Jumat, 06 Juli 2012

IMAN DISERTAI ISTIQAMAH



Islam, menurut Nabi, adalah iman dan istiqamah. Seorang muslim, haruslah seorang yang beriman sekaligus istiqamah dalam imannya itu. Keimanan menyangkut keyakinan: letaknya ada di dalam hati dan benak kita. Sedangkan istiqamah menyangkut tindakan.

عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ, قُلْ لِي فِي الإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ (رواه مسلم)
Dari Sufyan ibn Abdullah r.a bahwa ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah S.a.w, wahai Rasul, tunjukkanlah kepadaku suatu perkataan di dalam Islam yang aku tidak akan menanyakannya lagi kepada selainmu. Rasulullah pun menjawab: Katakanlah ‘Aku beriman kepada Allah’ dan istiqamahlah (dengan imanmu itu). (HR. Muslim)

Artinya, seorang muslim yang sejati --muslim yang benar-benar muslim-- adalah apabila ia telah beriman dan dapat mewujudkan imannya itu dalam bentuk tindakan, dan tindakan itu bersifat kontinyu. Sebetulnya, iman dan istiqamah itu ungkapan lain dari iman dan amal saleh. Hampir seluruh ayat Al-Qur’an, kata “iman” hampir selalu dirangkai dengan kata “amal saleh”: “āmanū wa ‘amilūs shālihāt”. Misalnya terdapat pada surat al-‘Asr (Lihat juga, misalnya: Q, s. al-Tīn /95:6, dsb)

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإِنسَانَ لَفِى خُسْرٍ. إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْاْ بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْاْ بِالصَّبْرِ.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (Q, s. al-‘Ashr/103:1-3)

Ini menegaskan bahwa iman dan amal saleh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, bagaikan dua sisi mata uang. Apa artinya iman tanpa amal saleh: apa artinya iman kalau ternyata hatinya tidak tergerak untuk ikut mengentaskan kemiskinan, kelaparan, kebodohan, kemaksiatan, pengangguran dan lain sebagainya. Iman tanpa amal saleh, bagaikan tanaman yang tidak berbuah, dan amal saleh yang tidak didasari iman seperti pohon yang menjulang tinggi tapi rapuh karena tidak memiliki akar.
Banyak orang di zaman sekarang ini yang gampang sekali mengatakan ia telah beriman, tetapi baru sekedar lips service. Mereka dengan mudah sekali menampakkan dirinya sebagai bagian dari barisan orang-orang yang beriman melalui atribut-atribut yang secara lahiriah seolah-olah seperti beriman beneran, sementara kelakuannya tidak mencerminkan al-akhlāk al-karīmah. Jangan sampai terjadi bahwa seseorang dinyatakan hari ini beriman, lalu melakukan aksi amal, tetapi besoknya mengerjakan maksiat lagi.

يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا, وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كاَفِرًا, يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا (رواه مسلم)
Seseorang yang paginya beriman tapi sorenya kembali kafir, (atau) sorenya beriman lalu paginya menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan secuil dunia. (HR. Muslim)

Artinya, banyak orang yang pagi hari masih bisa bersyukur, tetapi sore hari ia kembali kufur karena tidak tahan dengan ni’mat Allah. Pagi hari khusyu’ beribadah, akan tetapi sorenya kembali mengerjakan maksiat. Itulah cobaan orang-orang yang mengaku beriman: harus istiqamah dengan imannya itu. Orang yang tidak kuat menerima cobaan dari Allah bukan cuma orang yang terkena musibah saja, tetapi tidak sedikit orang menjadi kufur justru karena kebanyakan ni’mat. Susah atau senang merupakan cobaan dari Allah: kedua-duanya harus dihadapi dengan syukur dan sabar. Orang yang bertengkar bukan karena tidak punya uang, sebab banyak juga orang yang bergelimang harta tetapi juga bertengkar. Yang miskin bertengkar karena memperebutkan harta, sementara yang kaya bertengkar karena mempertahankan harta. Yang miskin kufur karena sesuap nasi, sementara yang kaya kufur disebabkan oleh sebongkah berlian. Sabar, dengan demikian, menunjukkan kualitas keislaman seseorang. Seorang muslim yang penyabar, maka kualitasnya lebih tinggi dari orang muslim yang tidak bisa sabar.
Bangsa ini masih banyak membutuhkan pribadi-pribadi muslim yang berkualitas, yaitu pribadi-pribadi muslim yang bertaqwa dan yang istiqamah dalam keimanannya. Muslim yang benar-benar Islam, lahir dan batin, kata dan laku, siang dan malam. Muslim yang selamanya menjadi muslim, bukan muslim yang musim-musiman.


0 komentar: