Pada diri manusia tidak sunyi dari kekurangan-kekurangan dan pada diri
manusia pula dapat tercipta hal-hal yang terpuji dan mulia.
Karena itu untuk menerangkan hakikat yang demikian itu, yang mulia Imam Ibnu
Athailah Askandary telah mengungkapkan rumusannya dalam Kalam Hikmahnya sebagai berikut:
"Tidak ada habis-habisnya bagi celaan-celaanmu jika Allah memulangkan kecelaan itu kepada dirimu, dan tidak ada habis-habisnya puji-pujianmu jika Allah melahirkan kemurahanNya atasmu."
Kejelasan dari Kalam Hikmah ini adalah sebagai berikut:
I. Barangsiapa dari hamba-hamba Allah s.w.t. yang urusan-urusan di dalam hidupnya telah diserahkan Allah kepada dirinya dan kepada akalnya, artinya, Allah Ta'ala sudah tidak memberikan inayahNya kepada orang itu, berarti orang tersebut telah ditolak Allah dari pintuNya dan telah dijauhkan Allah dia itu dari sampingNya. Pada waktu itu nafsunyalah yang memegang peranan. Nafsunyalah yang mengerasi dan yang menguasai dalam bermacam -macam kekejian sepanjang masa dan seolah-olah tak ada habis-habisnya. Sehingga tidak ada lagi dalam amalnya berupa amal yang dianggap baik sebagai ibadat dan amal kebajikan. Demikian juga hal keadaannya dan gerak-gerik dalam hidupnya sudah jauh dari terpuji. Jika demikian kenyataanya maka itu adalah sebahagian tanda-tanda atas tertolaknya orang itu dari Allah s.w.t.
Oleh sebab itu kita selaku hamba Allah yang menyadari hal keadaan in harus bermohon kepadaNya serta diikuti dengan taubat dan amal kebajikan supaya Allah s.w.t. memberikan inayahNya, disamping taufiq dan hidayah. Karena itulah hamba-hamba Allah yang sadar dan insyaf tetap menghendaki supaya Allah s.w.t. tetap selalu menanggulangi kedaan-keadaan yang dihadapi dalam hidup kehidupan ini. Kita berlindung dengan Allah daripada penyerahan segala sesuatu yang kita hadapi, kepada diri kita, hal keadaani ini tidak akan sanggup dipikul oleh kita. Meskipun sekecil atom atau setipis selembar bulu mata.
Berdasar inilah maka Wali Allah Syeikh Abdul Qadir Jailani dalam doa surah Al-Waqi'ah, doa yang disusun oleh beliau, diantaranya berbunyi sebagai berikut:
"Ya Allah ya Tuhanku! Mudahkanlah buatku urusanku dan rezekiku. Engkau peliharalah aku dari kesulitan pada mencari rezeki, Engkau peliharalah pula aku dari kesusahan dan kebakhilan terhadap makhluk dengan sebab kurniaan rezeki itu. Engkau pelihara pula aku dari kebakhilan yang tidak baik setelah memperoleh rezeki, dan Engkau jadikanlah rezeki itu sebab untuk mendirikan (melaksanakan tugas) kehambaanku (terhadapMu) dan sebagai sebab untuk matahatiku dapat melihat hukum-hukum ketuhanan(Mu). Wahai Tuhanku! Engkaulah yang mengurus urusanku dengan hal-hal tersebut dan janganlah Engkau serahkan aku ini (urusan-urusanku) kepada diriku, meskipun selembar bulu mata, bahkan lebih kecil dari itu."
Demikian sebahagian doa Syeikh Abdul Qadir Jailani dalam mengantarkan
sebahagian ayat-ayat Al-Waqi'ah, karena itu fahamilah dan camkanlah.
Kamis, 16 Februari 2012
Al Hikam : Celaan yang tidak habis-habisnya dan pujian yang tidak terhitung banyaknya
20.44
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar