Rabu, 04 Juli 2012

SIFAT TABLIG NABI MUMMAD SAW

Tabligh (menyampaikan)
Panggilan menjadi seorang Rasul bagi Muhammad ketika berusia 40 tahun adalah bukti bahwa beliau seorang penyampai risalah Tuhan. Kunjungan Malaikat Jibril yang memerintahkan beliau membaca wahyu dari Allah, ternyata juga merupakan pemberitahuan pengangkatan beliau menjadi seorang Rasul Allah.[1] Tidak ada surat keputusan atau simbol lain yang dapat beliau tunjukkan, sebagai bukti kerasulannya. Wahyu pertama yang turun pada tanggal 17 Ramadhan, yakni surat Al-Alaq 1-5 adalah sebagai buktinya. Sejak itulah beliau menjadi utusan Allah, dengan tugas menyeru, mengajak dan memperingatkan manusia agar hanya menyembah kepada Allah SWT. Tugas itu bermakna pula beliau harus memimpin manusia ke jalan yang lurus dan berhenti dari keseweanng-wenangan dengan mendustakan Allah SWT.[2]
Berkaitan dengan kerasulan dan tugas pokok beliau, dijelaskan dalam firman Allah surat Al-A’raf ayat 158:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ [٧:١٥٨]
“Katakanlah: hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS. Al-A’raf: 158).[3]

Sesungguhnya dengan panggilan Muhammad sebagai Nabi, maka perlulah kiranya dimengerti perkembangan (kesadarannya), terlebih lagi dalam rangka menjawab akan tugas panggilan Allah tersebut.[4] Pada awal periode Makkah pertama, memang tidak dijumpai secara khusus misi kenabian Muhammad, hanyalah disebut secara umum mengenai nabi-nabi yang lain. Dapat dikatakan ia memang sudah berfungsi sebagai nabi tetapi agaknya belum mengerti makna panggilannya sebagai nabi. Baru dalam bagian kedua dari periode itu, terdapat suatu langkah baru istilah Rasul dikenakan bagi Muhammad.[5]
Hal ini telah ditegaskan dalam firman Allah SWT. surat Al-Haaqah ayat 40:
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ [٦٩:٤٠]
“Sesunguhnya al-Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia”.[6] (Q.S. Al-Haaqah: 40)

Satu istilah yang disandang Nabi Muhammad pemberian Allah yaitu mundhir (pemberi peringatan).[7] (surat Al-Naaziat: 45) diutusnya Nabi Muhammad saw. sebagai orang yang memberi peringatan yakni untuk membimbing umat, memperbaiki dan mempersiapkan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.[8] Predikat mundhir yang disandang menuntut beliau untuk dapat memimpin umatnya serta bertugas untuk menyampaikan (tabligh) risalah kepada manusia. Tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakinkan bahwa Allah telah mengutus beberapa Rasul dari golongan manusi sendiri untuk menyampaikan pelajaran kepada kepada ummatnya dan apasaja yang diperntahkanya untuk menyampaikannya serta Z bersandarnya Nabi dalam menjalankan tugas dakwahnya, bahwa mereka benar-benar menyampaikan risalah dari Allah.[9]
Berikut ini beberapa kisah yang menguatkan bahwa Nabi bersifat  tabligh, yakni :
1.     Adanya al-Quran sebagai mukjizat.
Bukti bahwa Nabi Muhammad saw. memiliki sifat tabligh sebagai sifat rasul yakni diturunkannya al-Quran sebagai mukjizat terbesarnya untuk disampaikan kepada ummat. Pada permulaann kerasulannya Rasulullah menyebarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi. Namun setelah cukup memperoleh pengikut Nabi diperintahkan untuk berdakwah secara terang-terangan. Sehingga pada suatu ketika Rasulullah saw. naik ke bukit Safa di Makkah berteriak dengan lantang memanggil bangsa Quraisy untuk menyatakan diri menyembah kepada Allah dan meninggalkan berhala serta bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya. Setelah berpidato mereka orang-orang Quraisy menghina dan mengatakan bahwa Muhammad orang gila.[10]
Kisah ini menggambarkan bahwa Nabi Muhammad saw. Telah memulai misinya sebagai rasul untuk bertabligh kepada umatnya meskipun mendapat cercaan, hinaan namun beliau tetap menghadapinya dengan penuh kesabaran.

2.     Peristiwa Israk Mikraj
Melalui perjalanan inilah Rasulullah saw. diperkuat oleh Allah misi kerasulannnya dengan di-israk mikraj-kannya Nabi Muhammad saw. ke langit diperlihatkannya tanda-tanda kebesaran Allah kepada Nabi Muhammad saw. Satu hikmah terbesar dari peristiwa itu yakni diperintahkan dan diwajibkannya sholat lima waktu kepada semua orang Islam yang menjadi tiang dasar dan tegaknya Islam selanjutnya.
Peristiwa ini kemudian ditablighkan nabi kepada ummatnya yang akhirnya mendapat sambutan dari orang Quraisy dengan sambutan yang baik dan dapat menerimanya seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, tetapi juga mendapat penolakan dan cemoohan dari mereka yang baru masuk Islam.[11]
Hal tersebut kiranya telah kita ketahui bahwa tugas pokok yang ditanggung Nabi Muhammad saw di tengah-tengah masyarakat jahiliah yang menyembah banyak Tuhan, untuk mengajak manusia mengimani ke-Esaan-Nya dan hanya menyembah kepada Allah melalui peringatan-peringatan yang disampaikannya kepada umat. Hal ini senada dengan al-Quran surat Al-Anbiyaa’ ayat 108:
قُلْ إِنَّمَا يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ [٢١:١٠٨]
“Katakanlah: sesungguhnnya yang diwahyukan kepadaku adalah bahwa saya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada) Nya”.[12]

Uraian di atas semakin jelas bahwa Muhammad diutus dan diangkat menjadi pemimpin manusia oleh Allah SWT. Melebihi pemimpin-pemimpin yang telah ada seperti halnya Nabi-Nabi yang terdahulu. Tugas menyampaikan wahyu adalah karakteristik beliau yang memiliki sifat tabligh (menyampaikan). Sifat ini sejalan dengan sifat amanah, meskipun yang dimaksud bukan terpercaya, tetapi memiliki kemampuan dalam menyampaikan atau mendakwahkan wahyu Allah SWT., sehingga jelas maksudnya dan dapat dimengerti.[13] Semua wahyu yang disampaikan dijadikan bagian dakwah mengenai petunjuk dan tuntutan Allah SWT. Oleh karena itu berarti setiap sabda, perilaku dan diamnya Rasulullah saw. menjadi sunnah yang terhimpun sebagai hadis beliau – berfungsi memberi penjelas wahyu Allah.
Sunnah Rasulullah saw. bukanlah sesuatu yang dikarang-karang atau diadakan, tetapi murni sebagai pancaran isi kandungan al-Quran yang merupakan kepribadian beliau.[14] Oleh karenanya sunnah Rasulullah yang akhirnya terhimpun menjadi hadits, dijadikan sandaran umat Islam yang kedua setelah al-Quran. Begitulah sifat tabligh Nabi Muhammad saw. yang berarti menyampaikan semua yang berasal dari Allah dalam wujud al-Quran dan yang berasal dari dirinya sendiri yang disebut hadits dalam menetapkan atau memecahkan setiap persoalan yang dihadapi.


[1] Hadari Nawawi, Op.Cit, hlm. 257
[2] Ibid., hlm. 258
[3] Soenaryo, et.al., Op.Cit hlm. 247
[4] Djaka Soetapa, Ummah Komunitas Religius, Sosial, dan Politik dalam al-Quran, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1991), hlm. 84
[5] Ibid.,
[6] Soenaryo, et.al., Op.Cit, hlm. 970
[7] Ibid., hlm. 1022
[8] Muhammad Rasjid Ridho, Wahyu Illahi kepada Nabi Muhammad, (Bandung: Pustaka Jaya, 1983), hlm. 337


[9] Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 119
[10] Majid Ali Khan, Muhammad The Final Messenger, Terj. Fathul Umam, (Bandung: Pustaka, 1980), hlm. 62
[11] St. Amanah dan Basyori, Sejarah Nabi Muhammad saw. , (Semarang: Toha Putra, 1992), hlm. 53.
[12] Soenaryo, op, cit, hlm. 508
[13] Hadari Nawawi, Op.Cit, hlm. 274
[14] Ibid., hlm. 275

0 komentar: