Hidup di dunia ini hanya sementara. Saat kematian menjemput seseorang, berarti harus berpisah dengan dunia dan segala isinya. Dan itu pasti terjadi.
Allah Ta’ala berfirman :
Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. (QS. al-Anbiya / 21:35)
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman :
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkankamu, kendatipun kamu (berada) dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. an-Nisa : 78)
Kematian akan menimpa semua orang, baik yang shalih atau yang durhaka, yang kaya raya ataupun yang miskin papa, yang terpandang ataupun tidak, yang ikut berjihad ataupun duduk santai di rumahnya, dan lain sebagainya. Semuanya pasti akan mati bila ajalnya telah tiba ajalnya dansemuanya akan binasa, karena Allah Ta’ala berfirman :
Semua yang ada di bumi itu fana (tidak kekal) (QS. ar-Rahman / 55:26)
Kemudian sesudah mati, kita semua akan dihidupkan kembali untuk mempertanggung jawabkan semua amal perbuatan kita.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati.” (QS. Hud /11:7)
MARI SEGERA BERTAUBAT KEPADA ALLAH TA’ALA
Jika memang demikian, sementara sudah dapat dipastikan bahwa setiap manusia tidak akan luput dari kelalaian, kesalahan dan dosa kecuali yang dirahmati AllahTa’ala dan diberi al-ishmah (terpelihara dari salah dan dosa) seperti para Nabi dan Rasul, maka sudah seharusnya kita semua segera bertaubat kepada Allah Ta’ala dan tidak menunda-nundanya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Setiap anak adam (manusia) banyak berbuat kesalahan, namun sebaik-baik orang yang bertaubat kesalahan ialah orang yang segera bertaubat (kepada Allah).”[1]
Allah memerintahkan kita agar segera bertaubat, sebagaimana firman-Nya :
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” (QS. an-Nur / 24:31)
Dan firman-Nya :
Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang benar (ikhlas). (QS. at-Tahrim / 66:8).
Dan hendaknya kita sering beristighfar (mohon ampun kepada-Nya) atas dosa-dosa yang telah kita perbuat selama ini. Karena Allah Ta’ala Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang akan senantiasa menerima taubat dari para hamba-Nya dan mengampuni dosa-dosa sebesar dan sebanyak apapun.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Katakanlah:“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. az-Zumar/39: 53)
Di dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Allah Ta’ala berfirman : Wahai anak Adam selama engkau masih berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni engkau apa pun dosa yang ada padamu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam walaupun dosa-dosamu mencapai batas langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku akan ampuni engkau dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dan engkau tidak menyekutukan-Ku, maka Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh itu pula. [2]
Hendaknya kita mempersiapkan diri dengan bekal taqwa untuk menempuh perjalanan menuju ke negeri akhirat yang merupakan tempat tinggal abadi.
BEBERAPA HAL YANG DAPAT MENDORONG SEORANG HAMBA AGAR SEGERA BERTAUBAT KEPADA ALLAHTA’ALA SEBELUM TIDUR
Kenapa sebelum tidur ? Terdapat banyak hal yang dapat membantu seorang hamba untuk segera bertaubat kepada Allah Ta’ala kapan pun dan di manapun. Namun dalam pembahasan kali ini kami akan menyebutkan sebagian amalan yang di harapkan dapat mendorong seorang hamba bertaubat kepada Allah Ta’ala sebelum tidurnya. Diantaranya :
1. Melakukan Muhasabah (Introspeksi Diri)
Muhasah ialah usaha seseorang untuk mengevaluasi segala perbuatannya, baik sebelum maupun sesudah melakukannya. Sebelum tidur hendaklah seorang hamba mengintrospeksi diri atas segala perkataan maupun perbuatannya sepanjang hari, baik yang berkaitan dengan hak-hak Allah Ta’ala maupun hak-hak sesama manusia. Jika dia telah melakukan amal shalih, maka hendaknya dia bersyukur dengan memuji Allah Ta’ala dan memohon kepada-Nya tambahan nikmat. Dan memohon kepada-Nya pula agar senantiasa di beri taufiq dan kesanggupan untuk dapat melaksanakan amal ketaatan. Namun jika sebaliknya, maka hendaknya dia segera bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya serta bertekad untuk segera melakukan kebaikan
Tentang muhasabah, Allah Ta’ala berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepadaAllah (QS. al-Hasyr/59:18)
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Hisablah diri kalian sebelum dihisab, dan timbanglah amal kalian sebelum ditimbang (oleh Allah Ta’ala) …”.
2. Mengingat Alam Kubur Yang Sangat Gelap Dan Dia Akan Menyendiri di Sana
Ketika akan tidur, hendaknya seseorang mengingat suasana alam kubur yang sangat gelap, dia akan berada di sana seorang diri tanpa teman, hanya amalannya selama di dunia yang mendampinginya. Dengan mengingat kondisi ini, hati akan merasa takut kepada Allah dan siksa-Nya yang sangat pedih, sehingga dia terdorong untuk segera bertaubat kepada Allah Ta’ala dan banyak mohon ampun kepada-Nya.
3. Banyak Mengingat Kematian
Setiap muslim dan muslimah, yang sehat atau pun yang sedang sakit, tua maupun muda, hendaknya selalu mengingat kematian yang dating secara tiba-tiba. Ingatan ini bias menghalangi dan menghentikan seseorang dari perbuatan maksiat serta memotivasinya untuk beramal shalih.
Mengingat kematian ketika dalam kesempitan akan bias melapangkan hati seorang hamba. Kalau dia ingat kematian ketika hatinya sedang senang, maka dia itu menyebabkan dia tidak lupa diri. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan siap untuk pergi meninggalkan dunia dan menghadap Allah Ta’ala.
Mengingat mati bias melembutkan hati dan menghancurkan sikap tamak terhadap dunia. Karenanya, RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan anjuran untuk banyak mengingatnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezaatan (yakni kematian) [3]
Orang cerdas yang sesungguhnya ialah orang yang banyak mengingat-mengingat mati dan mempersiapkan bekal untuk mati. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma ia menuturkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Yang paling baikakhlaknya di antara mereka.’ ‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’,Tanya lelaki itu lagi. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang yang cerdas.” [4]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Ad-Daqqaq berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara : bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan antusias dalam beribadah. Sebaliknya, siapa yang melupakan mati, ia akan dihukum dengan tiga perkara : menunda taubat, tidak ridha dan malas dalam beribadah. Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu; Yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak merasakan sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya! Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan memupusangan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan tibanya hari kematianmu dan perpindahan hidupmu dari tempatmu yang sekarang?” [5]
4. Menyadari Hakikat Kehidupan Dunia yang Fana Dan Akhirat yang Kekal
Keberadaan makhluk di dunia ini hanyalah sementara, dan semua yang ada di alam semesta ini akan hancur kecuali Allah Ta’ala semata yang kekal dan abadi.
Allah Ta’ala berfirman:
“Seluruh yang ada di atas bumi ini fana (tidak kekal).”(QS. Ar-Rahman: 26)
Sedangkan kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang hakiki, kekal dan abadi, sebagaimana firman-Nya :
“Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal”.(QS. Al’A’la : 17)
Orang yang memahami hikmah hidup ini juga mengetahui bahwa Allah Ta’ala telah menciptakannya di dalam kehidupan ini tiada lain hanya untuk mengujinya, siapa di antara para hamba-Nya yang paling baik amal perbuatannya, sebagaimana firman-Nya di dalam Surat Al-Mulk, ayat 2.
Dengan demikian, maka dia pun segera terdorong untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala, memohon ampunan kepada-Nya, dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat yang hakiki nan abadi.
Demikian tulisan singkat tentang bertaubat sebelum tidur. Mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan menjadi amal shalih bagi penulisnya. Amin.
Ustadz Muhammad Washito Abu Fawwaz. Lc
Sumber: Majalah As-Sunnah edisi 09/thn.XIV/Shafar 1432H/Januari 2011M
Artikel: www.ibnuabbaskendari.wordpress.com
[1] HR. IbnuMajah 2/1420, no. 425. Syaikh al-Albani rahimahullah meng-hasan-kannya dalamTakhrij Misykatul Mashabih, no. 2341
[2] HR.Tirmidzi IV/548,no.3540. Syaikh al-Albani rahimahullah menilai hadits ini hasan dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah 1/249, no. 127
[3] HR. at-Tirmidzi no. 2307, an-Nasa’i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Syaikh al-Albani rahimahullah menilai hadits ini, “Hasan shahih.”(Takhrij Misykatul Mashabih, no. 1607)
[4] HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384
[5] lihatat-Tadzkirah, hlm. 9
0 komentar:
Posting Komentar