Senin, 25 Juni 2012

Menuntut ilmu di Setiap Masa dan Usia

Kami sampaikan kepada para bapak dan ibu, terlebih khusus yang telah ketinggalan dari menuntut ilmu semasa muda untuk  memperhatikan pembenaran ibadah mereka. Agar meraka mendapatkan dengan izin allah Subhanahuwata’ala penutupan hidup yang baik (Husnul Khatimah) dan agar mereka beribadah pada allah Subhanahuwata’ala dengan ilmu.
Sebagai contoh : kita sering mendapati seorang yang tidak benar bacaan surat Al Fatihah, padahal membaca surat itu adalah salah satu rukun dari shalat. Maka solusinya bagi dia ialah mengambil pelajaran agama yang sangat dibutuhkan melalui anak-anaknya. Apakah anak laki-lakinya atau anak perempuannya yang sedang aktif menuntut ilmu agama dari para penuntut ilmu yang lain. Firman allah ;
 “ maka bertanyalah pada ahlinya jika kalian tidak mengetahuinya.”
Hati-hatilah anda Wahai kaum muslimin!!!
Jangan kamu ditipu iblis lalu dia mendorongmu untuk menyombongkan diri dari belajar kepada yang lebih muda darimu. Sesungguhnya para sahabat yang mulia, telah diutus kepada mereka Rosul untuk mengajari mereka. Padahal mereka adalah orang-orang tua dan lanjut usia, namun mereka mengambil ilmu dari yang Rosululloh Sholollohu’alaihiwassalam, walaupun usia mereka lebih tua. Kami menyeru kepada kaum muda baik laki-laki maupun perempuan yang allah Subhanahuwata’ala telah membukakan dan memudahkan bagi mereka jalan-jalan ilmu dan ma’rifah. hendaknya mereka menunaikan apa yang wajib atas mereka dengan cara yang benar.
Dan kami katakan kepada mereka : “ Janganlah kamu mengecilkan dirimu dengan alasan usia yang masih muda dari memperbaiki kesalahan-kesalahan kaum kerabatmu baik orang tua, nenek, saudara, atau selainnya. Bahkan wajib atas kalian mengajarkan mereka dengan lemah lembut, sopan, dan bijaksana sebagai pengamalan sabda Rasul :
“Sesungguhnya Allah Subhanahuwata’ala lembut dan menyukai kelembutan pada segala urusan. Dan allah memberikan kelembutan pada kelembutan apa yang tiada Dia berikan pada yang kasar”
Para ahli sejarah juga menghikayatkan bahwa Umar bin Abdul Aziz di hari beliau memangku jabatan khalifah, menguburkan Sulaiman bin Abdul Malik, lalu menangani pekerjaannya (yang telah ditinggalkan) . beliau mengembalikan tanah yang luas yang hasilnya diberikan kepada tentara yang pernah diambil oleh Sulaiman ke baitul-mal (kas Negara), hingga beliau tidak tidur untuk menjual perhiasan, kuda pengakat beban, kemah besar, dan membebaskan para budak (dayang) wanita kepada keluarganya. Hingga terbitlah pagi tetapi dia tetap melanjutkan kegiatanya. Tibalah waktu dhuhur lalu beliau shalat kemudian hendak tidur siang. Maka datang kepada beliau anaknya yang bernama Abdul Malik bin Umar seraya berkata : “ Apa yang akan engkau perbuat wahai Amirul mu’minin?
Beliau menjawab : “  Wahai anakku!! Aku hendak tidur siang”.
Berkata sang anak : “Engkau akan tidur dan tidak mengembalikan barang-barang yang diambil secara zalim?”
Sang Ayah menjawab : “ Wahai anakku!! Saya telah bergadang kemarin, mengurus persoalan pamanmu Sulaiman, usai tidur siang saya akan bangkit kembali mengembalikan barang-barang hasil kezaliman itu?!
Beliau menjawab : “ mendekatkalah kepadaku!! Lalu dia mendekat dan ayahnya mendekapnya sambil mencium di  antara dua mata (keningnya) seraya berkata: “ segala puji bagi allah yang telah mengeluarkan dari tulang rusukku orang yang membantuku dalam agamaku”. Kemudian beliau keluar tanpa tidur siang dan tanpa istirahat.”
Coba perhatikan Semoga Allah Subhanahuwata’ala merahmatimu.
Bagaimana Abdul Malik tidak mengecilkan dirinya untuk menasehati ayahnya dan bagaimana Umar bin Abdul Aziz tidak sombong menerima nasehat itu, padahal beliau seorang Khalifah dan seorang bapak.
Ketahuilah bahwa wajib bagimu mempelajari, apa yang allah Subhanahuwata’ala fardhukan atasmu dari urusan agama. Maka khususkan baginya waktu walaupun hanya sebentar.  Padahal kamu telah menyerahkan waktumu yang besar untuk urusan duniamu.
semoga allah member taufiq untuk kita semua menuju kepada apa yang Dia cintai dan ridhai.
(dikutip dari buku “ Syarah Durusul Muhimmah li Ammatil Ummah” penerbit Cahaya Tauhid Pres)

0 komentar: