Coba perhatikan semut yang lemah itu. Semut diberi kecerdikan dan kelihaian dalam mengumpulkan bekal makanan dan menyimpannya serta menjaganya dari kerusakan. Engkau pasti menemukan pelajaran yang sangat berharga dan tanda-tanda kekuasaan Allah yang sangat besar. Coba lihat sekelompok semut yang berusaha mengumpulkan bekal makanan, mereka keluar dari sarang untuk mencari makan. Jika semut-semut itu berhasil menemukan makanan maka ia akan membuat jalan dari sarangnya menuju makanan tersebut. Dan semut-semut itu mulah memindahkan makanan itu sarangnya.
Engkau dapat melihat dua rombongan. Satu rombongan memindahkan makanan sementara rombongan lainnya keluar dari sarang. Kedua rombongan itu tidak saling berbenturan di jalur tersebut, bahkan keduanya laksana dua baris tali. Seperti sekelompok manusia yang pergi dari satu jalur dan kembali di samping jalur tersebut. Jika satu kelompok merasa keberatan memikul makanan itu maka kelompok lain akan berkumpul menolong membawanya, seperti halnya kayu dan batu yang digotong oleh sekelompok manusia.
Apabila yang menemukan makanan itu adalah seekor semut, maka rekannya yang lain akan membantu mengangkatnya ke sarangnya. Kemudian bila yang menemukannya adalah sekelompok semut, maka mereka akan bergotong-royong mengangkutnya ke sarang dan membagi-baginya setelah sampai di pintu sarang.
Salah seorang arif bercerita bahwa ia pernah menyaksikan sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. Ia berkisah:
“Suatu ketika aku melihat seekor semut yang berusaha mengangkat bangkai belalang namun ia tidak sanggup mengangkatnya. Semut itu pergi sejenak lalu kembali dengan membawa serombongan semut lainnya. Sebelum mereka tiba aku mengangkat bangkai belalang itu. Ketika semut dan rombongannya tiba semut tersebut berputar-putar di tempat itu dan diikuti oleh rombongannya namun mereka tidak menemukan apa-apa, akhirnya mereka pun kembali. Aku menaruh bangkai belalang itu di tempat semula. Kemudian semut itu datang lagi dan menemukan bangkai belalang tersebut namun ia tidak mampu mengangkatnya. Semut itupun pergi sejenak lalu kembali dengan membawa rombongannya. Aku kembali mengangkat bangkai belalang itu. Semut-semut itu berputar-putar di sekitar tempat tersebut namun tidak menemukan apa-apa. Lalu semut-semut itupun pergi. Aku kembali meletakkan bangkai itu di tempat semula. Semut itu kembali lagi lalu memanggil rombongannya. Aku kembali mengangkat bangkai belalang tersebut. Semut-semut itu berputar-putar di sekitar tempat itu namun tidak menemukan apa-apa. Lalu semut-semut itu membentuk lingkaran kemudian mereka meletakkan semut yang memanggil mereka di tengah-tengah lingkaran lalu mereka mengangkatnya beramai-ramai dan memotongnya menjadi beberapa bagian, sementara aku melihat semua itu dengan mata kepalaku!”
Salah satu kecerdikan semut yang sangat menakjubkan adalah jika semut-semut membawa sebutir biji-bijian ke dalam sarangnya maka mereka terlebih dahulu membelahnya agar biji itu tidak tumbuh. Jika kedua belah biji itu dapat tumbuh maka mereka akan membelahnya menjadi empat bagian. Jika kebetulan tanah sedang basah atau berair dan mereka takut makanan menjadi rusak maka mereka akan mengeringkannya di panas matahari kemudian mereka kembalikan ke dalam sarang. Oleh sebab itu barangkali engkau sering melihat beberapa biji yang sudah terbelah-belah di depan sarang mereka. Setelah ditinggal beberapa saat engkau tidak akan melihat satu belah bijipun.
Salah satu kecerdikan semut adalah mereka membuat sarang di tempat yang tinggi agar tidak terendam air ketika banjir. Cukuplah sebagai bukti kecerdasan mereka apa yang telah Allah ceritakan dalam kitab-Nya tentang perkataan seekor semut kepada teman-temannya setelah ia melihat Nabi Sulaiman ‘alaihi salam bersama pasukan beliau akan melintas:
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (An-Naml: 18)
Semut itu berbicara dengan sepuluh bentuk kalimat, yakni:
1. Seruan
2. Peringatan
3. Penyebutan nama
4. Perintah
5. Penegasan
6. Tahdzir (peringatan keras)
7. Takhshish (pengkhususan)
8. Tafhim (memahamkan)
9. Ta’mim (pengumuman)
10. I’tidzar (pemberian alasan)
2. Peringatan
3. Penyebutan nama
4. Perintah
5. Penegasan
6. Tahdzir (peringatan keras)
7. Takhshish (pengkhususan)
8. Tafhim (memahamkan)
9. Ta’mim (pengumuman)
10. I’tidzar (pemberian alasan)
Perkataan semut tadi meskipun ringkas namun berisi sepuluh bentuk kalimat di atas. Oleh sebab itu Nabi Sulaiman takjub mendengarnya dan tersenyum serta meminta kepada Allah agar beliau diberi ilham untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah kepadanya setelah ia mendengar perkataan semut tadi. Tentu tidak terlalu mengherankan kecerdikan satu umat yang bertasbih memuji Rabb-nya sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
“Tersebutlah kisah salah seorang nabi yang singgah di bawah pohon. Tiba-tiba nabi itu digigit oleh seekor semut. Ia mengeluarkan perlengkapannya dan membakarnya maka terbakarlah sebuah sarang semut. Lalu Allah menurunkan wahyu kepadanya: “Karena digigit seekor semut engkau membakar satu umat yang bertasbih memuji Allah. Mengapa tidak engkau bunuh seekor saja!” (lihat Fathul Bari VI/3019 dan Muslim IV/1759)
Sumber: Keajaiban-keajaiban Makhluk dalam Pandangan Al Imam Ibnul Qayyim, karya Abul Mundzir Khalil bin Ibrahim Amin (penerjemah: Abu Ihsan Al-Atsari Al-Maidani), penerbit: Darul Haq, cet. 1, Sya’ban 1423 H / Oktober 2002 M, hal. 174-179.
0 komentar:
Posting Komentar