Senin, 09 April 2012

Komputer dan Manusia

Komputer adalah alat buatan manusia, hasil kerja otak manusia, dan digunakan untuk mempercepat dan membuat pekerjaan manusia lebih effisien atau tepat guna. 

Sulit dibayangkan bagaimana suatu masyarakat modern yang tinggal di kota besar bisa berfungsi tanpa komputer yang mengatur segi-segi atau aspek penting kehidupan, mulai dari listrik, telpon dan televisi, sampai alat angkutan umum dan toko serba-ada yang menjual kebutuhan pangan. 

Tanpa listrik, kwalitas kehidupan normal di kota besar akan segera jauh merosot, dibanding kehidupan di pedesaan yang tidak begitu tergantung akan arus listrik. Komputer bisa mengatur banyak hal secara effisien karena komputer adalah mesin yang tidak kenal cape dan tidak bisa marah seperti manusia. 

 Tapi komputer hanya bisa berfungsi kalau ada software atau perangkat lunak yang disusun oleh manusia. Nah, sampai pada satu tingkat, campur tangan manusia dalam pekerjaan komputer dianggap justru memperlambat kerja mesin pintar itu.

Kata David Tennenhouse, pakar teknologi yang bekerja pada lembaga riset dan pengembangan Departemen Pertahanan Amerika, "manusia adalah faktor satu-satunya yang paling banyak menghambat pekerjaan komputer," dan sebab itu, katanya, "kita harus mengusahakan supaya manusia dikeluarkan dari proses kerja komputer".

Tennenhouse menjelaskan bahwa komputer, dalam applikasinya yang sekarang, berinter-aksi dengan manusia, dan kemudian manusia-lah yang ber-interaksi dengan dunia luar, sehingga memperlambat seluruh proses menganalisa data sampai menjadi keputusan.

Kata Tennenhouse, pakar-pakar komputer harus membuat software dan juga komputer yang bisa beroperasi lebih cepat dari pada manusia. Contohnya, dia menyebut sistem rem mobil modern yang disebut anti-lock brake dan kantong udara pengaman atau airbag yang dipasang pada mobil. 

Kedua alat itu sangat mengurangi kecelakaan mobil serta jatuhnya korban yang tidak perlu kalau terjadi tabrakan. Sistem anti-lock brake memungkinkan pengemudi terus menguasai arah gerakan mobilnya, karena roda mobil tidak dihentikan sama sekali perputarannya ketika sopir menginjak rem pada saat terjadi panik.

Sistem itu akan mengetahui kalau mobil mulai tergelincir karena keempat rodanya terkunci oleh rem yang diinjak sopir, dan secara bertahap mulai melepaskan rem sehingga sopir bisa mengarahkan mobilnya ketempat yang aman.

Kantong udara penyelamat juga bekerja otomatis tanpa campur tangan manusia; kantong itu akan mengembang dengan sendirinya dan melindungi pengemudi dari benturan dengan stir mobil atau kaca jendela depan, kalau alat sensornya mencatat penurunan kecepatan yang drastis.

Kata Tennenhouse, otak manusia tidak akan memberikan reaksi secepat komputer dalam menganalisis keadaan dan mengambil keputusan. Contoh lain yang disebutnya adalah penggunaan komputer pada pesawat tempur supersonik. Seorang penerbang tidak akan bisa mengendalikan pesawatnya secara effisien pada kecepatan tinggi sambil mengadakan manuver yang rumit untuk menembak jatuh pesawat lawan.

Kata David Tennenhouse, lembaga riset pada Departemen Pertahanan Amerika itu akan memusatkan perhatian pada pembuatan software bagi mesin-mesin yang disebutnya robot, yang yang bisa mengambil keputusan sendiri tanpa menunggu perintah manusia.

Contohnya, kalau komputer pada sebuah stasiun pemantau cuaca mencatat pola cuaca yang unik, dan tanpa menunggu perintah manusia, langsung mengakses dan menganalisis data dari stasiun-stasiun pemantau cuaca lainnya supaya mendapatkan gambaran yang lebih besar dan menyeluruh. 

Dengan kata lain, kata Tennenhouse, kita membutuhkan perangkat lunak yang bisa menganalisis dan meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan perhitungan statistik. Kalau sebagian pengamat dunia komputer menyimpulkan bahwa penggunaan komputer saat ini sudah mencapai puncaknya dalam mengatur kehidupan manusia, Tennenhouse memperhitungkan, baru dua persen saja dari kemampuan komputer yang sudah dimanfaatkan manusia saat ini.

0 komentar: