Setiap orang pastilah ia menginginkan kemuliaan atau menjadi orang yang mulia. Hanya saja, kebanyakan manusia tidak mengetahui tentang hakekat kemuliaan tersebut dan cara untuk mendapatkannya. Sebagian orang menganggap bahwa kemuliaan itu didapatkan dengan cara mengumpulkan harta yang banyak, sebagian lagi mencari kemuliaan dengan cara mencari jabatan dan kedudukan yang tinggi. Sebagian lagi menganggap bahwa kemuliaan itu adalah dengan memperbanyak istri dan anak. Namun, banyaknya harta, tingginya kedudukan dan banyaknya keturunan, bukanlah suatu ukuran suatu kemuliaan yang hakiki bagi seseorang. Bahkan bisa jadi sebaliknya, harta, kedudukan dan keturunan bisa menjadikan kehinaan bagi seorang hamba.
Ketahuilah, bahwa kemuliaan itu adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kemuliaan itu kepada siapa saja dari hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencabut kemuliaan itu dari siapa saja dari para hamba-Nya yang Dia kehendaki.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya” (QS. Faathir :10)
Barang siapa yang menginginkan kemuliaan maka carilah kemuliaan itu dari zat yang kemuliaan itu berada di tangan-Nya. Sungguh kemuliaan itu diperoleh dengan taat kepada-Nya (Taisirul karimu Rahman Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahh. hal. 757 )
Sabaliknya jika kita akrab dengan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kemuliaan akan dicabut dari kita dan kehinaan akan ditimpakan kepada kita selamanya dan tidak akan tercabut kehinaan tersebut kecuali kita kembali kepada agama kita yakni dengan dengan membersihkan agama kita dari kotoran-kotoran yang bukan berasal dari agama kita baik dalam masalah aqidah, ibadah maupun akhlaq dan muamalah. Kemudian kita mendidik/mentarbiyah diri kita kedalam ajaran islam yang murni yang sesuai dengan tuntunan Rasulullahshallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Sebagaimana dalam sebuah hadit shohih riwayat Abu Dawud, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لاينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم
“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘iinah (salah satu jual beli dngan cara riba) dan kalian memegang ekor-ekor sapi (mengutamakan ternak) dan ridho dengan pertanian serta meningalkan jihad maka Allah akan menimpahkan kepada kalian kehinaan yang tidak akan tercabut kehinaan tersebut sampai kalian kembali kepada agama kalian” (Al hadits Shohih no 11, Al-Albani rahimahullah)
Demikian ini sejalan dengan apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwasanya orang yang beriman dengan keimanan yang sebenarnya dan melakukan amalan-amalan yang sholeh, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.
Sebagaiman Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka……” (QS.An-Nuur : 55)
Jika kita mengharapkan datangnya kemuliaan, maka ada beberapa amalan yang secara langsung menjadi sebab datangnya kemuliaan tersebut, diantaranya :
1. Beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sebagaimana dalam Firman-Nya :
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (QS. Al-Munaafiqun :8)
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” ( QS. Al-Hujarat:13)
2. Menuntut ilmu syar’i dan mengamalkannya
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengangkat kedudukan dan derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan akhirat. Di dunia, Allah Subhanahu wa Ta’ala a meninggikan kedudukan mereka diantara para hamba-Nya sesuai dengan ilmu dan amalannya. Di akhirat, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengangkat derajat mereka sesuai dengan ilmu, amalannya dan dakwahnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-Mujaadilah: 11) (lihat Kitabul ‘Ilmi Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah hal. 22)
3. Memberikan maaf dan bersikap tawadhu (rendah hati)
Kedudukan seorang hamba yang selalu memberi maaf kepada orang yang menzholiminya dan bersikap tawadhu (rendah hati) terhadap manusia, adalah sangat agumg di hati manusia karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengangkat kedudukannya di sisi manusia disebabkan karena sifatnya tersebut.
Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله
“Sedekah tidak akan mengurangi harta. Tidaklah seorang hamba memberikan maaf kecuali Allah menambah kemuliaannya dan tidaklah seseorang merendah diri karena Allah kecuali Allah akan meninggikannya (derajatnya)” (lihat At Tawadhu fi Dhuil Kitabi wa Sunnah, hal 24. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly hafidhahullah)
4. Sholat malam
Diantara sebab yang mendatangkan kemuliaan dan kehormatan adalah melaksanakan sholat malam sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Al-Hakim dalam Mustadrak yang dishahihkan oleh Adz-Dzahabiyrahimahullah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda bahwasanya Jibril ‘alaihis salam berkata kepadanya :
يا محمد شرف المؤمن قيام الليل و عزه استغناؤه عن الناس
“ Wahai Muhammad, kemuliaan seorang mu’min pada shalatnya di waktu malam dan kemuliaannya pula adalah merasa tidak butuh dari manusia”
5. Berbakti kepada orang tua, sebagaimana hadits dalam shohih Muslim (2542)
tentang kisah Uwais Al-Qorni rahimahullah yang sangat berbakti kepada ibunya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
إن خير التابعين رجل يقال له أويس وله والدة وكان به بياض فمروه فليستغفر لكم
“Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seorang yang bernama Uwais. Dia sangat berbakti kepada ibunya. Dulunya dia berpenyakit belang. Mintalah kepadanya untuk memohonkan ampun untuk kalian.”
Uwais adalah seorang tabiin yang terbaik sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, orang yang dikabulkan doanya dan rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya jika bertemu dengannya agar mereka memintanya memohonkan ampun untuk mereka. Sehingga Umar bin Khothobradhiyallahu ‘anhu, seorang khalifah, orang yang terbaik setelah Abu Bakar As-Siddiq radhiyallahu ‘anhu dan telah mendapat jaminan surga, ketika bertemu dengan Uwais, Beliau memintanya agar memohonkan ampun untuknya. Maka Uwais memohonkan ampun untuk Umar bin Khothob radhiyallahu ‘anhu. Kedudukan Uwais yang tinggi ini disebabkan karena setelah keimanannya dan berbaktinya dia kepada ibunya.
6. Menyantuni anak yatim akan menjadi mulia di hari kemudian nantidisebabkan karena bertetangga dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di surga. Dalam hadits Bukhari, Rasulullah shallallahu alaihi wasallambersabda :
أنا و كافل اليتيم كهاتين في الجنة هكذا و أشار بالسبابة و الوسطى
“Áku dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di surga seperti ini,” Lalu Beliau shallallahu alaihi wasallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah.”
7. Mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Barang siapa mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya maka dia nanti dikumpulkan bersama orang yang dicintainya. Sebagaimana dalam hadits
أنس رضي الله عنه عن
: أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه وسلم عن الساعة فقال متى الساعة ؟ قال ( وماذا أعددت لها ) . قال لا شيء إلا أني أحب الله ورسوله صلى الله عليه وسلم فقال ( أنت مع من أحببت ) . قال أنس فما فرحنا بشيء فرحنا بقول النبي صلى الله عليه وسلم ( أنت مع من أحببت ) . قال أنس فأنا أحب النبي صلى الله عليه وسلم وأبا بكر وعمر وأرجو أن أكون معهم بحبي إياهم وإن لم أعمل بمثل أعمالهم
”Dari Anas radhiallahu anhu berkata telah datang seorang bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallamtentang hari kiamat. Dia berkata “ kapankah terjadi hari kiamat ?” maka Rasulullah menjawab “apa yang engkau persiapkan untuk hari kiamat?” dia menjawab “tidak ada sesuatu kecuali saya mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam “ maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata “ engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai”.
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata “tidaklah kami bergembira dengan sesuatu dari kegembiraan kami ketika mendengar perkataan Rasulullah (engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas radhiallahu anhu berkata : “maka saya mencintai Nabi shallallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar dan Umarradhiallahu anhuma. Saya berharap agar aku bersama mereka dengan kecintaanku kepada mereka meskipun saya tidak bisa beramal seperti amalan mereka” [Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (3845) dan Imam Muslim (2639)]
Hanya kepada-Nya kita memohon, Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan tulisan ringkas ini bermanfaat untuk memotivasi kita agar selalu semangat dan bersungguh-sungguh menempuh jalan untuk meraih kemuliaan yang hakiki, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.
Wallahu a’lam
Ustadz Abu Bakar Ramli bin Haya
Artikel: www.ibnuabbaskendari.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar