Selasa, 17 April 2012

Akan Ku Jaga Piring IniUntuk Ayah.......


Seorang lelaki bercerita bahwa ia mempunyai ayah yang sudah tua. Dan ia biasanya menghidangkan makanan untuknya dan untuk anak-anaknya dari piring bagus yang terbuat dari porselin dan alumunium atau bahan lainnya.

Akan tetapi untuk ayahnya ia menghidangkannya pada piring yang terbuat dari kayu. Ia meletakkan makanan pada piring kayu tersebut. Begitulah hari demi hari berjalan selama beberapa waktu.

Sampai suatu hari salah seorang anaknya yang masih lugu bertanya, “Ayah, mengapa ayah meletakkan makanan untuk kakek pada piring kayu? Sedangkan ayah meletakkan makanan untuk kami pada piring dari kaca yang bagus ?”

Si ayah tidak mengerti maksud pertanyaan anaknya ini. Ia mengira itu hanyalah pertanyaan sambil lalu begitu saja dan jawabannya sangat mudah dan gampang. Ia berkata pada anaknya,

“Anakku, bukankah kakek sudah tua dan berusia lanjut? jika ayah memberinya makan pada piring yang terbuat dari kaca apalagi yang didatangkan dari cina ini, terus bagaimana nanti jika kakek memecahkannya. Karena matanya sudah lemah dan tangannya juga sudah lemah. Bisa jadi dia menyenggol piring itu dengan tangannya tanpa terlihat olehnya sehingga terjatuh di lantai dan pecah sementara kakek tidak mengetahuinya.”

Lagi-lagi si ayah dikejutkan dengan celotehan anaknya yang masih kecil itu. Si anak berkata kepadanya, “Kalau begitu aku akan menjaga piring kayu ini yah, agar nanti aku dapat menghidangkan makanan untuk ayah dengan piring ini bila usia ayah sudah sama dengan kakek.”

Kalimat ini menghantam si ayah bagaikan sambaran petir. Sadarlah ia, bagaimana ia berbuat, begitulah ia akan diperlakukan. Sebagaimana ia memperlakukan ayahnya, seperti itu pulalah anak-anak akan memperlakukan dirinya. Ia mengerti bahwa apa yang ia lakukan terhadap ayahnya, begitu pulalah nanti ia akan diperlakukan.

Iapun segera bangkit dan menghancurkan piring kayu tadi di hadapan anaknya lalu membuangnya ke tempat sampah. Sesudah itu segera ia mengambil piring terbagus yang ia miliki dan diisinya dengan berbagai hidangan lalu diberikan kepada ayahnya yang renta. Terimakasih anakku, darimu aku bisa belajar menghargai.....

Dikutip dari “Andai Kau Tahu Wahai Anakku” Fathurrahman Muhammad Hasan Jamil, Pustaka At-Tibyan, Solo

0 komentar: