Rabu, 15 Februari 2012

Kok Kayak Presiden dan Wakil Pesiden Ya?

Jika kita melihat gambar berikut atau yang mungkin sering kita saksikan di dinding masjid-masjid. Maka meingatkan kita dengan gambar presiden dan wakil presiden yang sering di pajang bersamaan dan bergandengan. Maka perbuatan menggandengkan lafadz Allah dan Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam  tidak dibenarkan karena berarti mensejajarkan kedudukan Allah dan Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. ini termsuk kesyirikan yang merupakan dosa terbesar dan bahaya terbesar dalam Islam. Inilah yang perlu kita perbaiki bersama dalam masyarakat kita.


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimaullahu ketika ditanya,
السؤال: كثيراً ما نرى على الجدران كتابة لفظ الجلالة “الله”، وبجانبها لفظة:
“محمد صلى الله عليه وسلم” أو نجد ذلك على الرقاع، أو على الكتب،
أو على بعض المصاحف، فهل موضعها هذا صحيح؟
Pertanyaan: kami sering melihat didinding terpampang lafadz Jalaalah Allah dan di sampingnya lafadz Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam  atau kami mendapati hal tersebut pada lembaran kertas, kitab atau surat kabar. Apakah peletakkan seperti  ini dibenarkan?
الإجابة موضعها ليس بصحيح لأن هذا يجعل النبي صلى الله عليه وسلم نداً لله
مساوياً له، ولو أن أحداً رأى هذه الكتابة وهو لا يدري من المسمى بهما
لأيقن يقيناً أنهما متساويان متماثلان، فيجب إزالة اسم رسول الله صلى الله عليه
وسلم.ويبقى النظر في كتابة: “الله” وحدها، فإنها كلمة يقولها الصوفية،
ويجعلونها بدلاً عن الذكر، يقولون: “الله الله الله”، وعلى هذا فتلغى أيضاً،
فلا يكتب “الله”، ولا “محمد” على الجدران، ولا في الرقاع ولا في غيره.

Jawaban:  Peletakan seperti itu tidak dibenarkan, karena berarti mensejajarkan Nabishalallahu ‘alaihi wa sallam dengan Allah dan menjadikan tandingan bagi-Nya. Sekiranya seseorang melihat hal ini dan tidak mengetahui yang tertulis di sana, maka ia pasti meyakini bahwa hal tersebut sejajar dan sama, sehingga wajib menghilangkan nama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam . Tinggal menilik nama Allah saja. Sesungguhnya hal ini merupakan perkataan orang-orang Sufi. Mereka menjadikan sebagai ganti dzikir, mereka berkata: “Allah, Allah, Allah”. Berdasarkan hal ini, maka tulisan tersebut harus dihilangkan juga, sehingga tidak boleh menulis nama Allah ataupun muhammad di dinding, kertas ataupun lainnya. [sumber:http://ar.islamway.com/fatwa/13068, مجموع فتاوى و رسائل الشيخ محمد صالح العثيمين المجلدالاول - باب المناهي اللفظية]

Hal ini sudah diingatkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam agar beliau jangan dijadikan sekutu bagi Allah,
أَنَّ رَجُلا أَتَى النَّبيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ في بَعْضِ اْلأَمْرِ فَقَالَ
مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ فَقَالَ النَّبيُّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ
أَجَعَلْتَنِي للهِ عَدْلا قلْ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَه 
Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam, lalu ia berkata kepada beliau,”Atas kehendak Allah dan kehendakmu”. Maka Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda,”Apakah engkau menjadikan aku sebagai sekutu (tandingan) bagi Allah? Katakanlah : Hanya atas kehendak Allah semata“ (HR. Nasa’i no. 1085 dengan sanad hasan).

Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid
13 Rabiul Awal 1433 H bertepatan 6 Februari 2012
Penyusun:  Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com

0 komentar: