Jumat, 24 Februari 2012

Walaupun Hanya Membuang Duri di Jalan


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda dalam sebuah hadis bahwa
iman memiliki lebih dari tujuh puluh
cabang. Cabang yang paling tinggi
dari cabang-cabang keimanan adalah
perkataan “ la ilaha illallah” dan
cabang yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan.
Secara tidak langsung, hadis tersebut
juga mengisyaratkan bahwa keimanan
seseorang itu bertingkat-tingkat sesuai
dengan ilmu dan amal yang ia
perbuat. Hanya saja, jangan remehkan
suatu amal kebaikan, sekalipun terlihat
sedikit dan dianggap remeh oleh
manusia. Bisa jadi, Allah subhanahu
wa ta’ala akan mengganjar amalan
yang dikerjakan secara ikhlas tersebut
dengan pahala yang berlipat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengisahkan bahwa ada
seorang laki-laki yang masuk surga
karena ia menyingkirkan duri yang
berada di suatu jalan, yang dilakukan
dengan tujuan agar tidak mengganggu
kaum muslimin. Sebab itu, Allah
subhanahu wa ta’ala menerima amal
baiknya tersebut dan mengganjarnya
dengan balasan yang lebih baik.
Subhanallah … sungguh Maha Luas
rahmat Allah subhanahu wa ta’ala .
Semoga hal ini dapat menjadi ibrah
bagi kita semua. Allahul Muwaffiq.

Alkisah
Ada seorang laki-laki yang sedang
berjalan-jalan di sebuah jalan. Ia
menjumpai rerantingan yang berduri
yang menghambat jalan tersebut,
kemudian ia menyingkirkannya. Lalu ia
bersyukur kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, maka Allah mengampuni
dosa-dosanya.

Dalam sebagian riwayat dari Imam
Muslim dari sahabat Abu Hurairah
pula, beliau berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada seseorang laki-laki yang melewati
ranting berduri berada di tengah
jalan. Ia mengatakan, ‘Demi Allah, aku
akan menyingkirkan duri ini dari kaum
muslimin sehingga mereka tidak akan
terganggu dengannya.’ Maka Allah
pun memasukkannya ke dalam surga.”
Dalam riwayat lain, juga dari sahabat
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Sungguh, aku telah melihat seorang
laki-laki yang tengah menikmati
kenikmatan di surga disebabkan ia
memotong duri yang berada di
tengah jalan, yang duri itu
mengganggu kaum muslimin .”

Kisah sahih di atas diriwayatkan oleh
Imam Al-Bukhari dalam Kitab “Al-
Adzan“, Bab “Fadhlu Tahjir ila Zhuhri“,
no. 652; dan Kitab “Al-Mazhalim “, Bab
“Man Akhadzal Ghuzna wama
Yu’dzinnas fith Thariq“, no. 2472; juga
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
Kitab “Al-Bir wash-Shilah wal Adab“,
no. 1914; dan Kitab “ Al-Imarah “, no.
1914.

Ibrah
Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan bahwa Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman,

“Barang siapa yang menyakiti wali-Ku,
ia berhak mendapatkan permusuhan-
Ku.” (H.r. Abu Ya’la Al-Musili, 14:372)
Para wali Allah subhanahu wa ta’ala
adalah kaum mukminin yang selalu
taat kepada perintah-perintah Allah
subhanahu wa ta’ala dan memiliki
komitmen dengan sunah-sunah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Yang
dimaksud dengan wali Allah
subhanahu wa ta’ala adalah orang
yang berilmu tentang Allah
subhanahu wa ta’ala , selalu
menjalankan ketaatan kepada-Nya,
dan ikhlas dalam beribadah kepada-
Nya.”

Sungguh mulia kedudukan kaum
mukminin di sisi Allah subhanahu wa
ta’ala. Mereka adalah orang-orang
yang mendapatkan kehormatan.
Mereka tidak boleh diusik atau disakiti,
apalagi dimusuhi dan diganggu.
Bahkan dalam sebuah hadis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

“Sesungguhnya, darah-darah kalian
dan harta-harta kalian itu haram
seperti haramnya hari dan bulan
kalian ini.” (H.r. Muslim, 6:245)
Dalam kisah di atas, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menceritakan seseorang yang sedang
berjalan di suatu jalan, kemudian
menjumpai sebuah pohon yang
memiliki banyak duri dan menghalangi
jalan kaum muslimin sehingga dapat
mengganggu orang-orang yang
melewatinya. Kemudian, ia bertekad
kuat untuk memotong dan
membuangnya dengan tujuan
menghilangkan gangguan dari jalan
kaum muslimin. Dengan sebab itu,
Allah subhanahu wa ta’ala
mengampuni dosa-dosanya dan
memasukkan ia ke dalam surga-Nya.
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melihatnya sedang
menikmati kenikmatan di surga
disebabkan amalannya tersebut.
Sungguh, laki-laki tersebut telah
beramal dengan amalan yang terlihat
remeh tetapi ia diganjar dengan
balasan yang teramat besar. Sungguh,
rahmat Allah subhanahu wa ta’ala
mahaluas dan keutamaan-Nya
mahaagung. Apa yang dilakukan laki-
laki tersebut adalah salah satu bagian
kecil dari petunjuk dan syariat yang
telah dibawa oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang
benar bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memerintahkan
kita untuk berbuat sebagaimana yang
telah dilakukan oleh laki-laki tersebut.
Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dari jalan Abu Barzah Al-
Aslami, beliau bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,

“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah
kepadaku suatu amalan yang dapat
bermanfaat bagiku.” Beliau menjawab,
“Singkirkanlah gangguan dari jalan-
jalan kaum muslimin .” (H.r. Muslim,
13:49; Ibnu Majah, 11:78)
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mencela dan
memperingatkan dengan keras dari
perilaku yang dapat mengganggu
kaum muslimin di jalan-jalan mereka,
dalam hal ini Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barang siapa mengganggu kaum
muslimin di jalan-jalan mereka, wajib
atasnya laknat mereka .”

Mutiara kisah
Kisah di atas banyak sekali
mengandung mutiara faedah
berharga, di antaranya:
1. Besarnya keutamaan menyingkirkan
gangguan dari jalan kaum muslimin
dan adanya pahala yang besar yang
diberikan bagi siapa saja yang
melakukannya.
2. Luasnya rahmat Allah subhanahu
wa ta’ala dan agungnya pahala yang
disiapkan buat hamba-hamba-Nya
yang beriman. Allah subhanahu wa
ta’ala memasukkan laki-laki tersebut ke
dalam surga sekaligus dengan sebab
amalannya yang sedikit, yaitu
menyingkirkan gangguan dari jalan
kaum muslimin, karena memang
seseorang masuk surga itu berkat
fadilah Allah subhanahu wa ta’ala
yang dianugerahkan kepadanya,
bukan sekadar karena amalan yang ia
perbuat. Seandainya bukan karena
fadilah Allah subhanahu wa ta’ala ,
tentulah tidak ada seorang pun yang
dapat masuk surganya Allah
subhanahu wa ta’ala . Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, “ Dekatkanlah diri kalian
kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dan tepatilah kebenaran. Ketahuilah,
bahwa tidaklah salah seorang dari
kalian akan selamat (dari neraka)
dengan amalnya .” Mereka
mengatakan, “Apakah engkau juga
demikian, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Demikian juga aku. Hanya
saja, Allah telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepadaku.” (H.r.
Muslim, no. 2816)
3. Pepohonan yang boleh ditebang
dan dibuang adalah pepohonan yang
mengganggu kaum muslimin. Adapun
apabila bermanfaat bagi kaum
muslimin seperti pohon yang
digunakan untuk berteduh manusia
maka tidak boleh ditebang, kecuali
apabila ada maslahat tertentu.
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sangat mendorong kaum
muslimin untuk menanam tanaman-
tanaman atau tumbuhan yang dapat
berbuah dan bermanfaat bagi
manusia. Dalam sebuah hadis,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Tidak seorang muslim pun yang
menanam suatu tanaman melainkan
bagian yang dimakan dari pohon
tersebut adalah sedekah baginya,
bagian yang dicuri dari pohon
tersebut adalah sedekah baginya,
bagian yang dimakan oleh burung-
burung adalah sedekah baginya, serta
bagian yang dikurangi oleh seseorang
juga sedekah baginya.” (H.r. Al-
Bukhari, 8:118; Muslim, 8:176; At-
Tirmidzi, 5:253)
4. Kisah di atas sekaligus merupakan
peringatan keras kepada sebagian
manusia yang tidak hanya enggan
menyingkirkan gangguan dari jalan
tetapi justru membuang sampah-
sampah rumahnya dan sisa-sisa
makanan mereka ke jalan-jalan yang
dilewati kaum muslimin. Akibatnya, hal
itu dapat mengganggu dan
menghambat saudaranya yang lain
yang melewati jalan tersebut.
Wal’iyadzubillah. Seandainya mereka
mengetahui pahala yang akan
diberikan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala kepada siapa saja yang mau
ikhlas berbuat baik kepada sesama
kaum muslimin, tentulah mereka tidak
akan berbuat sedemikian itu.

Wallahu a’lam. Walhamdulillahi Rabbil
’alamin.

0 komentar: