Rabu, 04 Juli 2012

MEMAHAMI FIGUR NABI MUHAMMAD SAW

Dalam peta dunia, dunia Arab menduduki tempat yang sangat penting. Ia merupakan tempat kelahiran orang-orang yang telah memainkan peran penting dan menentukan dalam sejarah. Tercatat dalam sejarah, bahwa bangsa Arab yang dahulu terkenal dengan kebobrokan dan kejahiliahannya dengan penyembahan patung-patung dan berhala sebagai Tuhan mereka, sehingga membuat bangsa Arab yang larut dalam kejahalan. Di saat seperti itu, muncul seorang figur yang pada akhirnya akan membawa bangsa Arab mengalami sukses besar di dunia. Tokoh yang dimaksud yakni Muhammad Saw. Ia datang ketika bangsa Arab berada di jurang kehancuran, dengan memberikan seruan, nafas baru, arah pemikiran baru, pengetahuan, kebijaksanaan dan cahaya baru serta mengajarkan kedisiplinan dan kepercayaan diri.
Muhammad merupakan sosok manusia paripurna dari aspek kemanusiaanya dan aspek spiritualnya. Dia sebagai manusia yang tidak berbeda dengan manusia lainnya secara fisiologis, tetapi ia mendapat wahyu dari Tuhannya sebagai tanda kenabian. Sebelum diangkat menjadi nabi, Muhammad menunjukkan performa manusia dari kualitas kemanusiaan pada umumnya. Setelah menjadi nabi, Muhammad merupakan seorang nabi terakhir yang mencerminkan keparinpurnaan kenabian.
Pada masa kecilnya menurut beberapa riwayat yang shahih Muhammad mengalami peristiwa pembelahan dada yang dilakukan Jibril. Muhammad didatangi oleh Jibril ketika sedang bermain-main dengan anak-anak sebayanya, kemudian Jibril membelah dadanya dan mengeluarkan satu gumpalan (‘alaqah) darinya seraya berkata “ini adalah bagian setan yang ada padamu” Jibril kemudian mencucinya ke dalam bejana emas dengan air zamzam dan mengembalikan ke tempat semula. Melihat peristiwa itu, anak-anak lari menuju ibu susunya seraya berkata “Muhammad telah dibunuh” maka mereka mendatangi dengan penuh cemas.[1] Dari gambaran itu diketahui bahwa Muhammad adalah manusia yang telah dibersihkan dari penyesatan setan. Karenanya beliau memiliki sifat ma’sum.
Memasuki usia dewasa kepribadian Muhammad semakin dikenal oleh masyarakatnya dengan kejujuran dan ketulusannya. Pengalaman hidupnya yang penuh dengan penderitaan, kemiskinan yang sangat memprihatinkan semakin membuat Muhammad menjadi seorang pemuda yang memiliki kepribadian yang sensitif dan peka, karena keramahan dan kearifannya ia dihargai dan disukai masyarakatnya. Keteguhan prinsipnya dalam memihak kebenaran, kejujuran dan kesungguhan dalam menjalankan tugas keseharian, menyebabkan masyarakat pada saat itu memberinya gelar al-Amin.[2]



[1] Muhammad Sa’id Ramadhan al-Butany, Sirah Nabawaiyah: Analisis Manhajiyah terhadap Sejarah Pergerakan Islam di masa Rasulullah, (Jakarta: Rabbani Press, 1977), hlm. 49

[2] K. Ali, Sejarah Islam: Tarikh Pramodern, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.3, hlm. 29

0 komentar: