Kamis, 19 April 2012

“SELAMAT NATAL” MERUPAKAN SEBUAH TOLERANSI ATAUKAH EJEKAN??



Ketika perayaan hari natal yang dirayakan oleh orang-orang Kristen pada setiap tanggal 25 Desember, beberapa teman yang mengaku muslim dengaln aasan toleransi mengucapkan “selamat natal” kepada orang-orang Kristen. Bila melihat status mereka sebagai Muslim, maka apakah ucapan “selamat natal” tersebut bisa dikatakan sebagai bentuk toleransi??
Natal adalah perayaan kelahiran seorang Tuhan yang bernama Yesus yang dipercaya oleh orang-orang Kristen turun kedunia untuk menebus dosa-dosa mereka. Orang-orang kristen mempercayai bahwa ada Tuhan yang mempunyai awal melalui proses kelahiran, dan bahkan mempunyai proses akhir yaitu melalui kematian dikayu salib. Tuhan yang mempunyai awal dan atau akhir tentu saja tidak bisa disebut sebagai Tuhan melainkan berhala.
Islam sebagai monotheism yang jelas-jelas mengajarkan kepada penyembahan Tuhan yang benar yaitu Tuhan yang tidak mempunyai awal dan akhir tentu saja tidak akan mengakui dan mempercayai adanya Tuhan yang mempunyai awal dan akhir. Nah bila ada orang yang mengucapkan “selamat” kepada sesuatu yang tidak dia percayai, maka apakah itu bisa dikatakan sebagai sebuah toleransi?? Atau sebenarnya itu bisa dikatakan sebagai sebuah ejekan?? Mari kita ambil analogi, bila ada seorang ibu mandul yang benar-benar sudah tidak bisa mempunyai anak, lalu karena keinginannya yang begitu besar membuatnya menjadi gila sehingga dia akhirnya menganggap boneka yang dia milikinya sebagai anak. Boneka tersebut diperlakukan layaknya seorang anak manusia, seperti dimandikan, diberi makan dan bahkan membuat sendiri tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran boneka yang dianggapnya sebagai anak dari rahimnya. Sang ibu benar-benar menganggap boneka tersebut sebagai seorang anak dan marah bila ada orang lain yang tidak percaya dan menganggap anaknya adalah boneka. Ketika sang ibu sedang merayakan kelahiran sang boneka dan melakukan “open house” bagi siapa saja yang ingin mengucapkan “selamat ulang-tahun” kepada bonekanya, maka sebagai orang yang waras tentu saja kita tidak akan ikut-ikutan merayakan acara ulang tahun tersebut dan bahkan mengucapkan selamat ulang tahun kepada boneka tersebut, karena kalau kita melakukan itu maka sebenarnya yang kita lakukan hanyalah sebagai bentuk rasa “kasihan” atau bisa dikatakan bentuk “ejekan” atas kegilaan ibu tersebut. Sebagai orang yang bertoleransi, maka kita tidak perlu ikut-ikutan dalam “kegilaan” yang dilakukan oleh ibu tersebut. Kita cukup membiarkan apa yang dilakukan sang ibu, atau bahkan sebagai manusia yang baik maka kita harus menyadarkan sang ibu bahwa yang disangkanya anak adalah sebuah boneka yang tidak pernah dilahirkan oleh rahimnya.

Nah bila ada seseorang yang tidak mempercayai bahwa ada Tuhan yang dilahirkan, namun tiba-tiba dia mengucapkan “selamat hari kelahiran Tuhan” kepada orang- yang percaya bahwa ada Tuhan yang bisa dilahirkan, maka bisa dikatakan orang tersebut sedang mengejek kepercayaan orang yang sedang merayakan hari kelahiran Tuhannya. Islam sebagai agama yang mengajarkan pada akhlak yang mulia dengan tegas melarang umatnya untuk mengejek kepercayaan orang lain dengan melarang umatnya untuk mengucapkan sesuatu yang tidak dipercayai oleh ajaran Islam. Islam dengan tegas mengatakan “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku” dengan membiarkan orang-orang kristen untuk merayakan hari kelahiran Tuhannya tanpa harus mengejek dengan mengucapkan “Selamat Natal”

0 komentar: