PENDAHULUAN
segala puji hanya bagi Allah yang telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
Shalawat dan salam hanya tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, berkat perjuangan beliaulah agama islam ini tegak di muka bumi, sehingga kita sebagai umatnya harus bisa meneladani perjuangan beliau dengan sebaik-baiknya.
Hadits adalah sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an, sehingga menjadi kajian yang menarik untuk kita kaji lebih dalam. Di dalam mempelajari ilmu hadits kita mengenal dengan istilah musthalah hadits (istilah-istilah dalam hadits) di mana di dalamnya banyak materi yang di bahas, di antaranya : pengertian hadits, khabar, atsar, khabar mutawatir, khabar ahad, pengertian sanad, matan, perowi, thabaqat dll.
Di dalam makalah yang singkat ini penulis ingin menjelaskan tentang pengertian tabi’in, jumlah dan tingkatan tabi’in, kelompok al-Hadramain, dan tabi’in yang paling utama dalam periwayatan hadits. di samping itu makalah ini secara khusus bertujuan untuk memenuhi tugas mid semester gasal tahun 2011 pada mata kuliah ulumul hadits II Pendidikan ‘Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta.
Hanya kepada Allah kami memohon, semoga Dia berkenan menerima amal baik kami ini. Dan Dialah Dzat yang maha sempurna.
1. Pengertian Tabi’in
Tabi’in adalah
التابعي من لقي واحدا من الصحابة فأكثر
“ orang yang bertemu dengan seseorang sahabat atau lebih”
Sebagian ulama berpendapat, bahwa mengenai tabi’in ini tidaklah hanya bertemu saja, akan tetapi harus pernah menerima pelajaran dari sahabat. Namun demikian kebanyakan ahli hadits memandang tabi’in adalah setiap orang yang menjumpai seseorang sahabat walaupun tidak turut menyertainya. Dan mereka memandang tabi’in adalah orang yang pernah melihat sahabat tanpa harus menyertainya.
Ibnu Hibban menjelaskan bahwa yang di sebut tabi’in, ialah orang yang melihat shahabi dalam umur yang sudah dapat menerima hadits dan bisa untuk menyampaikannya,(sudahmumayyiz)
Menurut pendapat al-‘Iraqi, pendapat Ibnu Hibban ini ada orang yang membenarkannya.
Nabi pernah mengisyaratkan tentang hal sahabat dan tabi’in dengan sabdanya:
طوبى لمن رانى و ا من بى
“ Berbahagialah orang yang melihat aku dan beriman kepadaku”.(H.R Ath Thabrani dan Al hakim dari Abdullah ibn Busr)
2. Jumlah dan Tingkatan Tabi’in.
Para Tabi’in tidak dapat di hitung jumlahnya, karena setiap mereka yang dapat melihat shahabi di pandang tabi’in dan Rasulullah SAW wafat dengan meninggalkan 100.000 lebih dari para shahabat yang kemudian mengunjungi keberbagai kota dan tersebar keseluruh daerah. Mereka dapat dilihat ,oleh beribu-ribu tabi’in.
Para ahli hadits berbeda pendapat dalam menentukan siapa yang paling utama dari tabi’in.
Menurut ulama Madinah, yang paling utama dari tabi’in adalah Said Ibn Musaiyab (15 H – 94 H)
Menurut pendapat ulama Kufah yang paling utama adalah Alqamah Ibn Qaid an Nakhai (28 s.H- 62 H) Dan al Aswad Ibn Yazid an Nakhai (75 H)
Sebagian mereka mengatakan : Quwais Ibn Qarni az Zahid (37 H)
Menurut pendapat ulama Bashrah, ialah al Hasan al Bashri (21 H- 110 H) sedangkan menurut ulama makkah Atha’ Ibn Abi Rabah. Semua mereka adalah orang- orang yang mempunyai keutamaan dan pengetahuan.
Di antara tokoh- tokoh wanita dari kalangan tabi’in adalah : Hafsah binti Sirien, wafat sesudah tahun 1 H. Amrah binti Abdurrahman (21 H – 98 H). Ummu Darda ash Shugra ad Dimasyqiyah (81 H). Di antara tokoh- tokoh tabi’in, ialah fuqaha’ tujuh di madinah yaitu : Sa’id Ibn Musayyab (15 H – 64 H) Al Qasim Ibn Muhammad Ibn Abu Bakar ash Shiddiq (37 H – 170 H). Urwah bin zubair ( 22 H – 94 H) Kharijah ibn zaid ibn tsabit(29 H–99 H) Sulaiman Ibn Yasar (34 H – 107 H) Ubaidullah bin Abdullah Ibn Utbah Ibn Mas’ud al Hudzali (98 H). abu salamah Ibn Abdurrahman Ibn Auf ( 94 H) ada yang mengatakan, Salim Ibn Abdullah Ibn Umar( 106 H) dan ada yang mengatakan abu Bakar Ibn Abdurrahman ibn Harits Ibn Hisyam al Mahzumi ( 94 H)
3. Kelompok al-Muhadramain.
Di antara Tabi’in ada yang menemui zaman jahiliyah dan zaman Nabi serta memasuki, tetapi tidak dapat melihat Nabi, maka golongan ini di sebut dengan al-Muhadramain.
Di antara kelompok al- Muhadramain ialah :Busyair ibn ‘Amer.
Di namakan Muhadramain ini, karena setiap mereka yang lahir di masa Nabi, akan tetapi tidak dapat meriwayatkan hadits dari padanya; karena tidak pernah mendengarnya dari Nabi, yaitu seperti Abdullah ibn Abi Talhah, Abu Umamah, As’ad ibn sahal ibn Hunaif dan Abu idris Al Khaulaini.
Segolongan ulama menjadiKan golongan ini thabaqat yang kedua dari thabaqat tabi’in.
Perlu juga diketahui dalam hal ini telah terjadi kesilapan bagi sebagian ulama. Ada di antara ulama memasukkan beberapa shahabat kecil kedalam golngan thabi’in, seperti An Nu’man Ibn Muqri’ al Muzani Dan saudaranya Suaid Ibn Muqri kudua-duanya ini termasuk shahabi. Al hakim memasukkannya kedalam golongan tabi’in seperti Yusuf Ibnu Abdullah Ibn Sallam dan Muhammad Ibn Labid, kedua-duanya ini termasuk shahabat kecil. Muslim memasukkannya kedalam Tabi’in.
Ada juga ulama yang memasukkan beberapa tabi’in kedalam golongan shahabat ,seperti AbdurRahman ibn Ghunmim al Asy’ari. Beliau telah di masukkan kedalam golongan shahabat oleh Muhammad Ibn Rabi’ Al jizi.
Tabi’in yang di pandang paling utama ialah Uwais Ibn al Qarn. Menurut pendapat ahmad ialah Said Ibn al Musayyab. Sebenarnya ini bukanlah perselisihan yang hakiki, karena sebenarnya masing-masing mereka mempunyai segi keistemewaan. Dari segi wara’ Uwais adalah yang paling utama. Sedangkan dari segi kealiman Said adalah yang paing utama. Demikanlah pendapat al-Bulqiny.
Di antara tokoh-tokoh tabi’in yang terkemuka ialah fuqaha tujuh, yaitu Said Ibn al-Musayyab, al Qasim Ibn Muhammad Ibn abi Bakar, Urwah Ibn Zubair, Kharijah Ibn Zaid, abu Ayyub Sulaiman Ibn Yassar al-Hilali, Ubaidullah Ibn Abdullah Ibn Umar ibn khattab, ada yang mengatakan Abu Salamah Ibn Abdurrahman Ibn Auf.
Tabi’iyah yang paling utama adalah bintu (putri) Sirin yaitu Hafshah bint Sirin dan Ummu Darda’ yaitu Hujaimah atau Juhaimah. Di kehendaki dengan Ummu Darda’ disini ialah ummu darda’ ash sughra, bukan al-kubra. Adapun yang al-kubra itu ialah sahabat sebanding dengan Hafshah yaitu Amrah binti Abdurrahman.
Daftar Pustaka
Ash-Shidieqy, Tengku Muhammad Hasby, sejarah dan pengantar ilmu hadits, semarang: pustaka rizki putra,2010, cet. Ke-5
Ash-Shidieqy, Tengku Muhammad Hasby, pokok-pokok ilmu dirayah hadits, Jakarta: bulan bintang, 1987
As-Shalih Subhi, membahas ilmu-ilmu hadits, Jakarta: pustaka firdaus, 2009, cet. Ke-8
Nata Abudin, metodologi studi islam, Jakarta: rajawali pers, 2010, cet. Ke. 18
0 komentar:
Posting Komentar