Rabu, 04 Juli 2012

SIFAT SIDDIQ (BENAR) NABI SAW

Muhammad mempunyai banyak sifat yang membuatnya disukai oleh setiap orang yang berhubungan dengannya dan yang membuatnya menjadi pujaan para pengikutnya. Sewaktu mudanya, semua orang Quraisy menamakannya “shiddiq dan amin”.[1] Beliau sangat dihargai dan dihormati oleh semua orang termasuk para pemimpin Makkah. Nabi memiliki kepribadian dan kekuatan bicara yang demikian memikat dan menonjol sehingga siapapun yang pergi kepadanya pasti akan kembali dengan keyakinan dan ketulusan dan kejujuran pesannya. Ini terbukti ketika Nabi mulai mengajak orang ke jalan Allah, yaitu ketika orang Quraisy mengutus Utba bin Rabia kepada Nabi Muhammad saw. Untuk mencari suatu kompromi. Ketika Utba berbicara padanya dan Muhammad membacakan beberapa ayat padanya, Utba kembali dan menyatakan pada orang Quraisy “Turutilah nasihatku dan jangan ganggu beliau”, mereka berkata: “Nabi telah menyihirmu dengan lidahnya”.[2]
Kisah ini membuktikan bahwa apa yang diucapkan Nabi Muhammad saw. merupakan ucapan yang datangnya dari Allah SWT. yang sudah pasti kebenarannya.
Sifat ini berarti Rasulullah Muhammad saw. mencintai dan berpihak pada kebenaran yang datangnya dari Allah SWT., sehingga seluruh pikiran, sikap dan emosi yang ditampilkan dalam perilaku dan sabdanya serta diamnya beliau merupakan sesuatu pasti benar.[3] Muhammad saw. hanya mengikuti apa yang diwahyukan pada beliau. Dalam kepemimpinan berarti semua keputusan, perintah dan larangan beliau, agar orang lain berbuat atau meninggalkannya pasti benar karena Nabi bermaksud mawujudkan kebenaran dari Allah SWT.
Keutamaan dan kemuliaan sifat benar itu diperkuat dan dijelaskan dalam firman Allah:
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا [٣٣:٢٢]
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, “inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka, kecuali iman dan kedudukan”. (Q.S. al-Ahzab : 22) [4]
Begitu juga Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang benar dan mengancam orang yang berdusta dengan siksaan. Seperti yang telah difirmankan dalam ayat-ayat berikut :
لِّيَسْأَلَ الصَّادِقِينَ عَن صِدْقِهِمْ وَأَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا أَلِيمًا [٣٣:٨]
“Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih.” (Q.S. Al-Ahzab : 8)[5]

لِّيَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِن شَاءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا [٣٣:٢٤]
“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang-orang munafik jika dikehendaki-Nya atau menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab : 24)[6]

Dari beberapa ayat di atas, menggambarkan pada kita bahwa Allah sangat menganjurkan untuk berbuat benar baik perkataan maupun perbuatan sebagaimana halnya Nabi Muhammad saw. yang mendapat julukan sebagai manusia yang selalu benar perkataan, ucapannya yang merupakan ciri sifat shiddiq dari para Rasul Allah SWT. 
Bukti-bukti yang dapat ditunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. memiliki sifat shiddiq, yaitu:
1)     Tanda-tanda kenabian yang benar.
Ketika Nabi Muhammad saw. menyendiri untuk berkhalwat di gua Hira, mencari ketenangan dan makna kehidupan, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril yang mempunyai wujud sangat mengerikan dan berkata:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah  dengan  (menyebut)  nama  Tuhanmu  yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.[7]

Peristiwa yang dahsyat inilah Muhammad memperoleh wahyu yang pertama surat Al-Alaq ayat 1 – 5 yang merupakan tanda bahwa beliau akan menjadi manusia pilihan sebagai Rasul penyampai risalah yang benar.

2)     Cerita yang berasal dari Ali bin Abi Thalib yang menceritakan sifat Nabi Muhammad saw.,
Ali mengatakan: “Sesungguhnya beliau adalah manusia yang paling benar ucapannya”. Disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi Muhammad saw. dapat diketahui apakah beliau marah atau senang. Beliau tidak pernah mengatakan kata-kata yang munkar dan tidak mengatakan baik dalam keadaan senang atau dalam keadaan marah kecuali yang benar, dan beliau berpaling dari orang yang mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Beliau adalah orang yang paling disenangi, bila gembira dia senang dan bila memberi nasihat beliau memberikannya dengan sungguh-sungguh. Apabila beliau marah karena Allah taala bukan karena kepentingan pribadinya.[8]
Peranannya sebagai seorang Rasul, pendidik (guru) dan pemimpin telah diberikan oleh Allah sebuah kitab sebagai penguat misinya itu. Sebagai buktinya akan penulis paparkan beberapa contoh peristiwa tentang risalah beliau, yaitu :

a)    Nabi Muhammad saw teladan umat.
Muhammad telah ditonjolkan oleh Allah sebagai manusia pilihan, oleh karena itu sunnahnya, cara hidupnya menjadi satu-satunya perilaku yang sah bagi kaum muslim. seperti dikatakan oleh Nabi: “siapa yang mengikutiku, termasuk dalam golonganku, dan barang siapa yang tidak mengikutiku tidak termasuk dalam golonganku”. Sebab Nabi Muhammad saw. adalah benar-benar sebagaimana dikatakan dalam al-Quran, seorang uswatun hasanah (teladan yang baik).[9]
Lukisan kepribadian Nabi Muhammad saw. Sebagai Pemimpin tidaklah berdiri atas dasar kekuasaan melaksanakan kehendaknya. Justru beliau hidup dalam kemiskinan seperti halnya rakyat lain. Beliau hidup di tengah-tengah dan bersama umat pengikutnya, berbagai susah dan senang bukan sekedar duduk di singgasana, jauh dari keluh kesah umatnya.
Bahkan hartanya rela dikorbankan untuk kepentingan umatnya. Harta bukan menjadi tujuannya. Namun hartanya adalah al-Quran dan hadits yang menjadi pegangan umat Islam akhir zaman.[10] Dan inilah harta yang akan diwariskan pada umatnya, bukan harta kekayaan.
Cara bertingkah laku yang dinilai baik – atau setidak- tidaknya cara yang dianggap cukup baik dan terbukti secara historikal benar – menjadi normatif bagi genarasi-generasi sesudahnya, setidaknya sejak abad kedua Islam.[11]
Hadits tersebut menunjukkan bertapa besa arti pentingnya sebuah hadits dari Nabi sebagai pedoman umat Islam dalam berpijak di dunia hingga akhirat nanti.

b)    Rasulullah adalah seorang yang ummi.
Ummi diartikan tidak dapat membaca dan menulis serta belum pernah duduk di bangku sekolah,[12] tetapi beliau datang membawa kitab dari Allah taala yang menyebutkan syariat yang baru dan berita yang benar tentang orang-orang terdahulu, juga berita mengenai hal-hal yang telah dan akan terjadi.
Sifat ummi Nabi ini memberi bukti bahwa Nabi Muhammad saw. sebagai seorang Rasul yang diberi wahyu Allah melalui perantaraan Malaikat Jibril yang bukan merupakan hasil karangannya sendiri, tetapi memang benar datangnya dari Allah taala.
Kedua contoh di atas, setidaknya telah membuktikan tentang risalah-risalah Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul.


[1] Fazalur Rahman, Nabi Muhammad saw. sebagai Seorang Pemimpin Militer, Diterj. Annas Siddik, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 68
[2] Ibid., hlm. 69
[3] Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), hlm. 274
[4] Soenaryo, et.al., Op.Cit, hlm. 670
[5] Ibid., hlm. 667
[6] Ibid., hlm. 670
[7] Ibid., hlm. 1079
[8] Ahmad Muhammad al-Hufiy, Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad saw., (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 289
[9] Annemary Schimmel, Op.Cit, hlm. 43
[10] Hadari Nawawi, Op.Cit, hlm. 277
[11] Annemary Schimmel, Op.Cit, hlm. 44
[12] Ahmad Muhammad al-Hufiy, Op.Cit, hlm. 290

0 komentar: