Sabtu, 28 April 2012

Al Isti’adzah

Makna Al Isti’adzah
 
Al Isti’adzah adalah kembali kepada Allah dan bergantung di sisiNya dari segala bentuk kejahatan. Dengan demikian, maka kalimat ‘A’udzu billahi minasyaithani-rrajim’ dapat diuraikan maknanya dengan : “Aku memohon perlindungan kepada Allah dari Syetan yang terkutuk agar ia tidak mencelakakanku dalam urusan agama dan duniaku, atau agar ia tidak menghalangiku untuk mengerjakan apa yang diperintahkan kepadaku, atau agar ia tidak mendorongku untuk melakukan apa yang dilarang”.

Perbedaan Antara Syetan Manusia dan Syetan Jin
 
Apa yang diungkapkan oleh seorang muslim dalam kalimat isti’adzah tersebut secara khusus ditujukan untuk menghadapi syetan yang tidak nampak wujudnya, atau yang sering dikenal dengan syetan dari kalangan jin. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan ‘siasat’ dalam menghadapi syetan dari kalangan manusia dan syetan dari kalangan jin. Bila terhadap syetan berwujud manusia kita diperintahkan untuk melakukan kebaikan demi membujuknya agar kembali ke tabi’atnya yang lurus dan tidak mengganggu kita lagi. Namun terhadap syetan yang berasal dari kalangan jin, kita diperintahkan untuk beristi’adzah karena mereka tidak bisa menerima suap dan hati mereka tidak tergugah dengan sikap dan perlakuan baik kita, sebab pada dasarnya tabiat asal mereka adalah tabiat jahat, dan tidak ada yang bisa melindungi kita dari mereka selain Yang menciptakan mereka ; Allah Azza wa Jalla.

Prinsip ini dijelaskan dengan sangat jelas dalam tiga bagian ayat-ayat Al Qur’an, yaitu :
1. Firman Allah Ta’ala : 


خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ إِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui..” (Al A’raf : 199-200)

2. Firman Allah Ta’ala :

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat : 34-36)

3. Allah Ta’ala berfirman :

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُون َ. وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِين. وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ

“Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Al Mu’minun : 96-98)

Perhatikanlah ketiga kelompok ayat ini ! Ketiganya menunjukkan bagaimana Allah Ta’ala memberikan petunjuk perlakuan yang berbeda dalam menghadapi syetan dari kalangan jin dan manusia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Maka semoga kita termasuk orang yang memahami dan mengamalkan petunjuk tersebut.

Tentang Syaitan
Kata Syaitan dalam bahasa Arab kemungkinan berasal dari salah satu dari dua kata : Pertama, ia berasal dari kata Syathana ; sebuah kata kerja yang berarti telah menjauh. Berdasarkan ini, maka Syaitan itu adalah makhluq yang telah jauh menyimpang dari tabi’at kemanusiaan dan dengan kedurhakaan dan kefasikannya telah jauh dari segala kebaikan. Kedua, Bisa juga Syaitan berasal dari dari bentukan kata Syaatha yang menunjukkan bahwa ia tercipta dari api.

Para ulama berbeda pandangan dalam hal ini. Walaupun sebagian ulama berpandangan bahwa kedua asal kata itu semuanya benar, namun yang paling tepat adalah asal kata yang pertama yaitu bahwa kata Syaitan berasal dari syathana yang berarti menjauh dan menyimpang dari yang seharusnya. Itulah sebabnya –dalam bahasa Arab- makhluk manapun apakah ia berupa jin, manusia atau binatang yang membangkang disebut sebagai syaitan.\

Tentang adanya syaitan dari kalangan jin dan manusia, Allah Ta’ala mengatakan : 

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al An’am : 112)

Sedangkan tentang syaitan dari kalangan manusia secara khusus, Rasulullah saw juga pernah berpesan kepada sahabat Abu Dzar –radhiallahu ‘anhu- : “Wahai Abu Dzar, memohon perlindunganlah engkau kepada Allah dari syaitan-syaitan manusia dan jin.” Maka Abu Dzar berkata : “Apakah pada bangsa manusia juga terdapat syaitan ?”, beliau menjawab : “Iya.” (HR. Ahmad)

Adapun tentang syaitan dari kalangan makhluq lain (binatang), maka Rasulullah saw juga pernah mengatakan : “Shalat (seseorang) itu terputus (disebabkan oleh lewatnya) wanita, keledai dan anjing hitam (di depannya saat ia shalat-pen).” Sahabat Abu Dzar bertanya : “Wahai Rasulullah, mengapa (hanya) anjing hitam (saja), tidak yang merah dan kuning ?” Maka beliau saw menjawab : “Anjing hitam itu adalah syaitan”. (HR. Muslim)

Makna ‘Ar Rajiim’
Kata Ar Rajiim bermakna yang dilempar dan dijauhkan dari segala kebaikan. Allah Ta’ala mengatakan : 

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (Al Mulk : 5)

Allah Ta’ala juga berfirman :

وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ .وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk (tertolak dari segala kebaikan)” (Al Hijr : 16-17)

Namun ada pula sebagian ulama yang mengatakan bahwa makna Ar Rajiim itu adalah yang melempar dan merajam, sebab syaitan itu selalu melemparkan berbagai bentuk was-was, bisikan dan keraguan kepada manusia. Namun pendapat pertamalah yang nampaknya lebih mendekati kebenaran dan masyhur di kalangan para ulama. Wallahu a’lam.
diambil dari : www.wahdah.or.id

0 komentar: