Minggu, 24 Juni 2012

Al Muta'akhiroh

Kebiasaan datang terlambat kajian, seorang ibu peserta kelompok pengajian anjangsana, sudah pada
tingkat meresahkan, mengganggu dan hampir mempengaruhi peserta lain. Label "Al muta'akhiroh" (yang terakhir) pun tersandang menyertai nama aslinya.

Bukan sekali dua peringatan disampaikan bahkan sering dan sanksipun telah diberikan. Infaq sukarela, kultum berbagai tema. Tak membuat jera dan tak mengubah kebiasaan.

Kajian kajian yang dihadiri dengan meluangkan waktu dan perjalanan jauh ditempuh serta ilmu yang didapat, didengar dan .dicatat tak memberi pengaruh yang berarti.

Mengapa demikian?
Keutuhan materi yang dibahas pada kajian boleh jadi tak sampai karena kehadiran yang mendekati akhir hanya menyisakan kelelahan. Asyik berbincang antar pendengar ketika pembahasan materi berjalan. Bisa menjadi penyebab yang lain. Pilihan materi kajian juga menjadi pertimbangan.

Bahasan mengenai amanah dan menepati janji, misalnya. Yang menampilkan sosok  sennpurna Rasulullah Sebagai uswah hasanah yang mulia. Pribadi yang terkenal jujur dan amanah. Bergelar "Al Amin" sejak beliau belum diutus menjadi Rasulullah sebagai pengemban risalah ilahiyah, diakui oleh kawan maupun lawan. Perlu dikaji berulang-ulang beserta contoh-contohnya, hingga terpatri di hati, lalu mempengaruhi perilaku jasadi.

Ada hal lain yang juga penting untuk ditanamkan adalah membudayakan rasa malu. Malu adalah karakter khas muslimah. Malu adalah akhlak Islam. Malu sebagian dari iman. Malu dapat menebarkan kasih sayang. Bila kita memiliki rasa malu Allah SWT akan menutup aib kita "Barang siapa menjadikan malu sebagai pakaiannya, maka manusia tidak akan melihat aibnya".

Malu menghidupkan hati. Sebagaimana sebagian orang arif berkata,"Hidupkanlah rasa malu dengan berkumpul bersama orang orang yang memiliki rasa malu, hidupkanlah hati dengan kemuliaan dan rasa malu. Jika keduanya hilang dari hati, maka didalamnya tidak ada kebaikan yang menyisa".

Dengan hadirnya rasa malu kita bisa lebih berhati hati ketika akan melakukan suatu amalan.
Malu dapat dibiasakan dengan mengingat bahwa Allah selalu mengawasi kita, la telah melimpahkan ni'mat yang tak terhitung, dan la juga akan meminta pertanggung jawaban atas segala apa yang kita lakukan.

Kesepakatan untuk datang tepat waktu dalam kajian secara tidak langsung menjadi sebuah janji yang kita patri. Janji harus ditepati. Hadirkan rasa malu untuk melanggar janji dan karena ingkar termasuk salah satu sifat munafiq "jika berkata dusta, jika berjanji ingkar dan bila dipercaya khianat" (Bukhory Muslim).

Malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan. Selain bisa mengikis kebiasaan datang terlambat, kita juga dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan lain yang melanggar syar'ie dan merendahkan izzah.

Akhirnya, Memang tak mudah mengubah kebiasaan, membutuhkan tekad yang kuat dan kesadaran yang tinggi dari individu bersangkutan. Dengan izin-Nya, Allah akan membalikkan keadaan.
"Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri".
Walllahu 'alam bisshowab

0 komentar: