Sabtu, 26 Mei 2012

Jangan Bertengkar Seperti Ayam

www.sufinews.com

M. Rahim Bawa Muhaiyaddeen

SALAM sayangku padamu, cucu-cucuku, saudara-saudaraku,anak-anakku. Mendekatlah kepadaku dan kita akan mengunjungi peternakan ayam!

Jika kau melihat pagar berkawat, kau bisa melihat betapa baik ayam-ayam ini dipelihara. Mereka mempunyai segala yang mereka butuhkan, makanan dan air serta tempat nyaman untuk tidur dan bertelur. Mereka memiliki pohon-pohon untuk berteduh, cabang-cabang untuk bertengger dan banyak ruangan untuk berlari dan bermain. Tetapi mereka tidak bisa pergi dan keluar ke mana saja yang mereka inginkan.

Cucu-cucuku, mengapa peternak itu mengurung mereka? Karena jika ayam-ayam tersebut bebas berkeliaran, maka anjing-anjing, serigala dan pencuri mungkin menangkap dan memangsanya.

Peternak itu memasang pagar di sekeliling halaman untuk melindungi ayam-ayam tersebut. Apakah kau mengerti? Sekarang, cucu-cucuku, ada hal-hal tertentu yang bisa kau pelajari dengan melihat ayam-ayam tersebut. Lihatlah dua ayam

betina keluar dari kandang dengan ayam jantan. Apakah kau melihat mereka? Pada saat dua ayam jantan melihat satu sama lain, mereka mulai bertarung. Mereka menjulurkan kepalanya di bawah sayap masing-masing dan mematuk. Setiap ayam jantan itu menganggap ayam lainnya datang untuk mencuri pasangannya. Perhatikan mereka. Kapan saja ayam-ayam betina tersebut mendekati maka kedua ayam jantan tadi bertarung bahkan lebih seru. Lihatlah di sebelah sana, cucu-cucuku. Satu ayam betina mengejar pasangan lainnya tapi ayam jantan tadi masih mengejar ayam betina lainnya. Sekarang semua ayam betina dan ayam jantan bertarung.

“Kau telah merebut suamiku!”

“Mengapa kau mencuri istriku?”

Pertarungan itu tidak pernah berhenti. Satu ayam betinakehilangan sebuah mata sedangkan ayam betina lainnya kehilangan separo paruhnya. Seekor ayam jantan telah kehilangan jengger kepalanya sedangkan ayam jantan lainnya berdarah. Dan lihatlah, apakah kau melihat ayam yang terluka pada sekujur dadanya sedangkan ayam lain sebelah sana mengalami patah kaki? Mereka semua terluka, tetapi masih mematuk satu sama lain pada leher atau kepala atau di bawah sayapnya. Tidak satu pun dari mereka akan mengakui kekalahan, tetapi mereka tidak benar-benar menang juga. Ketika mereka terlalu lelah untuk bertarung, mereka hanya mengelilingi satu sama lain. Dan jika salah satunya benar-benar lebih lelah, maka ayam yang lelah itu akan menyembunyikan kepalanya di bawah sayapnya. Tetapi seekor ayam lainnya datang dan memulai pertarungan lagi. Ini adalah situasi bagaimana ayam-ayam bertarung. Cucu-cucuku, manusia seperti ayam-ayam. Meskipun mereka mempunyai banyak uang, harta benda dan lain-lain, mereka akan mengganggu satu sama lain dan mulai bertengkar. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang sudah berkeluarga bersama dengan anak-anak, kakek, nenek serta saudara-saudara ipar, mereka akan menunjukkan kekuasaannya dan menyerang satu sama lain. Sekalipun mereka sudah tua dan memiliki cicitcicit, mereka masih belum mengakhiri pertengkarannya satu sama lain, dan bertengkar sampai mati.

Seorang laki-laki tidak puas dengan satu perempuan saja, sehingga laki-laki tersebut pergi keluar untuk mencari perempuan lainnya. Sekalipun seorang laki-laki sudah memiliki istri yang sangat cantik, namun mata dan telinga serta hidung lakilaki itu tetap berpaling pada perempuan mana saja yang lewat di depannya. Dia akan menunjukkan kekuatannya atau menjulurkan lidahnya seperti harimau atau singa. Laki-laki tidak puas dengan satu saja dari apa pun. Kaum laki-laki menginginkan variasi. Tanah yang subur, perempuan dan emas, telah menciptakan kerusakan dan kebodohannya sendiri. Tiga nafsu yang buruk ini menghancurkan dirinya.

Perempuan juga seperti ini. Mereka tersenyum kepada suami orang lain dan segera mereka bertengkar seperti ayam betina. Perempuan berkelahi dengan perempuan, sedangkan laki-laki berkelahi melawan laki-laki. Cucu-cucuku, apakah kau mengerti tentang hal ini? Kau harus berpikir tentang hal ini!

Ada hal-hal lainnya yang dilakukan ayam yang seharusnya juga kau pikirkan. Lihatlah bagaimana mereka mengais di tanah dekat pagar dan mencoba untuk lari dari tempat yang memenuhi kebutuhannya, memberi kenyamanan serta melindunginya dari ancaman anjing, serigala dan pencuri. Mereka mengais dan mematuk tanah untuk mencari cacing dan serangga, meskipun ada banyak makanan tersedia di permukaan tanah peternakan. Mengapa ayam-ayam melakukan hal itu? Itu adalah keadaan alami mereka. Itulah yang dilakukan ayam.

Manusia juga tidak menghargai berkah yang telah dianugerahkan kepadanya. Pikiran manusia seperti ayam, mengais di neraka, menggali cacing dan serangga. Allah telah memberinya sebuah tempat untuk hidup, sebuah rumah, lampu penerangan, makanan, air, dan tubuh untuk ruhnya. Allah memberi makanan, dengan berfirman, “Makanlah makanan yang telah Aku berikan kepadamu,” sungguhpun demikian, manusia tidak menanggapinya dengan tepat. Manusia masih tidak mau menerima apa yang telah diberikan Allah. Sungguh, pikiran monyet dan hasrat anjing menggali benda-benda neraka, dan mendorong manusia ke dalam bahaya. Pikiran manusia mengembara di mana- mana, dengan berpendapat bahwa ada lebih banyak di sini daripada di sana, atau lebih banyak di sana daripada di sini. Gagal memakan makanan kesayangan atau gagal meminum air kesayangan, maka manusia menggali untuk mencari apa yang telah dibuang oleh Allah.

Manusia tidak menghargai perlindungan yang telah diberikan Allah kepadanya. Manusia mengais pada pagar pelindung, yaitu Iman, dengan mencoba mengorek lubang-lubang dalam timbunan kawat, keyakinan. Dia merobohkan berbagai pos pagar kearifan, dengan berpikir, “Jika aku menerobos pagar itu, maka aku bisa bebas.” Tapi ketika manusia meninggalkan perlindungan Allah, ketika manusia menolak makanan dan air yang indah dari Allah, maka manusia terperangkap oleh ilusi. Pada saat manusia sedang menggali di neraka untuk mencari cacing, dia pun dibantai oleh setan, iblis, hantu, anjing, dan serigala.

Tapi manusia tidak berpikir tentang apa yang akan terjadi pada dirinya. Dia belum menetapkan keadaan yang sabar, kepuasan diri, kepercayaan kepada Allah dan mengucapkan semua pujian kepada-Nya, keadaan yang sabar, syukur, tawakal, dan alhamdulillah. Meskipun manusia bisa hidup sehat dan bahagia, namun dia telah merusak perlindungan keimanannya kepada Allah.

Kau harus berpikir tentang hal ini, cucu-cucuku. Seorang manusia yang bijaksana, akan tetap berada dalam perlindung an Allah. Dia akan puas dengan air dan makanan yang telah diberikan Allah. Hatinya akan sangat bahagia dan dia akan berada dalam keadaan yang penuh kasih sayang, cinta, kearifan, keadilan, dan kedamaian.

Cucu-cucuku, Allah telah memberimu rumah indah hati nurani, yaitu dengan menaruh kasih sayang dan makanan dari-Nya dalam hati nurani tersebut, yaitu kalbu (qalb). Perlindungan Allah mengelilingi qalb tersebut dan menjaganya agar tetap aman. Jangan keluar dari perlindungan ini, jangan melupakannya, dan jangan merobeknya! Cobalah untuk belajar sifat-sifat dan kearifan Allah dan bangunlah kehidupan yang damai. Maka kau tidak akan menemui musibah.

Ingat bagaimana ayam-ayam itu berkelahi? Mereka menimbulkan penderitaannya sendiri. Ingatkah bagaimana mereka mencoba menerobos pagar itu? Mereka mencari kerusakannya sendiri. Kau dan aku harus menghilangkan sifat dan tindakan ayam-ayam tadi dari dalam diri kita. Kita harus mencari dalam sifat-sifat Tuhan kita kedamaian, ketenangan, dan ketenteraman.

Amin. Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu kulluhu. Semoga perdamaian dan rahmat Allah melimpah kepada kalian semua.

0 komentar: