Senin, 09 April 2012

PEMIKIRAN ALI ASRAF TENTANG KONSEP PENDIDIKAN ISLAM


Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam termasuk di dalamnya hewan, tumbuhan, dan manusia. Manusia sebagai makhluk dinamis membutuhkan sarana untuk mengembangkan diri secara dinamis dan berkelanjutan. Tempat yang mungkin untuk mengembangkan potensi dan dinamisasi diri adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan institusi tempat menempa diri manusia. Karena pendidikan pada dasarnya adalah sarana untuk membimbing manusia sebagai manusia paripurna.

Islam sebagai agama rahmat memberi peluang kepada manusia untuk mengembangkan diri berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Pengembangan diri berdasarkan wahyu merupakan cita-cita Al-Quran. Pengembangan diri tersebut merupakan bagian dari wahyu ketuhanan. Karena dalam al-Quran terdapat perintah untuk mengubah diri, perintah untuk banyak membaca, perintah untuk berfikir. Perintah tersebut mengindikasikan bahwa manusia diajarkan untuk mampu menempa diri dan mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya. Tetapi perintah untuk berfikir, mengembangkan diri hanya tinggal konsep. Karena semua konsep tentang pengembangan diri, konsep dasar pendidikan Islam tidak digali dan dikembangkan untuk kemajuan pendidikan Islam.

 Memang, kalau ditilik dalam lintasan sejarah, umat Islam mencoba untuk mengembangkan konsep-konsep pendidikan berdasarkan Al-Quran dan Hadis, tetapi hal tersebut hanya berlangsung sebatas pemerintahan atau tokoh pengusung konsep pendidikan tersebut. Setelah para tokoh dan pemerintahan telah meninggal atau pereintahan tersebut telah hancur, maka konsep pendidikannya juga ikut mengalami kemunduran.

Kemunduran tersebut tidak lepas dari kurang pedulian umat Islam terhadap konsep pendidikan Islam. Keadaan ini makin diperparah oleh para pakar pendidikan yang beranggapan bahwa pendidikan Barat lebih baik dan modern. Di sisi lain, pendidikan Islam dianggap tidak modern dan tidak mempunyai konsep yang jelas mengenai pendidikan. Konsep pendidikan Barat dipaksakan penerapannya di dunia Islam. Keadaan ini makin memperparah keadaan umat Islam yang telah terpola dengan konsep pendidikan Barat. Pola pendidikan Barat menjadi semacam pendangkalan keislaman umat Islam sendiri. Bahkan ada kecenderungan di kalangan masyarakat bahwa terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme serta berbagai kemungkaran adalah akibat gagalnya pendidikan Islam dalam mendidik akhlak.

Ali Asraf sebagai tokoh pendidikan Islam mencoba menjawab berbagai permasalahan pendidikan Islam, dalam bukunya Horison Pendidikan Islam, Ali Asraf berusaha jujur membandingkan pendidikan modern Barat dengan pendidikan Islam. Ali Asraf beranggapan bahwa tidaklah mungkin seseorang akan merlihat dengan sempurna dan menemukan secara murni konsep pendidikan Islam tanpa membandingkan dua konsep pendidikan yaitu konsep pendidikan modern dalam hal ini diwakili oleh konsep pendidikan Barat. Perbandingan dilakukan oleh Ali Asraf bertujuan untuk memisahkan antara konsep pendidikan Barat dengan konsep pendidikan Islam yang sesungguhnya. Hal ini dilakukan karena selama ini kedua konsep pendidikan tersebut berbaur menjadi satu bagian, sehingga sulit menemukan mana konsep pendidikan Barat, dan mana konsep pendidikan Islam.

Dalam bukunya tersebut Ali Asraf mencoba menampilkan permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan keagamaan, liberalitas, termasuk juga pendidikan tradisional dan modern. Beliau membahas tentang pentingnya pendidikan pelatihan dan pengembangan bagi para guru. Buku-buku teks hendaknya disusun sesuai cara-cara Islam, buku-buku untuk pendidikan Islam hendaknya di tulis dengan cara islami, dalam arti materi yang ada di dalamnya memuat berbagai nuansa keislaman, apapun jenis buku pelajarannya.

Menurut Ali Asraf pendidikan adalah sebuah aktivitas yang memiliki maksud tertentu, diarahkan untuk mengembangkan individu sepenuhnya. Lebih lanjut Ali Asraf menyatakan bahwa konsep pendidikan Islam tidak dapat dipahami tanpa terlebih dahulu memahmai penafsiran Islam tentang pengembangan individu sepenuhnya. Manusia adalah wakil Allah di muka bumi. Dalam Al-Quran Allah menjelaskan tentang nama-nama benda, mengajarkan norma-norma kepada mansuia pilihan yaitu para Nabi. Norma norma dan prinsip-prinsip serta metode-metod etentang pembelajaran dan pengetahuan telah Allah turunkan melalui wahyu. Firman Allah merupakan sumber hukum untuk dipatuhi manusia.

Pendidikan bertujuan menimbulkan pertumbuhan seimbang kepribadian manusia melalui latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya menyediakan jalan untuk pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, seperti spiritual, intelektual, imaginative, fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Menurut Ali Asraf tujuan terakhir pendidikan muslim adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan.

Di antaranya konsep Islam tentang manusia dan metafisika pendidikan, adalah pertama, konsep Islam tentang manusia mempunyai keluasan dan jarak yang tidak dimiliki konsep tentang manusia manapun. Karena manusia dapat menjadi khalifatullah dengan menanamkan atau mewujudkan dalam dirinya sifat-sifat Tuhan. Karena itu, sifat-sifat tersebut mempunyai dimensi tidak terbatas, kemajuan moral, spiritual dan intelektual manusia juga tidak terbatas. kedua, karena pengetahuan adalah sumber kemauan dan pengembangan, Islam tidak meletakkan rintangan apa pun terhadap pencapaian pengetahuan. Ketiga, jangkauan penguasaan harus seutuhnya dengan memiliki keahlian intelektual karena isolasi seseorang tidak dapat mempertahankan pertumbuhan seimbang. Keempat aspek spiritual moral, intelektual, imajinatif, emosional dan fisikal dari kepribadian seseorang tetap diamati dalam membentuk inter-relasi di antara disiplin-disiplin itu. Pertumbuhan pikiran dan kemampuan seorang anak hendaknya dipertimbangkan untuk merencanakan berbagai subyek dan mata pelajaran dalam tahapan bertingkat. Sehingga dengan demikian inter-relasi dapat dipertahankan. Kelima, perkembangan pribadi dilihat dalam kontek hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam.

Ali Asraf berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas murid-murid sedemikian rupa, sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan dan pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan mereka diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang dirasakannya. Sikap tersebut terjadi karena berasal dari keyakinan ikhlas dari Tuhan.

Seorang pelajar yang mendapatkan pendidikan Islam tumbuh sebagai pribadi yang mencintai perdamaian, dapat hidup selaras, stabil, berbudi dan yakin sepenuhnya akan kemurahan Tuhan yang tak terbatas.

Konsep nilai-nilai Islam mempunyai obyektifitas dan universalitas, dan bukan kesadaran yang bersifat subyektif individu, kelompok maupun ras. Agama sebagai penyedia norma bagi manusia mempunyai kesempatan untuk pendidikan. Islam sebagai agama mempunyai sasaran yang jelas, seimbang dan menyeluruh. Manusia dalam konsep Islam dianggap sebagai wakil Tuhan yang potensial. Untuk menjadi manusia wakil Tuhan maka manusia hendaknya memiliki kebijaksanaan. Manusia diharapkan belajar melalui eksperimen dan menyusun rincian proses yang luas sebagaimana telah diberikan Allah kepada manusia. Dalam kontek hubungan antara Tuhan, manusia dan alam pendidikan hendaknya mengarahkan peserta didik untuk mengarahkan semua aktivitasnya kepada tiga hal tersebut. Menurut Konperensi Dunia pertama tentang pendidikan Islam yang diadakan di Mekah pada tahun 1977, dinyatakan bahwa:

“Pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui latihan semangat, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tumbuh. Karena itu pendidikan, pendidikan seharusnya memberikan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya secara spiritual, intelektual, imajinatif, fisikal, ilmiah, linguistic, baik secara individual maupun secara kolektif di samping memotivasi semua aspek tersebut kearah kebaikan dan kesempurnaan.”

Tetapi, pendidikan masih berkiblat kepada konsep pendidikan Barat. Pendidikan berkiblat pada tataran praktis, metode dan kurikulum yang mereka adopsi dan cocokkan dengan ajaran Islam, padahal konsep Barat berbeda dengan konsep Islam, baik dari budaya. Latar belakang keyakinan, nilai-nilai yang dihormati, jauh berbeda. Seharusnya pendidikan Islam diarahkan berdasar tujuan pendidikan yang disepakati pada komperensi pendidikan islam pertama di Mekah. Kalau tidak maka konsep pendidikan Barat dengan kurikulumnya tidak akan menyatu dengan konsep pendidikan Islam, karena pada dasarnya pendidikan Islam sangat berbeda pada beberapa prinsip.

Kurikulum tidak dapat disebut berciri Islam kalau sekiranya tidak semua subyek diajarkan dari sudut pandang Islam. Dan buku-buku dasar yang ditulis dari sudut pandang Islam. Dengan demikian untuk mendapatkan kurikulum yang benar-benar berwatak Islam masyarakat Muslim membutuhkan buku-buku teks dan sebuah metode pengajaran yang benar-benar berwatak Islam.

Pengembangan buku-buku teks, problema penyusunan kurikulum, serta bagaimana memformulasikan konsep Islam dalam rangka islamisasi ilmu pengetahuan. dengan berbagai permasalahannya dan pemecahannya.

Buku teks berisi bahan untuk dipelajari secara terinci oleh para pelajar, baik di rumah, sekolah, maktab, dan universitas. Ada pengunaan yang berbeda, baik dari segi jenjang pendidikan, perkembangan psikologis, moral dan intelektualnya. Tentunya penyusunan tersebut mengacu kepada aspek sudut pandang teknik, moral, intelektual, emosional atau spiritual tertentu. Di sisi lain, guru yang ingin membuat buku ajar hendaknya menguasai dan memahami teknik penulisan, bahan tertulis, memahami implikasi dan hubungannya terhadap konsep lainnya. Buku teks berisi bahan untuk dipelajari secara terinci oleh pelajar di rumah, sekolah, maktab dan universitas.

Konsep pendidikan Islam dapat secara praktis diwujudkan melalui kurikulum, yang harus dirumuskan pertama untuk menjamin bahwa buku-buku teks yang tepatlah yang dihasilkan. Hal –hal yang hendaknya diperhatikan dalam menyusun kurikulum Islam adalah, pertama, konsep Islam tentang manusia sangat luas. Kedua, pengetahuan adalah sumber kemajuan dan perkembangan, Islam tidak membatasi pencapaian pengetahuan. Ketiga, besarnya penilikan harus konprehensif. Keempat, aspek spiritual, moral, intelektual, imajinatif dan fisik dan kepribadian seseorang harus perhatikan ketika membuat interelasi antara berbagai disiplin.

Pertumbuhan kemampuan dan pikiran seorang anak harus menjadi pertimbangan untuk menyusun subyek dan rangkaian pelajaran dalam tahap-tahap yang bertingkat. Kelima, perkembangan kepribadian seharusnya dilihat dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam. Dalam, pengembangan kurikulum perlu juga pemantapan hirarki pengetahuan, pengetahuan intelektual hendaknya juga menjadi perhatian, termasuk keyakinan dan etika harus ditanamkan kepada seorang anak sejak tahap awal. Penjelasan tersebut merupakan hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam perencanaan kurikulum.

Rintangan kurikulum rencana pengembangan kurikulum Islam, seperti rintangan politik, rintangan tersebut biasanya datang dari pihak pemerintah, baik pemerintah saat itu maupun kebijakan pemerintah kolonial dan sekuler Barat. Rintangan filosofis, dianggap berat bagi perencanaan kurikulum Islam, sebagai contoh ketika sebuah Negara yang mayoritas muslim berusaha menyusun sebuah perencanaan kurikulum pendidikan yang searah dengan tujuan agama, tetapi di sisi lain, Negara itu juga menganut cita-cita yang berseberangan dengan tujuan pendidikan Islam.

Menurut Ali Asraf kontradiksi tersebut terjadi akibat kurangnya pemikiran dan hasrat untuk menyusun sebuah kompromi antara kebutuhan- kebutuhan Islam dan system pendidikan modern. Berhasil tidaknya islamisasi kurikulum Islam tergantung pada adanya konsep yang sesuai setiap cabang pengetahuan. Dari berbagai teknik yang dikembangkan oleh Barat, ada teknik yang baik, yaitu teknik dilakukan oleh Nabi dan para Sahabatnya, teknik tersebut adalah teknik mempraktekkan secara langsung.

Di sisi lain, penyusunan kurikulum sering terjebak dalam lingkarang filsafah hidup, sehingga kurikulum tidak memperhatikan pendidikan itu sendiri, padahal seharusnya kurikulum disusun untuk pendidikan bukan untuk falsafah pendidikan. Mungkin kalau falsafah tersebut berdasarkan sumber yang sama ada celah untuk titik temu, tetapi permasalahannya adalah tidak adanya titik temu dalam tingkat tujuan, isi dan pengaturan kurikulum. Seperti pertentangan tujuan, isi dan pengaturan terjadi Amerika Serikat. Menanggapi hal ini Ali Asraf menyatakan bahwa umat Islam hendaknya belajar tentang psikologi anak. Selama ini penyusunan kurikulum dalam Islam masih mengacu kepada konsep Barat yang pada dasarnya berasal dari pengembangan keilmuan Yunani. Tradisi keilmuan Yunani diislamisasi oleh para sarjana muslim. Menurut Ali Asraf yang perlu dilakukan adalah meniru gaya ilmuan muslim tersebut yaitu tradisi rasionalisme akademis, dengan mengikuti prinsip mereka dalam melakukan islamisasi.

Sebagaimana diketahui bahwa ilmuan muslim pada waktu itu mengislamisasi segala ilmu dan menjadikan ilmu itu berwatak islam. Berbagai ilmu tersebut berwatak Islam karena dimasukkan kedalam konsep islam. Dengan demikian menurut Ali Asraf rasionalisme akademis dari Barat membuat kurikulum yang menjadikan seseorang berbudi dan bukan orang yang religius.

Tetapi, tradisi pendidikan Islam membuat kurikulum yang menjadikan seseorang menjadi religius. Tetapi disayangkan tradisi pendidikan dewasa ini menurut Ali Asraf mengalami gangguan karena pengabaian sebagian besar cabang pengetahuan yang diperoleh, dan karena kurangnya formula konseptual yang dapat membantu mengasimilasikan cabang-cabang pengetahuan itu. Karena itu diperlukan riset-riset intensif untuk merumuskan konsep-konsep Islam untuk semua cabang pengetahuan. Menurut Ali Asraf berhasil tidaknya islamisasi kurikulum tergantung pada adanya konsep yang sesuai untuk setiap cabang pengetahuan. Sehingga sekulerisasi yang mendominasi semua cabang pengetahuan dapat digantikan oleh konsep Islam. Untuk itu perlu kerja keras para sarjana muslim untuk mewujudkan hal tersebut.

Menurut Ali Asraf untuk merealisasikan rencana kurikulum perlu realisasi praktis, di antara yang perlu segera dilakukan adalah menyusun proyek jangka pendek, yang proyek tersebut dilakukan secara serentak seperti pemikiran filosofis dan konseptualisasi harus mendahului penulisan buku-buku teks agar para penulis buku teks menulis sesuai dengan garis-garis yang telah ditetapkan, prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.perlu segera dibuat kurikulum untuk tingkat sekolah menengah dan madrasah di seluruh dunia Islam berdasarkan rekomendasi yang telah ditatapkan oleh pakar pendidikan islam dalam komperensi. Program jangka panjang perlu dilakukan adalah memasukkan filsafat pendidikan pada sekolah menengah, kalau perlu pada tingkat dasar. Sedangkan untuk jangka panjang perlu membuat buku-buku teks yang mengandung nilia- nilai Islami, merevisi buku-buku teks dan silabus unversitas dalam semua cabangnya.. kemudian proyek jangka panjang lainya adalah dengan melakukan analisis kurikulum berdasarkan sudut pandang Islam. Dan yang terakhir adalah persiapan membuat antologi bahan bacaan, seperti ekonomi, sosiologi, histriografi, agama komparatif,, sains dan teknologi, serat bacaan lainnya. Dalam segi metodologi Ali Asraf memberi jalan keluar dengan menanyakan bahwa metode modern yang ada dapat di islamisasikan dengan diberi nilai relijius.

Dapat disimpulkan bahwa dalam buku Ali Asraf tentang Horison Pendidikan Pendidikan Islam, sebagai berikut; perlunya memberi definisi terhadap pendidikan Islam, menurut Ali Asraf Pendidikan Islam tidak hanya berarti pengajaran teologis atau pengajaran al-Quran, hadis, dan fiqh, seprti yang umum dipegang selama ini. Untuk membentuk pendidikan berwatak Islam, para ahli pendidikan dan pihak yang berkompeten hendaknya menunjukkan bagaimana prespektif total ini memberikan tanggapan seimbang mengenai manusia. Salah satu penyebab timbulnya konflik dalam masyarakat silam adalah system pendidikan dwi system pendidikan, yaitu pendidikan tardisional dan modern, dan untuk memadukan atau mengintegrasikan kedua hal tersebut adalah dengan kurilulum, silabus mata pelajaran dan buku-buku teks dibuat berdasarkn konsep Islam.

Integrasi hendaknya didukung oleh konseptualisasi dan latihan terhadap guru. Restrukturisasi pendidkan guru, karena guru menjadi model bagi siswa. Untuk itu guru hendaknya mengetahui teori Islam tentang pendidikan Islam dan diajarkan untuk menyadari akan keunggulan system pendidikan Islam disbanding dengan pendidikan Barat. Guru hendaknya menyadari bahwa pemikiran sekuler mendominasi setiap subyek, serta menyadarkan para guru akan pendekatan mereka selama ini yang penuh dengan pendekatan sekuler.Untuk itu kepada para guru hendaknya diperkaya dengan pendekatan Islam untuk menghadap setiap cabang pengetahuan. Buku ini penting bagi mahasiswa dan dosen serta praktisi Pendidikan Islam, terutama yang ingin memahami langkah-langkah islamisasi pengetahuan dan penyusunan kurikulum Islami.

Oleh: Riwayat

0 komentar: