita masih banyak bermaksiat, kemudian meminta ampunan kepada Allah, tetapi kembali lagi mengulangi, bermaksiat kepada Allah. Berusahalah dan kurangi semaksimal mungkin maksiatm u. Dan jangan ulangi. Jika ada orang lain yang dibukakan pintu hidayah, ikutlah menerobos. Maka ikutlah dalam jamaah. Jamaah Shalat, Jamaah Tadarus Al Qur’an, Jamaah dzikir, dan sebagainya. Siapa tahu ada yang dibukaan pintu hidayah oleh Allah, dan kita bisa ikut numpang mendapatkan hidayah Allah. 

0 komentar: