Al Qur'an merupakan buku pertama di kalangan umat Islam yang menjelaskan tentang agama-agama beserta para nabi dan kitab sucinya. Agama-agama yang populer di sekitar Mekah dan Madinah seperti Yahudi, Nasrani dan Majusi, semua terangkum dalam al Qur'an. Dengan demikian Al Qur'an pantas disebut sebagai kitab yang mempelopori studi agama-agama.
Dalam Al Qur'an, seluruh agama yang dibawa oleh para nabi dengan dilengkapi kitab tersebut, merupakan mata rantai dari keseluruhan bangunan risalah Ketuhanan. Dalam Al Qur'an seluruh nabi dipandang sama statusnya, yaitu sebagai utusan allah di mana masing-masing dari mereka dibekali dengan wahyu. Dan kitab yang diterimanya merupakan bagian integral dari wahyu tersebut.
Karena memiliki sumber epistemologi yang sama, maka risalah dasar yang disampaikan oleh para nabi itupun sama pula. Meski masa hidup mereka terpisah oleh rentang waktu yang cukup lama, namun esensi dari apa yang mereka bawa adalah ajaran tentang ketauhidan.
Namun demikian, bukan berarti apa yang disampaikan oleh para nabi tersebut sama. Hal yang mendasari perbedaan ajaran tersebut adalah lebih banyak terletak pada segi aturan yang bersifat lokal dan temporal atau yang lazim disebut syari'ah. Di sini, kehadiran nabi atau rasul pada situasi dan tempat yang berbeda-beda tidak berarti untuk memecah belah ajaran Tuhan, namun untuk menyegarkan kembali ajaran tersebut. Atas dasar ini maka Al Qur'an mengajarkan bahwa semua nabi wajib diimani.
Bertitik tolak dari prinsip tersebut, maka jika ada satu umat pengikut rasul Tuhan, namun kepercayaannya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, maka dalam pandangan Al Qur'an mereka dianggap telah menyimpang. Dari prinsip tersebut, dalam berbagai uraian, al Qur'an memandang bahwa telah terjadi penyelewengan dalam ajaran agama Kristen atau agama-agama sebelumnya. Dengan pandangan ini, Islam melalui Al Qur,an menjadi sebuah agama yang kritis atas agama-agama sebelumnya yang telah mengalami penyelewengan, khususnya Kristen. Bahkan kritisismenya merupakan bagian integral dari misi kehadirannya.
Berangkat dari uraian di atas maka kemudian muncullah tradisi berpikir yang dikenal dengan Kristologi Al Qur'an (Qur'anic Christian) atau Kristologi Islam (Islamic Christology). Kristologi Al Qur'an maupun Kristologi Islam adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk melihat Kristus dari perspektif orang Islam atau sebagaimana Tuhan menginginkan orang muslim melihat Kristus. Dengan demikian maka Kristologi Islam secara keseluruhan harus sepenuhnya sesuai dengan teologi Islam. Namun hal ini tidak dapat diartikan bahwa al Qur'an telah menutup pintu untuk memahami Kristus sesuai dengan perspektif Kristologi Kristen. Akan tetapi sebagaimana uraian terhadap kandungannya yang serba singkat, Al Qur'an masih membuka kemungkinan itu dengan tanpa merusak arti teks pesan tertulis al qur'an. Kemungkinan itukah yang saat ini menjadi salah satu agenda global dalam usaha untuk lebih mengharmoniskan hubungan antara Islam dan Kristen.
Islamic Christology yang sejak awal telah diperkenalakan oleh al Qur'an kemudian dilanjutkan oleh para teolog. Diakui bahwa tradisi Islamic Christolgy yang dilakukan oleh para teolog menjadikan ilmu ini lebih kental nuansa teologisnya, sehingga yang muncul adalah penghakiman-penghakiman teologis yang ersifat kaku, hitam putih dan melakukan generalisasi. Oleh karena itu kristologi Islam lebih cenderung bersifat polemis dari pada dialogis. Meskipun dalam konteks sejarahnya memng hal itu dapat dipahami serta dimaklumi.
Dalam konteks sekarang di mana masyarakat agama-agama saling bertemu, tidak dapat mengisolasi diri, tentu suasana dialogis lebih bermakna dari pada suasana polemis dan konflik. Terlebih perkembangan berbagai pendekatan dan metode ilmu pengetahuan yang cukup pesat pada akhir-akhir ini dapat membantu untuk lebih mampu memahami the others dengan baik.
Dalam rangka pemahaman tersebut, salah satu cara yang perlu dilakukan adalah memahami dengan menjelaskan konteks serta mempertimbangkan visi universal teks-teks agama, termasuk Al Qur'an, yang menjelaskan dan memberi penilaian terhadap orang-orang non Islam. Seluruh pengetahuan, termasuk yang dituangkan dalam teks agama, tidak terlepas dari power, ideologi dan kepentingan para perumus serta pembuatnya. Dengan demikian teks harus dipahami apa adanya sesuai yang ditampilkan. Ternyata dalam sebuah teks atau pengetahuan terdapat bangunanepisteme, sehingga menjadi penting dilakukannya pendekatan sejarah dan sosial dalam memahami teks, agama dan masyarakat.
Dengan cara di atas diharapkan Kristologi Islam maupun ilmu-ilmu agama yang lain dapat berperan serta membangun dunia yang harmonis dan tata pergaulan dunia yang beradab, dengan catatan bila ilmu-ilmu tersebut dikonstruksi sesuai dengan misi kehadiran agama-agama di dunia, yaitu untuk kemaslahatan manusia, bukan untuk kemaslahatan Tuhan.
DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN SEJARAH KRISTOLOGI
Dalam tradisi pemikiran agama, salah satu istilah yang umum dan paling sering dipakai untuk menamakan agama yang dibawa oleh Nabi Isa adalah Kristen, dengan tanpa membedakan Katolik atau Protesten.istilah tersebut berasal dari bahasa yunaniKritos yang berarti "yang diurapi". Oleh pengikutnya Isa sering disebut Christ. Kristus itu sendiri merupakan salah satu gelar atau nama kehormatan bagi Isa. Adapun gelar yang lainnya adalah Juru Selamat, Pengantara dan lainnya.[1]
Nama lain yang digunakan untuk agama tersebut adalah agama Masehi. Penamaan ini berkaitan dengan istilah dalam bahasa Ibrani, Messiah, yang artinya sama dengan Kristus. Di dalam al Qur'an sendiri nama al Masih diungkap sebelas kali dan semuanya terdapat dalam surat Madaniah. Namun al Qur'an sendiri tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata tersebut, apakah maksudnya sama dengan bahasa Ibrani atau berbeda.[2]
Dalam bahasa Ibrani kata messiah digunakan untuk seorang Raja atau seorang juru selamat yang dinanti-nantikan. Hal ini terkait dengan Kristen era awal yang selalu mengalami penindasan sang penguasa. Messiah adalah ibarat Imam Mahdi dalam Islam atau Ratu Adil bagi masyarakat Indonesia yang dinanti-nanti kedatangannya.
Istilah Kristologi yang terdiri dari dua unsur kata diambil dari kata Kristus di atas. Dengan demikian krisologi memiliki makna ilmu tentang Kristus[3] atau logos tentang Kristus.[4] Kristologi juga sering disebut yesuologi karena pusat kepribadian Kristen adalah dalam pribadi Yesus dan awal dari Kristologi adalah pernyataan Yesus yang diajukan kepada murid-muridnya, "Siapakah aku ini menurut pendapat kalian?"(Luk. 9: 20).[5] Menurut Bleeker, kristologi adalah suatu ajaran tentang Yesus sebagai Kristus, yaitu tentang dirinya, zendingmya dan hubungannya dengan Tuhan.[6] Dengan demikian kristologi tidak hanya membahas mengenai Yesus Kristus saja, namun juga tentang bagaimana pikiran umat Kristen terhadapnya.
Uraian di atas cukup memberikan kejelasan pada kita bahwa obyek dari Kristologi adalah Yesus Kristus dengan segala atribut yang menyertainya. Sedemikian vitalnya Kristus dalam ajaran Kristen sampai ia menjadi wacana tersendiri dalam literatur mereka. Urgensitas ini akan bertambah kuat jika ditinjau dari posisi Yesus sebagai tumpuan dari ajaran teologi Kristen. Oleh karena itu kristologi sering pula disebut dengan teologi tentang Kristus.[7]
Kristologi di mana obyek utamanya adalah Yesus Kristus, meliputi banyak hal sesuai dengan luasnya kepercayaan umat Kristiani terhadapnya. Oleh karena itu, meskipun kristologi bertumpu pada Yesus, namun pada hakekatnya kristologi memuat semua aspek kepercayaan Kristen. Seperti pendapat tentang penyaliban Yesus, dosa turunan, gereja dan sebagainya.
Pemakaian kata dengan sebutan singkat hanya dipakai untuk menunjukkan bahwa yesus adalah pokok dalam ajaran Kristen yang dari waktu ke waktu dan tempat selalu debatable. Yesus tetap satu namun pemaknaan mengenai dirinya selalu megalami dinamika dan spesifikasinya sendiri. Hal ini akan sangat nampak, terutama dalam forum konsili.
Sejak proses kehamilannya hingga mangkat, sosok Isa adalah figure yang fenomenal dan kontroversial. Tidak hanya di kalangan Kristen sendiri namun juga di luar lingkungannya, baik lingkungan tempat ia lahir dan dibesarkan maupun dalam masyarakat Islam saat ini.
Pembicaraan mengenai Yesus, terutama mengenai siapa dia, watak serta tabiatnya mulai muncul sebagai sosok yang kontroversial dalam perspektif Kristen, terutama pada awal abad IV M. hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor di mana salah satunya adalah tidak ditemukannya watak langsung yang ditransmisikan Yesus kepada pengkutnya.[8] Kesaksian murid Isa tertua sendiri baru ditulis dan belum dijadikan kanon resmi jauh setelah Isa wafat. Hal ini ditambah dengan sifat ekletis dan reseptifnya agama tersebut terhadap unsur-unsur luar seperti hellenisme Yunani dan filsafat neoplatonisme yang ketika itu berkembang.[9] Abad itu bisa disebut sebagai embrio perkembngan ideologi Kristen.
Faktor tersebut menjadikan perkembangan teologi di dinia Kristen berjalan sangat cepat dan dinamis jika dibandingkan deengan dunia Islam misalnya. Tugas kristologi menjadi semakin besar, bukan hanya untuk merenungkan, menyelidiki, dan mengutarakan keyakinan beriman, namun juga harus mengikuti cara berpikirnya para pengikut Yesus, khususnya pada abad-abad pertengahhan gereja. Dengan demikian kristologimenjadi sebuah disiplin ilmu yang berubah-ubah dan berkembang.
Perubahan dan perkembangan itu terjadi seiring dengan perjalanan sejarah kristologi. Kristologi memiliki sejarah yang amat panjang sesuai dengan perjalanan Yesus dipahami oleh umat manusia. Jika dibandingkan dengan Al Quran, maka kristologi jauh lebuh tua. Perjalanan historisnya dapat dirunut sejak kelahiran Isa sendiri sebagai obyek dari kristologi.
DOKTRIN-DOKTRIN DALAM KRISTOLOGI
A. Al Kitab
Bible atau Al Kitab merupakan kumpulan dari banyak kitab dan risalah yang disusun dalam dua bagian, Perjanjian Lama (Old Testament) dan dan Perjanjian Baru(New Testament). Bible berasal dari bahasa Yunani, merupakan bentuk jamak dari 'biblion' atau 'biblos,yang berarti buku. Dengan demikian, 'bible' awalnya berarti koleksi kepustakaan atau koleksi buku. Selanjutnya Bible merupakan istilah baru, yaitu sebutan untuk buku yang berisi tulisan suci dari suatu agama.[10]
Perjanjian Lama merupakan bagian utama dan terbesar dari al Kitab. Perjanjian lama ditulis sebelum kelahiran Yesus Kristus. Sedangkan Perjanjian Baru datang belakangan di mana jumlahnya lebih sedikit, yang merupakan rekaman dari sejarah kehidupan dan ajaran Yesus Kristus, meskipun tidak lengkap.
Al Kitab secara kronologis ditulis dalam bahasa Ibrani (Hebrew), kemudian aram(Aramaic), dan Yunani dalam kurun waktu 1200 SM - !50 M. di antara penulisnya adalah para Nabi, guru, sejarawan, sastrawan, filosuf dan seniman yang sebagian tidak dikenal. Meskipun demikian al Kitab tetap diyakini sebagai inspirasi yng berasal dari Tuhan. Tuhan memberikan inspirasi dan kata-kata melalui mulut mereka.
Dalam keimanan Kristen diyakini bahwa allah merupakan peulis utama al Kitab. Oleh karena itu al Kitab tidak mungkin salah dalam firmannya. Meskipun demikian, terjemah dari al Kita masih memungkinkan adanya kesalahan itu, sebab terjemahan merupakan karya manusia. kebenaran al Kitab ada pada naskah aslinya.[11]
Perjanjian Lama merupakan peninggalan agama Yahudi. Karena adanya perebutan kekuasaan di Yunani menyebabkan kitab ini dibakar oleh raja yang membenci agama Yahudi. Sedangkan kitab salinannya telah tercerai berai dan rusak akibat adanya pertentangan yang terjadi antara jemaat Yahudi dan Kristen.
Penulisan dan revisi Perjanjian Lama dilakukan oleh Aquilo dari Pontus bersamaan waktunya dengan penulisan Hadrianus, Efesus, Syimachus yang selesai pada aad ke-9. sementara sebelumnya telah diadakan revisi ulang untuk yang ke sekian kalinya oleh Jerome atas perintah Paus Damasus sekitar tahun 382-385 serta mengubahnya dalam bahasa Latin. Oleh karenanya keaslian kitab ini semakin menjadi perdebatan. Pengesahan atas Kitab Perjanjian Lama bagi Gereja Katholik dilakukan dalam konsili Trente tanggal 8 April 1546. sementara revisi masih terus dilakukan pada tahun 1590, 1592, 1593, dan 1598.
Kitab Perjanjian Baru merupakan bagian kedua dari al Kitab. Kitab ini terdiri dari beberapa buku yang berisikan antara lain; kisah-kisah tentang Yesus, tertuang dalam Injil Matius, Injil Markus, injil Lukas, Injil Yohanes. Kisah-kisah para Rasul merupakan kelanjutan dari Injil Lukas yang menceritakan tentang para pengikut Yesus, khususnya perjalanan hidup Lukas. Selanjutnya adalah doktrin kristiani yang tertuang dalam Roma, I dan II Korinrus, Galatia, Efesus, Kolose, I dan II Tesalonika, Ibrani, Yakobus, I dan II Petrus, Yohanes dan yudas. Sebagian besar dari bagian ini merupakan surat-surat kepada jemaat.
Terdapat pula surat-surat pribadi yang berisikan nasehat-nasehat yang bersifat pribadi. Hanya saja karena penerima surat adalah para pemimpin jemaat, maka surat ini menjadi penting dan dijadikan sebagai dokumen Gereja. Dokumen-dokumen tersebut terdapat dalam I dan II Timotus, Titus, Filepon, II dan II Yohanes. Bagian yang lain berisi wahyu nubuwat kepada Yohanes, merupakan bagian terakhir dari perjanjian baru yang mengungkap realitas masa kini dan ramalan masa yang akan datang.
Perjanjian Baru bukan merupakan biografi atau riwayat hidup sebagai layaknya ilmu pengetahuan modern. Kitab injil tak lebih dari kesaksian para imam tentang Yesus Kristus. Bukan merupakan rekaman dari khutbah Yesus melainkan laporan dari para pengikut Yesus.
Perjanjian Baru resmi menjadi kitab sejak abad Iv M. yakni sejak keputusan konsili nikea tahun 325 M. Dengan diresmikannya Perjanjian Baru maka kitab ini menjadi dokumen tertua bagi umat Kristen. Al Kita secara lengkap dikenal baru pada abad pertengahan dii gereja-gereja Barat melalui vulagata.
Revisi terhadap kitab ini dilakukan berulang-ulang sejak diterbitkan oleh Erasmus pada tehun 1516 M dalm bahasa Yunani yang menjadi dasar bagi penerjemahan Kristen Protestan. Revisi dilakukan pada tahun 1592, 1593, 1598 di bawah koordinasi Clemens ke VII. Selanjutnya penerjemahan banyak dilakukan dalam berbagai bahasa.
B. Trinitas
Trinitas adalah sebah konsep yang khas dan pelik untuk didiskripsikan. Doktrin ini hanya dikenal dalam teologi Kristen sehingga sangat sulit jika harus dijelaskan di luar konteks kekristenan atau dengan paradigma non Kristiani. Meskipun demikian, doktrin trinitas inipun tidak akan dengan mudah dijelaskan dengan kacamata Kristen, sebab terdapat dinamika perkembangan dan perdebatan yang sangat kompleks mengenai hal ini. Dalam Kristen sendiri pun, doktrin ini dikenal sebagai doktrin yang paling unik dan kontroversial. Berangkat dari perbedaan inilah maka memunculkan berbagai aliran dan paham Kristiani yang mamiliki kekhasan masing-masing.
Bagi mereka, trinitas merupakan sebuah kenyataan tentang kebenaran. Kekristenan menjadi tidak bermakna tanpa doktrin ini. Keseluruhan konsep epistemologi Kristen berpijak padanya. Dengan menggunakan logika filsafat ilmu, Alfred Soru mengungkapkan bahwa sebagai " kebenaran" trinitas tidak mungkin "menjadi benar" atau "menjadi tidak Benar" karena yang "menjadi benar" atau "menjadi tidak Benar" bukan "kebenaran". "Kebenaran" adalah "kebenaran".Jika "kebenaraan adalah kebenaran" maka "kebenaran" tidak membutuhkan pembenaran. Namun "kebenaran" itu sendirilah yang membenarkan. Segala upaya teologis maupun akademis untuk mengurai trinitas hanyalah sekedar menjelaskan, mempertanggungjawabkan, membela, atau membuktikan kebenarannya dan bukan kebenaran itu sendiri.[12]
Kata trinitas berasal dari bahasa Latin tres dan unus yang berarti tiga dan satu. Dengan demikian trinitas dapat diartikan tiga dalam satu. Dalam teologi Kristen dipahami hanya ada satu allah, namun dalam satu allah ini terdapat tiga pribadi yang sama kekal, sepadan tetapi berbeda dalam pribadi. Tiga pribadi, yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus memiliki esensi yang sama, yaitu Allah. Dengan kata lain, tidak ada penekanan dalam ketigaan Allah sebab penekanan keesaan atau ketigaan hanya akan mengaburkan makna trinitas itu sendiri. Inilah yang menimbulkan kerumitan dalam memahami trinitas.dalam iman Kristen, trinitas tidak dapat dijelaskan dengan pendekatan apapun selain menyatakan kebenaran trinitas adalah wahyu Allah, berasal dari Allah dan tentang Allah yang Esa. Keesaan inilah yang sulit dijelaskan dengan apapun dan oleh siapapun kecuali Allah sendiri. Kebenaran dari selain Allah adalah semu sehingga tidak mungkin menjelaskan kebenaran tentang Allah secara mutlak.[13]
Walaupun trinitas merupakan sesuatu yang khas dalam ajaran kristiani namun sebenarnya mengenai hal ini tidak dijelaskan sama sekali dalam kitab Perjanjian Lama. Bahkan ayat-ayat yang diduga mengindikasikan jebenaran trinitas justru dapat dimaknai sebaliknya, menentang trinitas. Meskipun banyak ungkapan yang disinyalir sebagai bukti ketuhanan Yesus, namun tidak ditemukan dalam al Kitab ungkapan yang menjelaskan bahwa Yesus dan Ruh Kudus adalah Allah. Yang ada haya allah ada dalam dii Yesus. Bisa jadi ini merupakan ungkapan metaforis untuk menjelaskan kedekatan Yesus dengan Allah sebagaimana para sufi yang mancapai derajat makrifat dalam literatur Islam.
Iman Kristiani membedakan antara ketuhanan Bapa dengan Ketuhanan Yesus. Sebagaimana dikatakan oleh Niko Syukur bahwa Yesus Kristus bukan identitas tanpa beda dengan kodrat Ilahi. Karena pemahaman ini justru bertentangan dengan iman Kristiani yang sah.[14] Hubungan Yesus dengan Allah Bapa bahkan dapat dipahami sebagai hubungan ketaatan, pengutusan dan keprcayaan.[15]
C. Penyaliban dan Kematian Yesus
Diceritakan dalam Kitab Perjanjian Baru bahwa beberapa waktu setelah Yesus menyampaikan pesan-pesan Allah kepada kaumnya, orang-orang Yahudi dan Romawi menentang dan berupaya membunuhnya. Hingga suatu ketika Yesus berhasil ditangkap dan digantung di tiang salib.[16] Pra penyalib Yesus menyatakan bahwa jika Allah berhasil menyelamatkan Yesus maka mereka akan mempercayai kerasulannya.[17]Setelah kira-kira tiga jam kemudian, Yesus mengucap; "Eli, Eli lama Sabakhtani?". Artinya: "Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkanku?"[18] Salah seorang murid Yesus, Yusuf Arimatea kemudian meminta mayat Yesus untuk dikuburkan.[19]
Selang tiga hari kemudian ternyata mayat Yesus sudah tidak ada di kuburnya. Salah seorang murid Yesus mendapat ilham dari malaikat bahwa Yesus telah bangkit dari kuburnya. Sebelas hari kemudian Magdalena, murid Yesus yang mencarinya, mendapati Yesus telah berada di Galilea.[20]
D. Doktrin Penyelamatan dan Penebusan Dosa
Menurut ajaran Kristiani, kehadiran Yesus di bumi adalah dengan misi menyelamatkan manusia.[21] manusia adalah makhluk yang diberi dua potensi, yaitu berbuat baik dan buruk. Kesalahan pertama yang dilakukan manusia adalah perbuatan Adam dan Hawa ketika makan buah khuldi sehingga menyebabkan mereka diusir dari surga. Pelanggaran inilah yang kemudian dianggap sebagai dosa waris yang akan diwariskan adam kepada anak cucunya.[22]
Pemahaman tentang adanya dosa warisan ini menimbulkan banyak perdebatan dan interpretasi. Sekaligus sebagai bahan kritik bagi umat non Kristiani terhadap doktrin Kristen. Di antaranya muncul anggapan bahwa dalam pandangan Kristen manusia sejak lahir telah dibebani dosa yang dilakukan oleh leluhurnya. Sepertinya hal ini bertentangan dengan apa yang dipahami oleh umat Kristen sendiri mengenai dosa yang dilakukan manusia. Menurut mereka dosa yang dilakukan oleh manusia adalah bagian dari kehendak Tuhan. Sebagaiman jawaban terhadap pertanyaan murid Yesus yang diceritakan dalam Perjanjian Baru.[23]
Dalam ajaran Kristen manusia dimungkinkan jatuh di lembah dosa dengan beberapa alasan; pertama, karena jika tidak maka cobaan Tuhan menjadi tidak berarti.Kedua, pengatahuan yang diberikan Tuhan kepada manusia bisa dijadikan alat untuk berbuat dosa. Ketiga, Tuhan mengijinkan setan untuk menggodanya.[24]
Karena alasan di ataslah kehadiran yesus membawa misi penting, yaitu penyelamatan bagi umat manusia, memberikan peringatan bagi orang-oraang yang berbuat dosa sekaligus membawa berita gembira bagi orang-orang yang memegang teguh ajarannya. Oleh karena itu keselamatan menusia dan kebersamaan manusia dengan kasih Allah adalah sangat tergantung pada penerimaannya terhadap yesus. Jika ia menyerahkan dalam Kristus maka dia akan diselamatkan dan dihapuskan dosanya. Namun jika manusia tidak menerima kasih yesus maka dia akan terbelenggu dosa dan akan masuk neraka.
Dalam pemahaman Kristiani, manusia lahir dalam gelimang dosa, tanpa terkecuali. Untuk dapat terbebas dari dosa tersebut maka manusia butuh seseorang yang menebusnya.Untuk kepentingan itulah Yesus diturunkan ke bumi. Dengan penderitaan yang diterimanya, yaitu ketika kematiaannya di gantungan salib. Maka barang siapa yang mengimaniya ia akan diampuni dosanya.
Doktrin-doktrin yang terkait dengan dosa waris, penyelamatan dan pengampunan dosa menjadi kontroversial ketika dalam perkembangan selanjutnya sang juru selamat bisa digantikan oleh orang lain. Semula hanya berupa konsekuensi keimanan terhadap kebenaran yesus dan imbalan atas kebaikan yang dilakukannya. Perkembangan kemudian pengampunan ini dapat digantikan oleh bapa-bapa gereja. Karena mereka adalah pengganti Yesus di bumi maka merekalah pemegamg rahasia langit dan pembuka pintu rahmat serta ampunan dari Tuhan.
KRISTOLOGI DALAM AL QUR'AN
Notabene Al qur'an adalah penyempurna dari kitab-kitab terdahulu,sehingga wajar jika dalam Al Qur'an terdapat banyak kesamaam dengan kitab-kitab sebelumnya. Hal ini dikarenakan Al qur'an dan kitab suci sebelumnya yang menjadi pegangan umat Yahudi dan Nasrani adalah bersumber sama, yaitu dari Ibrahim. Inti ajarannya adalah ketauhidan.
Tidak mengherankan jika al Qur'an sebagai penerus ajaran Tauhid dan Injil mengingatkan para penganut kedua kitaab tersebut agar melupakan ajaran tauhid, yang menjadi inti dari semua agama untuk menyerahkan sepenuhnya kepada Allah (Ali Imran: 3-4).
Sebagaimana disebutkan dalam surat al Maidah: 110,bahwa isi kandungan al Kitab adalah terdiri dari ajaran Taurat dan ajaran Yesus. Bahkan al Qur'an mengajak kepada umat Yahudi dan Nasrani agar tidak saling mengklaim bahwa kebenaran Ibrahim karena pada dasarnya ajaran yang dibawa oleh para Nabi adalah bersumber dari ibrahim. (QS. Ali Imran: 65)
Sebagaimana terungkapdalam asbabun nuzul ayat ini bahwa Nabi Muhammad bermaksud untuk menyampaikan kepada oran Yaahudi maupun Nasrani bahwa Al Qur'an merupakan kelanjutan dari ajaran mereka dan memiliki misi yang sama. Namun ketika orang Kristen Najran bertemu dengan orang Yahudi terjadi klaim kebenaran dengan memperebutkan bahwa Ibrahim adalah milik mereka. Dengan latar belakang ini maka ayat di atas turun dan menegaskan kembali bahwa Ibrahim adalah sumber dari ajaran mereka.[25]
Al qur'an juga menegaskan agar umat Nasrani berpegang pada Taurat, Inijil dan Al Quran sebagai pijakan untuk menyeleasaikan urusan mereka. Orang-orang ahli kitab yang mengikuti ajaran Muhammad sebagaimana disebutkan dalam Taurat dan Injil ddijanjikan akan mendapatkan keberuntungan dan terlepas dari beban masa lalu mereka, yakni beban saat mengikuti ajaran mereka sebelumnya.[26]
Adapun mengenai ajaran trinitas terkait anggapan terhadap Yesus sebagai anak Tuhan, Al Qur'an menolak hal ini. Di antara ayat-ayat yang menolak ajaran trinitas adalah surat al Ikhlas: 4.
Ungkapan mengenai sifat-sifat dan nama Ilahi pada diri Yesus tidak lain adalah menunjukkan bahwa ia adalah seorang hamba yang taat dan dekat dengan Allah. Qur'an menolak secara tegas terhadap anggapan bahwa allah memiliki anak dan menganggap kebodohan serta dusta terhadap mereka yang meyakininya (Al Kahfi 4-5). Al Quran mensinyalir bahwa ungkapan demikian adalah seperti ucapan orang terdahulu yang telah dilaknat oleh Allah (At Taubah: 30).
Al Qur'an hanya mengakui satu Tuhan dan menolak adanya pribadi-pribadi Tuhan sebagaimana dipahami umat Kristianisebagai pribadi-pribadi yang memiliki hakekat ketuhanan, Yesus Kristus sebagai anak Tuhan dan Roh Kudus. QS. An Nisa: 171 secara tegas menolak bahwa Yesus adalah salah satu dari tiga pribadi Tuhan, melainkan hanya seorang Rasul.
Dalam hal disalibnya Yesus, Al Qur'an menolak klaim tentang terbunuhny Yesus dalam tiang salib, bahkan menganggap hal itu sebagai tipu daya orang-orang Yahudi dan Romawi. Apa yang dilakukan oleh mereka adalah atas dasar kekafiran dan kemarahan mereka. Sementara allah membuat gelap mata mereka agar tidak jelas melihat Yesus kemudian Allah menyelamatkannya. Selanjutnya mereka membunuh orang lain yang diduga sebagai Yesus (An Nisa: 156-158).
Berkenaan dengan ditangkapnya Yesus, dan diserupakannyaYesus dengan orang lain dengan ungkapan al Qur'an lakin syubbiha lahum, para ulama berpendapat bahwa memang tentara Romawi dan orang Yahudi telah menangkap seseorang yang mirip Yesus,namun dia bukan Yesus yaitu Yudas Eskariot. Sementara Yesus berhasil keluar dari kepungan tersebut karena orang Romawi sendiri sebenarnya tidak mengenal Yesus.[27]
Mengenai doktrin penebusan dosa, al Quran pun memberikan komentarnya tersendiri. Menurut Al Qur'an, dosa adam dan Hawa menjadi tangguangan mereka berdua. Sementara keturunannya tidak mendapati dosa tersebut. Maka ketika adam dan Hawa telah memahami kesalahanya dan memohon ampun, maka rahmat dan pengampunan allah atas mereka berdua.
Menurut al Qur,an, setiap orang hany akan memikul dosanya sendiri dan dosa tersebut tidak akan ditimpakan pada orang lain (QS. Al Anam: 164 dan QS. Al FAtir: 18). Para ulama tafsir berpendapat bahwa ayat di atas menegaskan akan adanya hari akhir. Bahwa setiap orang yang melakukan kebaikan mereka akan mendapati balasan yang setimpal dengan apa yang dilakukannya. Ssetiap orang akan mempertanggungjawabkan amalannya sendiri sendiri tanpa ada yang dapat membantu menanggung bebannya. Pertanggungjawaban tersebut adalah setelah diutusnya seorang Rasul yang memberitahkan berita itu. Pada setiap masa allah mengutus seorang Rasul untuk menyapaikan kebenaran. Dengan demikian tidak adaseorang pun yang dapat mempertanggungjawabkan amalan orang lain. Sehingga al qur'an mengajarkan agar manusia menjaga diri dari perbuatan tercela.
Dengan demikian kepercayaan pengampunan dosa dalam bentuk apapun dan dalam tradisi agama manapun harus dipahami dalam konteks pertaubatan, bukan berarti pengalihan dosa pada orang lain. Dalam ajaran agama manapun, taubat merupakan bentuk penyesalan manusia atas kesalahan yang telah dilakukan. Bentuk taubat ini sangat beragam, namun setidakknya ada beberapa bentuk pertaubatan yang menjadi titik kesamaan. Pertama, taubat dengan hati, yaitu kesadaran akan kesalahan yang dilakukan. Kedua, taubat dengan ucapan. Ketiga, taubat dengan perbuatan. Yaitu meninggalkan kejahatan yang telah dilakukan dan menggantinya dengan kebaikan.
KESIMPULAN
Pada dasarnya ajaran Yahudi, Nasrani maupun Islam berasal dari satu sumber, yaitu ajaran tauhid yang dibawa oleh Ibrahim. Perbedaan muncul ketika ajaran ini telah dipahami, baik sengaja atau tidak, oleh para penganutnya dengan pandangan lain, dalam artian tidak sesuai lagi dengan apa yang diajarkan pertama oleh Ibrahim maupun Rasul lainnya.
Mengenai ajaran dalam kristologi sendiri banyak ajaran yang tidak jelas sumbernya serta tidak masuk akal. Penyelewengan ajaran ini terjadi tidak serta merta, namun terjadi lambat laun melalui proses yang cukup panjang. Misalkan saja dengan diadakannya beberapa kali revisi terhadap Al Kitab.
Doktrin trinitas yang diyakini oleh umat Nasrani, dalam perspektif manapun tetap saja sulit untuk diahami. Adapun mengenai penebusan dosa yang dilakukan oleh Yesus sebenarnya bertentangan dengan ajaran mereka sendiri. Sementara mengenai keyakinan disalibnya Yesus adalah akibat dari ketidaktahuan mereka dengan apa yang telah dilakukan leh Allah terhadap Yesus.
[1] C. J. Bleeker, Pertemuan Agama-Agama Dunia, Terj. Barus Siregar, Bandung: Vorkink Van, TT, m. 64
[2] Komarudin Hidayat, "Isa Al Masih Sang Penebar Kasih" dalam Passing Over Melintasi Batas Agama, Ahmad Gaus AF (Ed.), Jakarta: Paramadina, 1998, hlm 379
[3][3] Nico Syukur, Kristologi Sebuah sketsa, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hlm. 21
[4] C. Groenen, Sejarah dogma Kristologi, Y0gyakarta: Kanisius, 1987, hlm. 13
[5] Nico Syukur, op.cit. ,hlm. 28
[6] C. J. Bleeker, Pertemuan Agama-Agama Dunia, terj. Barus Siregar, Bandung: Vorkink-van, Tt, hlm. 65
[7] Kristologi, op.cit., hlm. 21
[8] Abu Jamin Roham, Pembicaran sekitar Bible dan Qur'an dalam Segi Isi dan Riwayat penulisannya, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, hlm. 66
[9] Muhsin Al Maili, Pergulatan Mencari Islam Perjalanan Religius Roger Garaudy, terj. Rifyal Ka'bah, Jakarta: Paramadina, 1996, hlm. 96-102
[10] James Hanstings (ed.), art. "Bible" dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics, New York: T & T,. Clark, Edinburgh, and Charles Scriber's, T.T, hlm. 562
[11] RC Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen, Terj. Dr. Rahmiati Tanudjaya, Malang: Departemen Literatur Saat, 200, hlm. 4
[12] Esra Alfred Soru, Tritunggal yang Kudus; Sebuah Pendekatan Historis, Teologis dsn Filosofis, Bandung: Yayasan Babtis Indonesia, 2002. hlm. 58
[13] Niko Syukur, op.cit. ,hlm. 280
[14] Ibid., hlm. 281
[15] Roma 8: 3, Galilea: 44, Yohanes: 3: 17; 1
[16] Matius 26: 48
[17] Matius 27: 42-43
[18] Matius 27: 45-46
[19] Matius 27: 57-61
[20] Matius 28: 16-17
[21] Roma 5: 10
[22] Kejadian 3: 14 -15
[23] Yohanes 9: 2-3
[24] Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986, hlm. 118
[25] Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah, Vol. 2, hlm. 108-109
[26] T.M. Hasbi as Shiddieqy, Al Qur'an dan Terjemahnya, Arab Saudi: Khadim Al Haramain, T>T, hlm. 246-247
[27] Ahmad Mustafa Al Maragi, Tafsir Al Maragi, Beirut: Dar al Fikr, T.T, Juz. VI, hlm. 14
0 komentar:
Posting Komentar