Keberadaan Aliran Sesat yang berlindung di balik Legalitas ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sangat meresahkan umat Islam. Apalagi dengan berkedok kegiatan sosial, budaya dan pendidikan Gafatar sudah masuk ke berbagai daerah dari mulai Aceh hingga Papua. Tentu saja hal ini sangat mengancam ‘aqidah umat Islam.
Wakil Ketua Komisi Dakwah Khusus MUI Pusat Ustadz Abu Deedat Syihab, MH mengatakan bahwa ia telah menyampaikan sepak terjang Aliran Sesat Gafatar yang awalnya Bernama Komar (Komunitas Millah Abraham) kepada ketua MUI Pusat KH. Ma’ruf Amin.
“Saya sudah menyampaikan ke KH. Ma’ruf Amin tentang perubahan nama itu,” tuturnya kepada voa-islam.com, Senin (9/4/2012).
Ustadz Abu Deedat juga menyayangkan adanya tokoh budayawan seperti Taufik Abdullah dan juga artis Ray Sahetapy yang turut hadir saat pendeklarasian Gafatar di Gedung Niaga Jakarta Inernational Expo (JIE), Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (21/01/2012)
“ada juga tokoh-tokoh dan artis-artis yang ikut di dalamnya karena mereka tidak paham mungkin. Di antara mereka ada Taufik Ismail dan Ray Sahetapy,” ujar da’i yang aktif sebagai Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Bekasi ini.
Untuk menutupi kesesatan Gafatar nama Nabi Palsu Ahmad Mushoddeq tidak ditampilkan sebab saat ini Mushoddeq memang bukan lagi sekedar Nabi atau Rasul tapi sebagai Mesias. Adapun pernyataan taubat Mushoddeq Jum’at (9/11/2007) beberapa tahun yang lalu adalah Dusta belaka, sebab dalam deklarasi Komunitas Millah Abraham (Komar) di Bandung nama Nabi Palsu pensiunan PNS ini masih ada.
“Posisi Mushoddeq sudah Mesias sekarang bukan lagi Rasul, meskipun sekarang tidak ditimbulkan waktu deklarasi Komar di Bandung itu ada nama dia. Jadi pernyataan bahwa dia sudah taubat dulu itu bohong, cuma Said Aqil Siradj saja yang mau dibohongi, wong dia (Mushoddeq) yang jadi Rasulnya mana mau taubat,” ungkap pakar Kristologi ini.
Ustadz Abu Deedat juga berharap MUI Pusat bisa menindaklanjuti laporan yang telah ia sampaikan tentang kesesatan Gafatar. Ia pun menilai strategi Gafatar membentuk sebuah Ormas sebagai tameng mengikuti pola Ahmadiyah agar seolah sah menyebarkan ajarannya.
“Strategi ini sepertinya mengikuti Ahmadiyah untuk memiliki Legalitas dan seolah sudah sah menjadi ormas,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa bentuk kesesatan Gafatar di antaranya tidak mewajibkan Shalat dan mengganti ibadah haji cukup dengan kongres yang mereka lakukan.
“Mereka tidak mewajibkan shalat, tidak ada Shalat Jum’at termasuk ibadah haji, kalau mereka mengadakan kongres itulah ibadah haji mereka,” imbuhnya.
Di akhir wawancara Ustadz Abu Deedat mengimbau, melihat Ormas Gafatar sudah masuk ke berbagai daerah, Umat Islam hendaknya mencermati keberadaan Gafatar ini, selain itu ia juga meminta aparat pemerintah bisa cepat tanggap menangani Aliran Sesat tersebut jika tidak ingin ada gesekan di tengah masyarakat.
“Jadi umat harus mencermati bahwa itu adalah Aliran Sesat seperti sebelumnya (Al Qiyadah dan Komar) hanya ganti nama saja. Sampai saat ini diperkirakan sudah ada 24 DPD Gafatar yang tersebar di Indonesia, pemerintah harus cepat tanggap menangani masalah ini jika tidak ingin ada gesekan dikemudian hari,” tutupnya. [Ahmed Widad/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar