Selasa, 06 Maret 2012

Mustafa Darmawan Sunarja: Nikmatnya Mendengar Azan (Bag 3-habis)

imageSetelah menjadi seorang Muslim, Darmawan senantiasa berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar dirinya bisa menjadi rahmatan lil'alamin di dalam keluarga besarnya. Karena dialah satu-satunya anggota di keluarganya yang menganut keyakinan agama yang berbeda. ‘’Saya harus berbeda secara positif dari sebelumnya,’’ ucapnya.

Ia bertekad untuk memberi teladan bagi keluarga besarnya, khususnya istri dan kedua buah hatinya. Darmawan selalu berupaya mencontoh dan meneladani sosok Rasulullah SAW dalam kehidupan berkeluarga.
Darmawan bersyukur, tidak pernah merasakan sesuatu yang berbeda dari keluarga, teman pengusaha, maupun sahabat-sahabat lamanya. Ia justru merasa semakin nyaman dalam berinterakasi. Kolega dan sahabat-sahabatnya, sangat menghormati pilihannya.

Bahkan, persahabatan dengan teman-teman semasa SMA pun masih terjalin erat. Malah, ia mengaku masih tetap menjalin komunikasi dengan mantan romo pembimbing rohaninya, pada saat masih mahasiswa. Menurut Darmawan, semuanya sangat tergantung bagaimana  menempatkan diri.

‘’Agama adalah pilihan yang bersifat pribadi dan tidak berkaitan dengan interaksi sosial, bukankah Rasullulah SAW juga dapat berinteraksi dengan Yahudi, Nasrani dan yang lainnya, demikian juga dalam muamallah dan perdagangan,’’ paparnya.

Sarjana ilmu komunikasi Unpad itu bersyukur mendapat anugerah yang begitu banyak dari Yang Maha Kuasa. Islam telah mengantarkannya mengelola sebuah usaha yang berhubungan dengan Tanah Suci, yang berulang kali mengantarkannya bertamu ke rumah Allah SWT, yakni Ka’bah.
Lalu bagaimana perasaannya saat pertama kali menginjakan kakinya di kota Makkah dan Madinah? Ia mengaku sangat takjub, kagum, heran, dan merasa tidak percaya akan semua yang sedang terjadi saat pertama kali berada di kedua kota suci bagi umat Islam itu. Air matanya menetes, saat melihat, keagungan kedua kota itu.

‘’Ketika itu, saya ingat ibu yang sudah meninggal dunia. Ingat dosa-dosa saya masa lalu. Saya pun langsung sujud di depan Ka’bah,’’ kisahnya. Peristiwa tersebut terjadi pada 2005,  sebelum ia mengurus pendirian perusahaan perjalanan umrah dan haji.

‘’Pada waktu itu,  di Raudhoh dan di Masjidil Harram saya sempat berharap dan berdoa, akan sangat menyenangkan hidup saya bila saya sering berada di Tanah Suci, melaksanakan umrah. Rupanya, Allah SWT mendengar doa saya,'' tuturnya.

Ia mengaku tertarik dengan dunia travel karena latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang digelutinya dalam bidang perhotelan dan pariwisata. Selain itu, juga ia penggemar berwisata dan juga memiliki jiwa untuk melayani orang REPUBLIKA.CO.ID,

Redaktur: Heri Ruslan

Reporter: Damanhuri Zuhri

0 komentar: