Kamis, 21 Juni 2012

KETIDAKSAMAAN NABI DAN RASUL


Perbedaan antara Nabi dan Rasul
Kenabian (nubuwah) adalah syarat kerasulan (risalah). Maka tidak bisa menjadi rasul orang yang bukan nabi. Kenabian lebih umum dari kerasulan. Setiap rasul pasti nabi, tetapi tidak setiap nabi adalah rasul.

Rasul membawa risalah kepada orang-orang (kaum) yang tidak mengerti tentang agama dan syari'at Allah atau kepada kaum yang telah mengubah syari'at dan agama, untuk mengajari mereka atau mengembalikan mereka ke dalam syari'at Allah . Dia adalah hakim bagi mereka. Sedangkan nabi diutus dengan dakwah kepada syari'at nabi/rasul sebelumnya.[1]

Nubuwah adalah Anugerah Ilahi
Kenabian bukanlah suatu tujuan yang dapat diraih dengan cara-cara tertentu, sehingga bisa dicapai oleh orang yang bersungguh-sungguh, juga bukanlah pangkat yang dapat ditempuh melalui perjuangan. Akan tetapi ia adalah kedudukan yang tinggi dan pangkat yang diberikan Allah karena karunianya kepada siapa saja dari makhlukNya yang Dia kehendaki. 

Maka Dia mampersiapkannya agar mampu memikulnya. Dia menjaganya dari pengaruh setan dan memeliharanya dari kemusyrikan karena rahmat dan kasih sayangNya semata, tanpa ada upaya yang ia kerahkan untuk mendapatkan dan untuk mencapai derajat kenabian itu. 
Bahkan ia hanyalah karunia Allah dan nikmat Ilahi semata, sebagaimana firman Allah,

“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, Yaitu Para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.[2]

Allah berkata kepada Musa :

Allah berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang bersyukur."[3]

Allah  menceritakan ucapan Ya'kub  kepada anaknya, Yusuf, dengan firmanNya,
  
dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu[4] sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.[5]

Sebagaimana halnya Allah mengingkari orang yang memandang bahwa salah satu dari dua orang besar di Makkah dan Tha'if, yaitu al-Walid bin Mughirah dan Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi, lebih berhak (pantas) untuk menjadi nabi. Hal itu terjadi ketika Allah mewahyukan kepada nabi Muhammad dan menjelaskan bahwa Dia adalah Rabb penguasa yang berhak melakukan apa saja serta yang mengurusi pembagian rizki bagi semua makhlukNya.

Jadi sangatlah tidak benar manakala ada seseorang yang ikut campur tangan dalam menentukan siapa yang berhak menerima rahmat kenabian dan kerasulan. Maka Allah bercerita tentang mereka,

dan mereka berkata: "Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini[6]? Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”[7]

                Allah I telah mengancam orang-orang yang melampaui batas yang mengatakan "Tidaklah kami beriman sebelum diberi seperti apa yang telah diberikan kepada Rasul-rasul Allah I," dengan firmanNya,
  
Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada Kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah". Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.[8]

Terdapat petunjuk yang jelas bahwa kenabian itu tidak bisa diperoleh karena kebangsawanan atau karena jerih payahnya, akan tetapi ia adalah nikmat dari Allah I serta rahmat yang dianugerahkan  kepada sebagian makhlukNya berdasarkan ilmu dan hikmahNya dan tidak diberikan kepada orang yang mencari atau yang mengharapkannya.


[1] Tim Ahli Tauhid, op.cit., hlm. 84.
[2] QS. Maryam: 58.
[3] QS. Al-A'raf:144.
[4]Dimaksud bapak disini kakek dan ayah dari kakek.
[5]QS.Yusuf: 6.
[6] Mereka mengingkari wahyu dan kenabian Muhammad r, karena menurut pikiran mereka, seorang yang diutus menjadi Rasul itu hendaklah seorang yang Kaya raya dan berpengaruh.
[7]  QS. Az-Zukhruf: 31-32.
[8] QS. Al-An'am: 124.

0 komentar: