Kitab "Durratun Nashihin"
Kitab "Durratun Nashihin" menghimpun mutiara nasihat, peringatan, ceritera-ceritera menarik dan penjelasan hukum, serta permasalahan yang meliputi duniawi dan ukhrawi, yang bertolak dari sumber aslinya (yakni Al Qur'an, Al Hadits dan Qiyas).
"Durratun Nashihin" bermakna "mutiara para juru nasihat", dimana dalam Pendahuluan, penulis kitab ini yang bernama Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Khaubawi antara lain berkata: "Aku adalah seorang hamba yang haus rahmat Allah swt, menetap di sebuah kota bernama Konstantinopel, berharap semoga Allah swt selalu melindungi negeri kami dan negeri-negeri lainnya dari segala bencana dan bahaya. Amien. Kitab ini sudah sejak lama dikaji dipelajari dan dijadikan literatur di Pondok Pesantren, Perguruan Islam bahkan dewasa ini masyarakat luaspun mulai tertarik untuk membaca dan mempelajarinya.
"Durratun Nashihin" terbagi dalam beberapa Pengajian yang terdiri atas Fadlilah-Fadlilah (mis.nya Fadlilah Shalat Berjamaah, Fadlilah Birrul Walidain, Fadlilah Berdzikir dsb.nya) yang didukung ayat-ayat Al Qur'an, Haditsnya serta dilengkapi dengan pendapat para ulama dan kisah-kisah yang relevan dengan pembahasan masing-masing Fadlilah.
Fadlilah Birrul Walidain
Al Qur'anul Karim - Surat An Nisa ayat 36, berbunyi: "Dan sembahlah Allah, janganlah Dia sekutukan dengan sesuatu apapun, dan berbaktilah sesempurnanya kepada ayah - ibu , dan berbaiklah kepada sanak-keluarga terdekat, anak-anak yatim, dan fakir-miskin serta tetangga terdekat, tetangga jauh, juga kawan sejawat dan ibnu sabil, dan mereka yang jadi pembantumu . Sungguh Allah tidak suka kepada orang-orang sombong lagi membanggakan diri".
Menurut para ulama dalam "Tambihul Ghafilin" ada 10 hak bapak-ibu yang wajib dilakukan oleh anak, yaitu:
1. Memberi makan, jika mereka memerlukannya. 2. Memberi pelayanan, bila dibutuhkannya. 3. Memenuhi panggilannya. 4. Mentaati perintahnya, kecuali disuruh maksiat. 5. Berbicara dengan lemah lembut dan tidak menyakitkan hati. 6. Memberi pakaian sesuai kemampuan. 7. Berjalan dibelakangnya, tidak tergesa-gesa dengan mendahuluinya. 8. Mencari keridlaan hatinya. 9. Menghindari hal-hal yang dibencinya. 10.Memohonkan ampun bagi keduanya, ketika berdo'a.
Dari Abu Hurairah ra. Nabi Muhammad saw. bersabda:
"Ketika anak Adam sudah meninggal dunia, maka terhentilah pahala amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu: Sedekah jariah, do'a anak shaleh untuk kedua orang-tuanya dan ilmu yang bermanfaat yang ditinggalkannya sesudah meninggal dunia."
Selanjutnya dalam Surat Luqman ayat 14, Allah swt. berfirman: "Bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu-bapakmu ".
H i k a y a h: Pada suatu waktu Nabi Sulaiman bepergian menjelajah kawasan antara langit dan bumi, hingga tiba disamudera yang besar ombaknya. Kemudian ia memerintahkan pada angin supaya berhenti berhembus. Dan kepada jin ifrit ia perintahkan agar menyelam kedalam samudera. Maka didasar samudera dilihatnya sebuah kubah mutiara-putih yang rapat tidak berlobang. Kemudian dibawanya keatas permukaan air, dan diserahkan kehadapan raja Sulaiman as. Maka dengan do'anya bergeserlah daun pintunya dan terbukalah kubah itu. Didalamnya nampak seorang pemuda yang sedang bersujud. Ketika ditanya Nabi Sulaiman as.: "Siapakah kamu, dari jenis malaikat, jin atau manusia?" Jawabnya: "Aku dari jenis manusia". "Lalu amal apakah yang mengangkatmu setinggi ini?" Jawabnya: "Dengan berbakti kepada kedua orang-tua. Disaat lanjut usia, ibu kugendong diatas punggungku, dan disaat itulah terdengar do'a ibuku: "Ya Allah, berikanlah sifat qana'ah kepada anakku ini, dan berikan pula tempat untuknya nanti sepeninggalku, bukan di bumi dan bukan pula di langit." (Majma' Latha-if)
1. Memberi makan, jika mereka memerlukannya. 2. Memberi pelayanan, bila dibutuhkannya. 3. Memenuhi panggilannya. 4. Mentaati perintahnya, kecuali disuruh maksiat. 5. Berbicara dengan lemah lembut dan tidak menyakitkan hati. 6. Memberi pakaian sesuai kemampuan. 7. Berjalan dibelakangnya, tidak tergesa-gesa dengan mendahuluinya. 8. Mencari keridlaan hatinya. 9. Menghindari hal-hal yang dibencinya. 10.Memohonkan ampun bagi keduanya, ketika berdo'a.
Dari Abu Hurairah ra. Nabi Muhammad saw. bersabda:
"Ketika anak Adam sudah meninggal dunia, maka terhentilah pahala amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu: Sedekah jariah, do'a anak shaleh untuk kedua orang-tuanya dan ilmu yang bermanfaat yang ditinggalkannya sesudah meninggal dunia."
Selanjutnya dalam Surat Luqman ayat 14, Allah swt. berfirman: "Bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu-bapakmu ".
A L - U M M
Al-Umm berarti Kitab Induk, sebuah kitab tebal yang menjelaskan secara terperinci tentang Ilmu Fiqh yang ditulis oleh seorang ulama- besar Al Imam Asy-Syafi'i ra. yang kemudian menimbulkan Madzhab Syafi'i Karangan Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i ra. (Al Imam Asy-Syafi'i ra.) sangat banyak, diperkirakan mencapai 113 buah, tentang Tafsir, Hadits, Fiqh, Kesusasteraan Arab dan ilmu Ushul-Fiqh yang pertama disusun orang. Kitab Al-Umm tidak disusun sendiri oleh Imam Syafi'i tetapi dibantu oleh murid-muridnya, dimana yang paling berjasa adalah muridnya yang bernama Ar-Rabi' bin Sulaiman yang wafat pada usia 129 tahun.
Kitab Al-Umm terdiri dari beberapa Pasal/Bab misalnya bagian yang membahas Bersuci (Ath-Thaharah) terdiri dari Bejana (tempat air) yang boleh digunakan untuk berwudhu'- Bejana yang bukan kulit dan sebagainya. Kemudian dilanjutkan dengan Persyaratan Air yang boleh dipakai untuk wudhu', Tata-Cara Berwudhu' dan hal-hal yang membatalkannya, Tata Cara Mandi Junub, berTayamum, masalah bagi wanita-Haid dan seterusnya.
Bagian pertama Al-Umm banyak mengupas tata-cara Shalat termasuk Adhan, Arah-Kiblat, Shalat-Berjamaah, Kedudukan Imam dan Makmum dalam Shalat-Berjamaah, Wanita dalam Shalat serta Shalat yang diQasharkan dan sebagainya.
Pembahasan Ilmu-Fiqh ini sudah barang tentu dilengkapi dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits, misalnya, Dikabarkan kepada kami oleh Abuz-Zannad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw. bersabda, yang artinya: "Apabila seseorang kamu bangun dari tidurnya, maka tidaklah membenamkan tangannya dalam bejana, sebelum membasuhkannya tiga kali. Sesungguhnya ia tidak tahu, dimanakah tangannya itu tidur". Dan dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 6, Allah 'Azza wa Jalla berfirman: "Apabila kamu berdiri hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai ke siku!"
Kitab Al-Umm ini sudah mulai banyak diterjemahkan orang, antara lain kedalam Bahasa-Indonesia misalnya terjemahan Prof. Teuku H. Ismail Yakub SH MA yang diterbitkan oleh Victory Agencie - Kuala Lumpur, terdiri dari 9 jilid, dimana tiap jilid berisi tidak kurang dari 400 halaman.
Ihya Ulumiddin
Ihya Ulumiddin artinya Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama, sebuah kitab yang sangat terkenal hasil karya Imam Al-Ghazali, atau lengkapnya Imam Abu Hamid Muhamed Bin Muhammad Al-Ghazali.Pada waktu itu ilmu-ilmu Islam sudah hampir teledor (terlena) oleh Filsafat Yunani, khusus Filsafat Aristoteles yang pada waktu itu dinamai 'Ulumul Awail artinya pengetahuan orang jaman purbakala. Untuk menhadapi keadaan demikian Imam Al-Ghazali mempersiapkan diri dengan memperbanyak bekal mendalami Ilmu-Kalam, Ilmu-Fiqh dan Ilmu Filsafat, hingga lahirlah karya-karya "Al-Munqidu minadl dlalal" (Pembangkit dari Lembah Kesesatan), "Maqashid al=Falasifah" (Tujuan para Filosoof) dan "Tahafut al-Falasifah" (Kekacau-balauan para Filosoof)
Kitab Ihya' Ulumiddin, buah tangan Al-Imam Al-Ghazali adalah salah satu karya besar dari beliau dan salah satu karya besar dalam perpustakaan Islam. Meskipun ada berpuluh lagi karangan Ghazali yang lain, dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan Islam, namun yang menjadi inti-sari dari seluruh karangan-karangan beliau itu ialah Kitab Ihya' Ulumiddin.
0 komentar:
Posting Komentar