Senin, 21 Mei 2012

Hati yang gelap


"DI dalam Al-Quran Surat Al-A'raf ayat 179 diabadikan firman Allah Swt yang berbunyi, 'Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (neraka) Jahanam mayoritas dari jin dan manusia. Mereka punya hati tapi tak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka memiliki mata tetapi tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah ), dan mereka memiliki telinga (tapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak. Bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.'

Apakah yang menyebabkan semua itu terjadi, Tuan?" tanya seorang murid kepada Abu Qubaisy dengan penuh minat. Saat itu adalah pagi ketika guru besar tersebut baru saja membuka majelis taklimnya, dan belum sempat menyampaikan sepotong pun kata pembuka.

"Karena hati orang-orang itu telah menjadi gelap dan hitam. Seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa di dalam diri manusia ada segumpal daging. Bilamana daging tersebut baik, maka akan baiklah jasad seluruhnya. Tetapi bila segumpal daging itu rusak, rusak pulalah seluruh jasad. Itulah (segumpal daging) yang disebut hati," jelas Abu Qubaisy mantap dan meyakinkan.

"Kalau ada sebutan hati yang gelap dan hitam, apakah ada hati yang terang dan bercahaya, Tuan?" tanya murid lain dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

"Benar sekali. Ada hati yang terang dan bercahaya. Bahkan tepatnya pada mulanya semua hati itu terang dan bercahaya. Karena itu ada sebutan atau istilah 'hati nurani.' Asal kata nurani itu adalah nur, atau cahaya. Itulah sebabnya orang berkata bahwa nurani tidak bisa berdusta. Karena dia terang sedangkan dusta adalah gelap. Ketika hati berdusta maka dia telah kehilangan nurani. Dia menjadi hitam dan gelap. Dia kehilangan hidayah dari Allah," jawab mahaguru yang disegani dan juga dihormati oleh para muridnya itu.

"Karena hati itu telah mati. Tidak diberi makan oleh pemiliknya. Ingatlah bahwa manusia itu terdiri dari dua bagian. Ruhani dan jasmani. Bila jasmani atau fisik membutuhkan makanan yang berbentuk materi seperti segala sesuatu yang berasal dari nabati dan hewani, ruhani membutuhkan makanan yang berupa agama, ilmu, dan hal-hal yang nonmaterial," kata Abu Qubaisy mengakhiri tuturnya yang direspons murid-muridnya dengan anggukan kepala.

0 komentar: