Senin, 28 Mei 2012

Rambu Penyelamat dari Fitnah Internet 1


Internet adalah sebuah revolusi besar dalam dunia informasi, sekaligus medan ujian yang begitu luas bagi keimanan, akhlak, bahkan akal pikiran. Pintu-pintu kebaikan terbuka sedemikian lebar, dan segala bentuk keburukan pun ditampilkan dengan berbagai macam cara. Orang yang menggunakan internet memiliki kesempatan untuk berbicara, menonton atau menuliskan apa saja sesukanya. Tidak ada yang menegur, melarang, atau mengontrolnya dalam batasan-batasan tertentu.

Kalau ia menghindari segala keburukan yang ada, memperhatikan s egenap akibat yang akan ia tanggung, selalu mengingat pengawasan dan penglihatan Allah terhadap hamba-hamba-Nya, maka ia akan beruntung dan berhasil melewati rintangan yang menghadang. Namun kalau ia lepas kendali, cenderung ke mana saja hawa nafsunya mengarah, dan kehilangan kontrol iman dan takwa, maka sebentar lagi ia akan terjerumus ke jurang kehinaan, dan tersungkur jatuh -dengan kepala di bawah- ke dalam lubang kehancuran. Setelah itu, yang ada hanyalah kenyataan terhinanya diri, sirnanya kemuliaan, dan kerendahan.

Berikut ini ada beberapa hal yang dapat membantu menyelamatkan kita dari fitnah internet. Di antaranya:
1. Menggunakan internet dengan sebaik-baiknya.
Seorang yang cerdas sudah selayaknya menggunakan internet dengan baik. Dan janganlah ia terkelabui karena terlalu percaya pada dirinya sendiri, sehingga Internet membuatnya terjerumus ke dalam fitnah, kemudian ia sulit keluar darinya.

Kalau   ia hendak ikut berpartisipasi (mengirimkan suatu konten), atau memberikan tanggapan, atau hal lainnya, hendaklah ia melihat kelayakan
menyinggung perasaan  kaum mukminin, atau menyebarkan perkara-perkara asusila di tengah­tengah mereka. Ia pun harus menjauhkan diri dari perbuatan menyebarkan desas-desus, melukai perasaan orang lain, melemparkan tuduhan-tuduhan atau mengadu domba orang banyak.

Jika ia ingin memberikan tanggapan atau balasan, hendaklah ia memberikannya berdasarkan ilmu, sikap adil, kasih sayang, kesantunan dan ungkapan bahasa yang baik.
Juga kalau ingin mengirimkan suatu konten, hendaklah ia menggunakan nama ash. Namun kalau ia merasa khawatir menggunakan nama ash (karena mudharat yang lebih besar -red.), atau ingin dapat mengikhlaskan niat di dalam beramal, maka jangan sampai ia menulis suatu tema yang tidak diperbolehkan atau tidak layak. Hendaklah ia selalu mengingat kondisi dirinya ketika berhadapan dengan Allah nanti pada hari ketika segala rahasia diri diungkap.

2. Berhati-hati dari langkah-langkah setan.
Seorang yang berpikiran cerdas hendaklah juga bersikap waspada dari langkah-langkah setan. Sebab setan selalu mengintai anak-anak Adam, dan berusaha menggelincirkan mereka dengan segala cara. Setan adalah musuh yang selalu berupaya keras menggoda manusia. Pada lebih
dari satu tempat dalam al-Quran, Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian." (Al-Baqarah: 168)
            Seorang           yang       memiliki pandangan lurus, tentu tidak akan pernah percaya terhadap musuhnya. Ia juga tidak akan melemparkan dirinya ke dalam cengkraman fitnah, atau terlalu percaya diri akan selamat, betapapun tinggi tingkat keilmuan dan keimanannya. Oleh karena itu ia akan selalu menjauhkan diri dari fitnah dan tidak menanti kedatangannya. Dengan demikian kalau pun sampai dihadapkan dengan fitnah, ia akan mendapatkan pertolongan dan bimbingan Allah tk untuk mengatasinya. Namun kalau ia terlalu yakin akan dirinya, dan merasa dapat meraih keinginannya dengan kemampuannya sendiri, maka ia akan diserahkan kepada dirinya sendiri, dan hilanglah bimbingan Allah terhadapnya.
Seperti Yusuf. Ia tidak  mencari-cari fitnah. Justru fitnahlah yang menampakkan diri di hadapannya. Meskipun begitu, ia tidak percaya sepenuhnya dengan keimanan, ilmu dan kemuliaan dirinya. Namun ia menghindar dari fitnah, dan berlindung kepada Allah ifg dari keburukan ktnah. Ia pun mengaku bahwa kalau Allah tidak memalingkan tipu daya para wanita dari dirinya, tentulah ia akan bersegera memenuhi godaan
mereka dan menjadi bagian dari orang-orang jahil. Hanya saja, karena keadaannya tidak demikian, maka bimbingan Allah  pun senantiasa menyertainya, dan ia ditolong untuk keluar dari ujian besar itu.


3.   Alokasi waktu dan penentuan target
Salah satu cara untuk membantu mengatasi sisi-sisi negatif dari internet adalah membatasi waktu dan menentukan pekerjaan yang akan dilakukan. Hendaklah pekerjaan tersebut memiliki tujuan yang jelas. Barulah kemudian, dalam koridor ini, seseorang menggunakan internet.

Sedangkan kalau ia terus saja membuka tampilan-tampilan yang disajikan, pindah dari satu situs ke situs yang lain tanpa tujuan jelas, maka waktunya akan banyak terbuang percuma sedangkan faidah yang ia dapatkan sedikit.

4.   Mempertimbangkan akibat perbuatannya
Di antara hal yang dapat membantu seseorang terhindar dari fitnah internet adalah dengan mempertimbangkan baik buruk kesudahan yang diakibatkan oleh perbuatannya. Dan dengan menaklukkan serta mengekang dirinya dengan ketakwaan. Ibnul Jauzi  mengatakan: "Demi Allah, wahai orang yang mulia dengan takwa! Janganlah kau jual kemuliaan takwa itu dengan kehinaan maksiat. Sabarkanlah dirimu dengan kehausan saat meninggalkan nafsu, sekalipun  haus itu begitu panas membakar."

Beliau juga berkata: "Saat seseorang kuat melawan nafsunya, ia akan merasakan lezat tiada tara. Tidakkah engkau lihat bagaimana orang yang dikalahkan oleh nafsunya menjadi hina? Karena ia telah ditaklukkan. Berbeda halnya dengan orang yang dapat menaklukkan hawa nafsunya. Ia akan menjadi kuat karena telah berhasil mengalahkan."

5. Menghindari hal-hal yang mengundang syahwat
Seorang pengguna internet hendaklah menjauhi hal-hal yang mengundang syahwat, dengan tidak membuka situs-situs porno, atau forum-forum yang didalamnya sering digunakan kata-kata tak senonoh, juga tulisan-tulisan yang menggoda nafsu dan sebagainya. Ia juga harus menghindarkan diri dari melihat gambar-gambar dan rekaman-rekaman video porno, karena perumpamaan jiwa manusia -dengan kecenderungan kepada syahwat yang dimilikinya dan dorongan untuk selalu mengikuti hawa nafsunya- adalah seperti serbuk mesiu, bensin atau bahan­bahan lainnya yang mudah terbakar. Selama bahan-bahan ini jauh dari hal-hal yang akan membuatnya tersulut, ia akan tetap diam dan tenang. Ia tidak dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya.
Demikian juga dengan jiwa manusia. Ia akan tetap tenang dan diam. Namun ketika ia mendekat kepada hal-hal yang
akan membuatnya bergejolak dan cenderung kepada keburukan, berupa suara yang terdengar, tulisan yang dibaca, tayangan yang ditonton, atau aroma yang tercium, maka dorongan nafsu yang semula tenang dan diam itu akan bergolak, hasrat kejelekan pun akan berkobar, penyakit qalbu akan menggeliat dan hawa nafsu pun akan mengganas.
Ibnu Hazm   berkata:
Tak usah dicela orang yang menghadapkan dirinya
Kepada hal yang tak layak, saat fitnah menimpa
Jangan dekat-dekat, dengan api yang berkobar
Kalau engkau dekati ia, asapnya akan menyambar
Beliau juga berkata:
Hawa nafsu jangan engkau ikuti
Fitnah yang melanda, hindari Iblis masih hidup dan belum mati
Dan mata itu adalah pintu fitnah ke hati
Abul Khaththab Mahfuzh bin Ahmad al-Kalwadzani  berkata:
Siapa yang mendekati fitnah kemudian berkata
Akan terhindar dari kesalahan, sungguh nifak telah diperbuatnya
Syariat tidaklah membolehkan mendekati sebab yang menjerumuskan
Seorang muslim dalam perkara yang padanya ada larangan
Maka selamatkan diri dan tinggalkanlah segala nafsu di jiwa
Mudah-mudahan engkau selamat
dari segenap keburukannya

6. Menundukkan pandangan
Tundukkan pandangan, karena di internet gambar-gambar yang tidak baik ditampilkan begitu saja sehingga orang akan melihatnya walaupun tanpa disengaja. Kalau orang itu menundukkan pandangannya, ia akan membuat Allah  ridha, dan membuat qalbunya tentram. Sebab mata adalah cermin qalbu. Orang yang matanya liar melihat apa saja, qalbunya akan menjadi tidak tenang. Sedangkan orang yang menundukkan pandangan, qalbunya akan menjadi tentram. Sehingga kalau seorang hamba menundukkan pandangan matanya, berarti ia menundukkan qalbunya dari syahwat dan nafsu. Namun kalau ia liar memandang ke mana saja, maka qalbunya akan ikut menjadi liar mengumbar nafsu.
Allah  berfirman:
Katakanlah kepada orang laki­laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka." (An-Nur: 30)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah  berkata mengenai ayat ini: "Allah menjadikan sikap menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan sebagai upaya paling kuat untuk
membersihkan jiwa. Dan kebersihan jiwa itu mencakup hilangnya, segala keburukan berupa perbuatan keji, kezaliman, kesyirikan, kedustaan dan sebagainya."

Sumber : Al-Intirnit

0 komentar: