Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata [10/277]:
Banyak orang yang mengidap riya' dan ujub. Riya' itu termasuk dalam perbuatan mempersekutukan Allah dengan makhluk. Adapun ujub merupakan bentuk mempersekutukan Allah dengan diri sendiri, dan inilah kondisi orang yang sombong.
Seorang yang riya' berarti tidak melaksanakan kandungan ayat Iyyaka na'budu. Adapun orang yang ujub maka dia tidak mewujudkan kandungan ayat Iyyaka nasta'in. Barangsiapa yang mewujudkan maksud ayat Iyyaka na'budu maka dia terbebas dari riya'. Dan barangsiapa yang berhasil mewujudkan maksud ayat Iyyaka nasta'in maka dia akan terbebas dari ujub. Di dalam sebuah hadits yang terkenal disebutkan, “Ada tiga perkara yang membinasakan; sikap pelit yang ditaati, hawa nafsu yang selalu diperturutkan, dan sikap ujub seseorang terhadap dirinya sendiri.”
(Mawa'izh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 83)
Tentang bahaya riya', tentunya kita masih ingat hadits riwayat Muslim dari sahabat Abu Hurairahradhiyallahu'anhu yang menceritakan tiga orang yang pertama kali akan diadili kelak pada hari kiamat dan kemudian dilemparkan ke dalam api neraka. Mereka itu adalah orang yang berjihad, orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta orang yang bersedekah dengan hartanya. Mereka semua celaka akibat riya' yang bersemayam di dalam dirinya.
Riya' itu merupakan sifat orang munafik. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Mereka itu riya' kepada manusia, dan tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. an-Nisaa': 142). Bilal bin Sa'adrahimahullah pernah mengatakan, “Janganlah kamu menjadi wali Allah di kala terang-terangan -bersama orang- akan tetapi menjadi musuh Allah di kala sembunyi.” Oleh sebab itu Salamah bin Dinarrahimahullah berpesan, “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana kamu menyembunyikan keburukan-keburukanmu.” (lihat Sittu Duror min Ushul Ahli al-Atsar, hal. 38).
Mengenai bahaya ujub, Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Demikian pula pada perang Hunain; ketika itu jumlah kalian yang sedemikian banyak telah membuat kalian ujub, namun ternyata jumlah yang banyak itu sama sekali tidak mencukupi bagi kalian, dan bumi yang luas pun menjadi terasa sempit bagi kalian, kemudian kalian pun lari tunggang-langgang...” (QS. at-Taubah: 25). Ketika itu, ada sebagian sahabat yang berkata, “Pada hari ini kita tidak akan kalah karena sedikitnya jumlah pasukan.” Tatkala penyakit ujub itu menyelinap, Allah berikan pelajaran bagi mereka. Padahal, mereka itu adalah orang-orang termulia di atas muka bumi setelah para nabi. Sejumlah 12 ribu pasukan kaum muslimin kocar-kacir di awal pertempuran menghadapi 4 ribu pasukan musyrikin dari kabilah Hawazin... (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 345)
Oleh sebab itu, waspadalah dari ujub! Ibnu Sa'ad menceritakan di dalam kitabnya ath-Thabaqat, bahwasanya Umar bin Abdul Aziz apabila berkhutbah di atas mimbar kemudian dia khawatir muncul ujub di dalam hatinya, dia pun menghentikan khutbahnya. Demikian juga apabila dia menulis tulisan dan takut dirinya terjangkit ujub maka dia pun menyobek-nyobeknya, lalu dia berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari keburukan hawa nafsuku.” (dikutip dari al-Fawa'id, hal. 146). Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada suatu perkara yang lebih merusak amalan daripada perasaan ujub dan terlalu memandang diri sendiri...” (al-Fawa'id, hal. 147)
0 komentar:
Posting Komentar