Rabu, 04 Januari 2012

Mualaf Yusuf Burke (1): Pakar Teknik AS Ini Berislam di Indonesia

image Yusuf Burke dibesarkan di New York. Sebagian besar hidupnya ia jalani sebagai penganut Katholik, mulai dari sekolah Katholik hingga universitas. Namun, saat itu ia pun sudah memahami sedikit tentang Islam.

"Ayah saya dulu sempat bepergian ke Malaysia beberapa kali, jadi ia memiliki teman-teman Muslim," tuturnya. Kadang keluarga Yusuf menerima mereka sebagai tamu.

Yusuf selalu memiliki ketertarikan untuk melihat dunia luar, menyaksikan keragaman budaya, begitu pula perbedaan agama. Rasa ingin tahunya itu pun yang membuat ia mempelajari sedikit dasar-dasar Islam saat memeluk Katholik.

"Saat itu saya bersiap mengambil mata kuliah agama dan saya mengenal dasar-dasar Islam. Namun saya tidak benar-benar paham banyak hingga saya pergi ke Indonesia," ungkapya. "Saat itu adalah kali pertama saya pindah dan tinggal di negara bermayoritas Muslim," akunya.

Yusuf belajar kelistrikan di bangku kuliah dan 2 tahun setelah itu ia keluar lalu bergabung bersama tim energi dari General Electric sebagai ahli teknis lapangan. Ia pun mulai kerap bepergian ke luar negeri untuk mengerjakan proyek-proyek tenaga dan membangun pembangkit listrik.

Saat pertama kali ke Indonesia pada 1994, ia pun pergi dalam rangka mengerjakan proyek pendirian pembangkit listrik. Di Indonesia ia mengaku menikmati bertemu dengan orang-orang lokal. "Mereka adalah orang-orang yang sangat ramah dan sangat terbuka serta antusias untuk terlibat obrolan dengan anda karena anda berbeda," katanya menuturkan pengalamannya.

Tinggal di Indonesia ia pun mulai belajar mengenai Islam. Dua tahun berselang, 1996, ia mengikrarkan keislamannya. Saya menikah tak lama setelah itu, kami bepergian lagi, lalu menetap kembali di New York pada 2002 setelah sempat tinggal sebentar di Malaysia, Singapura, Australia dan Thailand pula.

Mengapa ia tertarik Islam? "Saya memiliki pemahaman mendalam tentang Katholik. Saya pikir yang membawa saya pada Islam ialah sifatnya yang logis. Sebagai insinyur, saya sangat mengapresiasi sesuatu yang logis," ungkap Yusuf.

"Itulah yang saya rasakan ketika saya berdiskusi tentang Islam dan tinggal di antara Muslim. Saya merasakan pula persaudaran yang mereka bagi dan itu benar-benar mendorong saya pula." tutur Yusuf.

Ketika ia pergi ke Australia dan Malaysia setelah menjadi Muslim, ia pun mempelajari Islam lebih dalam. "Saya mengambil kelas dan belajar dari orang lain, dan cara mereka membawakan kepada saya benar-benar menusuk dan menggugah kesadaran bahwa seperti inilah cara yang benar." (bersambung)

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari REPUBLIKA.CO.ID

0 komentar: