Allah SWT berfirman: "Dia telah menciptakan manusia dari mani (yang tak berharga)."(Qs. AI-Nahl : 4)
Setiap hari pelbagai perkara kita lalui. Kita sering merasa gembira, suka, sedih, pilu. Kita juga merasa gentar, takut, panik, cemas, malu, kecewa, putus asa. Ada masanya kita berharap tapi hampa. Ada pula tikanya kita kehilangan, kita dikecewakan, kita ditinggalkan.
Kadang-kadang kita perlu membuat pilihan...kita jadi ragu-ragu. Apabila ada yang tidak mengena, kita bertukar marah...benci. Kadang-kadang pula, untuk menjaga hati orang lain, kita perlu korbankan perasaan kita...kita perlu menahan rasa. Kita ingin menjadi baik, tetapi kerap juga tindak kita menyakitkan orang lain. Sungguh kompleks makhluk yang bernama manusia.
Manusia tidak seperti makhluk lain...dia
terpaksa jatuh bangun dan luka hanya untuk
belajar berjalan suatu waktu dahulu. Dia
mengambil masa 7, 8 tahun untuk tahu
membedakan yang mana baik, yang mana tidak.
Itu hanya untuk baru bergelar mumayyiz...
belum lagi usia baligh..untuk bergelar mukallaf..
Ada yang menghadapi kematian seorang
yang dicintai. Ada yang kecewa dalam
percintaan. Ada pula yang terpaksa membuat
pilihan yang pahit dari beberapa pilihan.
Kadangkala kita berhadapan dengan seseorang
yang sangat emosional. Juga dengan seorang
yang non-Muslim, tapi hatinya sudah terlalu lunak
dengan Islam. Dan dalam diri kita sendiri pelbagai
perasaan silih berganti gembira, duka, takut,
cemas, ragu-ragu, syak wasangka dan sebagainya.
Kenapa manusia begitu sekali? Baru semalam ketawa, pagi ini menangis hiba. Baru kemarin cinta, hari ini bertukar bend pula. Minggu lalu bersemangat, minggu ini putus asa. Unik. Seribu perasaan tersembunyi di dalam sekeping hati manusia.
Manusia ibarat sebuah mesin yang hidup.. memiliki kehidupan. Dia bisa merasai ribuan kesakitan...malah manusia juga bisa menikmati ribuan kelezatan. Manusia makhluk yang paling lemah, walau dia terlalu lemah... dia perlu menghadapi terlalu banyak musuh secara fisikal atau maknawi.
Bukan saja lemah, manusia juga tersangat fakir... tetapi kefakiran itu... tetap juga manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang tidak terhitung..
Dia adalah seorang makhluk yang lemah dan hina, terpaksa menelan segala kesakitan tamparan kehilangan dan perpisahan secara beterusan. Itulah yang manusia hadapi setiap hari.
Meskipun ini keadaannya, namun melalui hubungannya dengan Sultan Yang Maha Mulia, dan melalui keimanan serta ubudiyyahnya, dia memperoleh sandaran yang kuat dan sokongan yang utuh yang bisa melindunginya dari segala musuhnya.
Demikian juga, dia memperoleh tempat guna
mendapatkan bantuan untuk menunaikan segala keperluannya dan memenuhi segala keinginan serta cita-citanya. Setiap orang akan merasa bangga dan mulia dengan sebab hubungan dan kedudukannya di sisi ketuanya. Maka begitulah juga keadaannya apabila seseorang yang beriman mempunyai hubungan dengan Tuhannya Yang Maha Berkuasa yang kekuasaanNya tidak berkesudahan,
mempunyai hubungan dengan Tuhan Yang Maha Penyayang yang mempunyai rahmat yang amat luas. Dia pula senantiasa berubudiyyah kepada tuhannya dengan melakukan segala ketaatan dan kesyukuran. Dalam keadaan ini, ajal dan maut di sisinya bertukar dari ketiadaan abadi kepada tiket dan ijin untuk memasuki alam yang kekal abadi!"
0 komentar:
Posting Komentar