Kamis, 05 April 2012

SEPUTAR PUASA


A.       Definisi ( Pengertian ) Puasa

 Secara bahasa puasa berarti “menahan”.
 Adapun secara istilah puasa berarti “menahan dari makan, minum dan jima’ (bersetubuh) serta hal-hal yang membatalkan puasa dalam rangka ibadah yang dimulai sejak matahari terbit sampai dengan tenggelam”.
Firman Allah U :
فَلآنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُمْ وكُلُوْا وَاشْرَبُوْا
حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلىَ اللَّيْلِ 
“…maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa-apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam .” (QS. Al Baqoroh: 187)

B.       Sejarah Disyariatkannya Puasa

Allah U mewajibkan ibadah puasa kepada umat Muhammad r sebagaimana yang diwajibkan bagi umat-umat yang terdahulu, firman Allah U  :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلىَ الَّذِيْنَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kalian puasa sebagaimana diwajibkan puasa bagi orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa
(QS. Al Baqoroh : 183)

Disyariatkannya ibadah puasa bagi umat Muhammad e jatuh pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijriyyah.

C.       Keutamaan Puasa

Puasa memiliki banyak keutamaan yang disebutkan di dalam Al Qur’an dan As Sunnah, antara lain :
1.        Puasa merupakan ibadah yang paling utama dan ketaatan yang paling besar sehingga Allah U  mewajibkan puasa kepada semua umat manusia sejak dahulu.
 Allah U  :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصّيَامُ
كَمَا كُتِب عَلىَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kalian puasa, sebagaimana diwajibkan puasa bagi orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”
(QS. Al Baqoroh : 183)

2.        Orang yang berpuasa akan mendapat ampunan dari Allah dan pahala yang besar, sebagaimana firman Allah U  :
إِنَّ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِيْنَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِيْنَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِيْنَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِيْنَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِيْنَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِيْنَ فُرُوْجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيْمُا
“Sesungguhnya kaum muslimin dan kaum Muslimat, kaum Mukminin dan kaum Mukminat, orang-orang yang taat laki-laki dan perempuan, orang-orang yang jujur laki-laki dan perempuan, orang-orang yang sabar laki-laki dan perempuan, orang-orang yang suka bersedekah laki-laki dan perempuan, orang-orang yang suka berpuasa laki-laki dan perempuan, orang-orang yang memelihara kehormatan laki-laki dan perempuan, orang-orang yang suka menyebut-nyebut nama Allah banyak sekali, laki-laki dan perempuan, maka Allah menyiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. ”  (QS. Al Ahzab : 35)
dan sabda Rasulullah e :
(( مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ))
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
(HR. Bukhary dan Muslim)
  الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلىَ الْجُمُعَةِ وَ رَمَضَانُ إِلىَ رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُمَا إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at, dan dari Ramadhan ke Ramadhan, menghapus semua dosa yang terjadi di antaranya apabila dijauhi dosa-dosa besar”.
(HR. Muslim)

3.        Puasa berfungsi sebagai tameng (perisai) dari api neraka. Sabda Rasulullah e :
  الصّيِامُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ اْلقِتَالِ
“Puasa itu perisai/penangkal dari api neraka seperti perisai bagi salah seorang kalian dari perang”.
(HR. Ahmad)

4.        Puasa berfungsi sebagai pengekang hawa nafsu syahwat. Sabda Rasulullah e :
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّه ُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَ أَحْصَنُ لِلْفَرَجِ وَ مَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang telah mampu maka menikahlah karena ia lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih membentengi kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa merupakan obat penawar gejolak syahwat”. (HR. Bukhary dan Muslim)

5.        Puasa akan memasukkan ke dalam surga.
عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ t قاَلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ، مُرْنِيْ بِأَمْرٍ يَنْفَعُنِيَ اللهُ بِهِ، قاَلَ : (( عَلَيْكَ بِالصِّيَامِ فَإِنَّهُ لاَ مِثْلَ لَهُ ))
“Dari Abu Umamah t ia berkata : “Wahai Rasulullah, perintahkanlah aku satu amalan yang Allah akan memberiku manfaat dengannya (masuk surga).” Maka beliau bersabda : “Lakukanlah puasa, tak ada amalan yang setara dengannya”. (HR. Nasa’i)

6.        Disediakan pintu khusus di surga bagi orang yang berpuasa, bernama Royyan yang tidak dimasuki kecuali oleh orang yang berpuasa. Sabda Nabi r :
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ،
لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، يُقَالُ  أَيْنَ الصَّائِمُوْنَ، فَيَقُوْلُوْنَ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوْا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ
“Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu yang bernama Ar-Royyan, pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa masuk melewati pintu itu. dan tidak diperkenankan masuk ke dalamnya kecuali mereka. Maka dikatakan : “Mana orang-orang yang berpuasa ?” Maka mereka berkata : Tidak diperkenankan masuk ke dalamnya kecuali mereka, apabila mereka telah memasukinya maka ditutuplah pintu itu dan tidak seorang pun yang masuk ke dalamnya kecuali mereka”. (HR. Bukhary dan Muslim)
7.        Orang yang berpuasa akan diganjar oleh Allah tanpa hitungan.
8.        Orang yang berpuasa akan mendapat dua kesenangan.
9.        Bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum daripada aroma misk, sebagaimana sabda Rasulullah e :  
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، اَلْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلىَ سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، قاَلَ اللهُ تَعَالىَ : (( إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، تَرَكَ شَهْوَتَهُ
وَ طَعَامَهُ وَ شَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ : فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ
وَ فَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ، وَ لَخُلُوْفُ فَمِّ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ
مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ ))
“Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman : “Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat , makan dan minumnya karena Aku”. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi”.
 (HR. Bukhary dan Muslim)

10.     Puasa akan memberi syafaat (pertolongan kepada orang yang berpuasa kelak pada hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah r  :
الصِّيَامُ وَ الْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُوْلُ الصِّيَامُ : أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَ الشَّهْوَةَ فَشَفِّعْنِيْ فِيْهِ. وَ يَقُوْلُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِيْ فِيْهِ فَيَشْفَعَانِ
“Puasa dan Al Qur’an memberi syafaat kepada hamba Allah pada hari kiamat. Puasa berkata : “Wahai Tuhanku, aku telah menghalanginya makan minum dan syahwatnya pada siang hari, maka perkenankanlah aku memberi syafaat baginya”. Dan Al Qur’an pun berkata : “ Aku telah menghalanginya tidur pada malam, maka perkenankanlah aku memberi syafaat baginya.” (HR. Ahmad)

D.       Faedah dan Hikmah Puasa

Puasa memiliki banyak faedah dan hikmah yang dapat dipetik manfaatnya oleh setiap muslim, baik ditinjau dari segi rohani, jasmani (kesehatan) maupun sosial kemasyarakatan, di antaranya :
a.        Puasa melatih seseorang menjadi penyabar dan tahan marah, bersifat kasih sayang, berakhlak yang mulia dan kuat jiwanya dalam mengekang hawa nafsu sehingga tidak selalu menuruti hawa nafsunya..
b.        Puasa akan meningkatkan ketakwaan seorang muslim.
c.        Puasa akan mengingatkan orang yang kaya betapa besar nikmat Allah yang diberikan kepadanya berupa makanan, minuman ataupun kenikmatan seksual, sebab dalam hal ini tidak semua orang dapat memperolehnya.
d.        Puasa akan menghilangkan sifat sombong dari hati seseorang sehingga ia akan bersikap tawadhu (rendah hati) dan lemah lembut.
e.        Puasa akan menjadikan hati bersih dan lembut, hal ini karena perut yang kekenyangan akan membutakan hati dan susah untuk berpikir dan berdzikir kepada Allah.
f.         Puasa akan mempersempit jalan peredaran darah dalam tubuh karena lapar dan dahaga. Dengan demikian, hal itu akan dapat mempersempit jalan pula jalan setan di dalam tubuh, karena setan berjalan di dalam tubuh menurut peredaran darah.
g.        Puasa akan menyehatkan tubuh karena puasa berarti menyedikitkan makan,  mengistirahatkan alat pencernaan sehingga sisa makanan yang membahayakan kesehatan dapat dihancurkan, membersihkan usus-usus, mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di dalam perut.
h.        Puasa akan membiasakan umat Islam untuk hidup disiplin, bersatu, cinta keadilan dan persamaan, juga melahirkan perasaan kasih sayang dalam diri orang-orang beriman dan mendorong mereka berbuat kebajikan.

E.       Tata Cara Puasa

a.        Niat.
Sebelum memulai puasa harus menetapkan niat terlebih dahulu di dalam hati bahwa besok akan melaksanakan ibadah puasa.
Untuk puasa Ramadhan, harus diniatkan sebelum terbitnya fajar, sebagaimana sabda Rasulullah r :
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ النِّيَّةَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
 “Barangsiapa tidak menetapkan niat puasa
sebelum terbit fajar, maka tidak sah puasanya.”
 (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Adapun untuk puasa sunnah tidak mesti sebelum terbit fajar, tapi boleh juga secara tiba-tiba meskipun sudah terbit fajar, sebagaimana riwayat dari ‘Aisyah, ia berkata :
Pada suatu hari Nabi e masuk ke rumah saya, lalu ia bertanya : “Adakah apa-apa (makanan) pada kamu ?” Kami jawab : “Tidak ada.” Maka beliau bersabda : “Maka kalau begitu aku berpuasa. Kemudian ia datang pada kami pada hari yang lain, maka kami berkata : “Ada yang menghadiahkan hais (sejenis makanan) kepada kami.” Sabdanya : “Tunjukkan ia kepadaku, sesungguhnya (tadi) pagi aku dalam keadaan puasa”. Lalu beliau makan”.
(HR. Muslim)

b.        Makan Sahur.
Sebelum berpuasa dianjurkan untuk makan sahur  sebagaimana sabda Nabi e :
تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً
“Bersahurlah kamu sekalian, karena sesungguhnya
dalam sahur itu terdapat barakah .”
 (HR. Bukhary dan Muslim)

c.        Waktu Sahur.
Agama tidak menerangkan dengan rinci kapan seharusnya seseorang bersahur, hanya saja dari riwayat-riwayat yang ada dapat dipahami bahwa sebaiknya sahur dilaksanakan pada akhir malam menjelang terbit fajar / Shubuh.
وكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَض
 مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
"…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al Baqoroh: 187)

Adapun orang yang ketika Adzan Shubuh berkumandang masih memegang gelas minumannya maka hendaklah dia tunaikan hajatnya sampai selesai.  sabda Nabi e :
إِذَا سَمِعَ أَحَدُكُم ْ النِّدَاءَ وَ اْلإِنَاءُ فِيْ يَدِهِ فَلاَ يَضَعْهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ مِنْهُ
“Apabila seseorang dari kalian mendengar suara adzan sedangkan gelas masih berada di tangannya maka janganlah ia letakkan hingga memenuhi hajatnya”
 (HR. Abu Dawud, Ibnu Jarir , Hakim, Baihaqi & Ahmad)

d.        Berbuka Puasa
Dianjurkan untuk segera berbuka puasa apabila sudah datang waktunya, sebagaimana sabda Nabi r :
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ
“Manusia tetap dalam kesejahteraan selama mereka menyegerakan berbuka .” (HR. Bukhary dan Muslim)

Membaca doa ketika berbuka puasa :
 ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ اْلعُرُوْقُ وَ ثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ 
“Hilanglah haus dan basahlah urat-urat, dan
pahalanya pun telah ditetaokan, Insya Allah.”
(HR. Abu Dawud, Daruquthny dan Al Hakim)

F.        Pembatal-Pembatal Puasa

Hal-hal yang membatalkan puasa, antara lain :
a.        Makan dan minum.
b.        Jima’ (bersetubuh).
c.        Mengeluarkan mani dengan sengaja.
d.        Murtad (keluar dari Islam).
e.        Memasukkan sesuatu yang berfungsi sebagai makanan dan minuman ke dalam tubuh, seperti tranfusi darah, injeksi atau infus.
f.         Keluarnya darah haidh dan nifas pada wanita.
g.        Muntah dengan sengaja.

G.       Hal-Hal yang diperbolehkan  dan tidak membatalkan Puasa

Hal-hal yang boleh dilakukan oleh orang yang puasa dan tidak membatalkan puasa, antara lain :
a.        Makan dan minum karena lupa atau mengira fajar belum terbit. Sabda Rasulullah e :
مَنْ نَسِيَ وَ هُوَ صَائِمٌ فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ فَلْيُتِمََّ صَوْمَهُ ،
فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ وَ سَقَاهُ
“Barangsiapa yang makan atau minum karena lupa sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka sempurnakanlah puasanya karena itu adalah makanan dan minuman dari Allah  .”
 (HR. Bukhary dan Muslim)
b.        Memakai celak  atau obat mata.
c.        Mencicipi rasa makanan asal tidak tertelan.
d.        Kemasukan sesuatu ke dalam perut tanpa disengaja, seperti debu, berkumur-kumur atau istinsyaq (mengisap air ke dalam hidung).
e.        Memakai obat tetes mata, telinga atau luka meskipun terasa di tenggorokannya.
f.         Mencium bau-bauan.
g.        Berkumur-kumur atau istinsyaq (mengisap air ke dalam hidung) asalkan tidak berlebih-lebihan sehingga air tidak masuk ke perut.
h.        Bersiwak atau sikat gigi.
i.          Mendinginkan badan dengan cara mandi atau membasahi pakaiannya.
j.          Mencium isteri.
k.        Kop (berbekam).








صوم رمضان

PUASA RAMADHAN


1.        Keutamaan Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia dan banyak sekali keutamaan yang dijumpai di dalamnya, antara lain :
a.        Bulan yang diberkahi oleh Allah.
b.        Pintu-pintu surga dibuka.
c.        Pintu-pintu neraka ditutup.
d.        Setan-setan dibelenggu.
Sabda Rasulullah e :
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةُ
وَ غُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ
“Apabila datang bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka,
dan setan-setan diikat (dibelenggu).”
 (HR. Bukhary dan Muslim)

e.        Waktu yang mustajab untuk berdoa.
 لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُوْ بِهَا فِيْ رَمَضَانَ
“Setiap muslim memiliki doa yang mustajab (terkabulkan) yang ia berdoa dengannya pada bulan Ramadhan.”
 (HR. Ahmad)
ثَلاَثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ : الصَّائِمُ حِيْنَ يُفْطِرُ وَ اْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَ دَعْوَةُ المَظْلُوْمِ
“Tiga hal yang tidak tertolak doa mereka : orang yang puasa ketika berbuka, imam (pemimpin) yang adil, doa orang yang terdzolimi .” (HR. Ahmad)
f.         Terdapat malam Lailatul Qadr yang lebih baik daripada 1000 bulan. (QS Al Qadar : 3)
g.        Al Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan sebagai petunjuk bagi umat manusia dan sebagai penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan batil)”.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْ أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ
هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَان
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil)”
 (QS. Al Baqoroh : 185)

h.        Allah mengunjungi  hambaNya pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapuskan dosa dan  mengabulkan do’a.
i.          Terjadi peristiwa besar yaitu Perang Badar, yang dimenangkan oleh kaum muslimin.
j.          Terjadi pembebasan kota Makkah .

2.        Kapan dan Bagaimana Puasa Ramadhan Diwajibkan ?
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau setelah bulan Sya'ban genap 30 hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila hilal awal bulan Ramadhan disaksikan oleh seorang yang dipercaya. (HR. Muslim, Abu Dawud). Sedangkan awal bulan Syawwal ditentukan dengan kesaksian dua orang yang dipercaya. (HR. Muslim).
صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ أَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ
فَأَكْمِلُوْا شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ
“Puasalah karena kalian melihat hilal, dan berbukalah karena melihat hilal, jika kalian terhalang awan, sempurnakanlah bulan Sya’ban tiga puluh hari.”
 (HR. Bukhary dan Muslim)
Lamanya puasa Ramadhan adalah sebulan atau kalau dengan perhitungan hari bisa 29 dan 30 hari sesuai dengan perhitungan falak atau nampaknya bulan / hilal.
Waktu puasa Ramadhan ialah dari mulai terbit fajar shadiq hingga terbenam matahari, sebagaimana firman Allah U  :
فَلآنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُمْ وكُلُوْا وَاشْرَبُوْا
حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلىَ اللَّيْلِ 
“…maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa-apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam ” (QS. Al Baqoroh : 187)

3.        Syarat Wajibnya Puasa Ramadhan
Adapun syarat-syarat wajibnya puasa Ramadhan ada 4 yaitu : Islam, berakal, dewasa dan mampu.

4.        Kapan Anak Kecil Diperintahkan Puasa 
Para ulama mengatakan : Anak kecil disuruh berpuasa jika kuat, hal ini untuk melatihnya, sebagaimana disuruh sholat pada umur 7 tahun dan dipukul pada umur 10 tahun agar terlatih dan membiasakan diri.


5.        Syarat Sahnya Puasa
Syarat-syarat sahnya puasa ada 6 :
a.        Islam; tidak sah puasanya orang kafir sebelum masuk Islam.
b.        Akal; tidak sah puasanya orang gila sampai kembali berakal.
c.        Tamyiz ( Baligh ); tidak sah puasanya anak kecil sebelum dapat membedakan (yang baik dengan yang buruk).
d.        Tidak haidh; tidak sah puasanya wanita yang haidh sebelum berhenti haidhnya.
e.        Tidak nifas; tidak sah puasanya wanita yang nifas sebelum suci ari nifas.
f.         Niat; dari malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah e
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ النِّيَّةَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum fajar, maka tidah sah puasanya.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah,
Nasa'i dan Tirmidzi)
Dan hadits ini menunjukkan tidak sahnya puasa kecuali diiringi dangan niat sejak malam hari, yaitu dengan meniatkan puasa di salah satu bagian malam.

6.        Sunnah-Sunnah Puasa
Hal-hal yang disunnahkan dalam puasa ada 6 :
a.        Mengakhirkan sahur sampai akhir waktu malam, selama tidak dikhawatirkan terbit fajar.
b.        Segera berbuka puasa bila benar-benar matahari telah terbenam.
c.        Jika dicaci maki, supaya mengatakan : "Saya berpuasa," dan jangan membalas men gejek orang yang mengejeknya, memaki orang yang memakinya, membalas kejahatan orang yang berbuat jahat kepadanya; tetapi membalas itu semua dengan kebaikan agar mendapatkan pahala dan terhindar dari dosa.
d.        Berdo'a ketika berbuka puasa, seperti membaca:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ اْلعُرُوْقُ وَ ثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ 
 “Hilanglah haus dan basahlah urat-urat, dan
pahalanya pun telah ditetaokan, Insya Allah.”
(HR. Abu Dawud, Daruquthny dan Al Hakim)
e.        Berdo'a ketika berbuka puasa sesuai dengan yang diinginkan, karena doa orang yang sedang berpuka puasa itu akan dikabulkan oleh Allah.
f.         Berbuka dengan kurma yang masih segar, jika tidak punya maka dengan kurma kering, dan jika tidak punya cukup dengan air.


7.        Orang Yang Boleh
Meninggalkan Puasa Ramadhan
Diperbolehkan tidak puasa pada bulan Ramadhan bagi 4 golongan :
a.        Orang sakit yang berbahaya baginya jika berpuasa dan orang bepergian (musafir) yang boleh baginya mengqashar (meringkas) sholat. Tidak puasa bagi mereka adalah afdhal (lebih utama), tapi wajib mengqadha (mengganti) di lain hari. Namun, jika mereka berpuasa maka puasa mereka sah (mendapat pahala). Firman Allah Ta’ala :
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain”.   . (QS. Al Baqarah :184)
b.        Wanita haidh dan nifas; mereka tidak berpuasa dan wajib mengqadha (mengganti) di lain hari sebanyak hari yang ditinggalkan. Jika mereka berpuasa maka puasanya tidak sah.
Sabda Rasulullah r ketika mesifati wanita :
أَ لَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَ لَمْ تَصُمْ ؟ قُلْنَ : بَلَى ،
 قَالَ : فَذَلِكَ نُقْصَانِ دِيْنِهَا
“Bukankah jika dia haidh, tidak sholat dan tidak puasa ? Jawab para wanita : “Benar”. Beliau berkata : “Itulah kurang sempurnanya agamanya .” (HR.  Muslim)
c.        Wanita hamil dan menyusui; jika khawatir atas kesehatan anaknya boleh bagi mereka tidak berpuasa dan harus mengqadha dan membayar fidyah dengan memberi makan seorang miskin untuk settiap hari yang ditinggalkan. Adapun jika khawatir atas kesehatan diri mereka sendiri, maka mereka boleh tidak puasa dan harus mengqadha saja.  Berkata Ibnu Umar t :
اَلحَامِلُ وَ الْمُرْضِعُ تُفْطِرُ وَ لاَ تُقْضِي
“Wanita yang hamil dan yang menyusui boleh berbuka (tidak puasa) dan tidak perlu mengqodho”. (Daruquthni)
d.        Orang yang tidak kuat berpuasa karena tua atau sakit yang tidak ada harapan sembuh. Boleh baginya tidak berpuasa dan membayar fidyah dengan memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya.  Firman Allah Ta’ala :
وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah :184)
 Berkata Ibnu ‘Abbas :
رُخِصَ لِلشَّيْخِ الْكَبِيْرِ وَ الْعَجُوْزِ الْكَبِيْرَةِ فِيْ ذَلِكَ
 وَهُمَا يُطِيْقَانِ الصَّوْمَ أَنْ يُفْطِرَا إِنْ شَاءَا وَ يُطْعِمَا كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِيْنًا
 وَ لاَ قَضَاءَ عَلَيْهِمَا
 “Diberi keringanan bagi laki-laki dan wanita yang lanjut  usia dalam hal itu yang keduanya tidak mampu berpuasa, maka mereka boleh berbuka (tidak puasa) bila menghendaki, dan  memberi makan satu orang  miskin setiap harinya, serta tidak perlu mengqodho.”
(HR. Abu Dawud)

Adapun orang yang meninggal dunia dan masih memiliki hutang puasa Ramaadhan, maka diqodho oleh walinya. Sabda Rasulullah e :
مَنْ مَاتَ وَ عَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ
“Barangsiapa yang meninggal dunia dan memiliki hutang puasa maka walinya berpuasa untuknya.”
 (HR. Bukhary dan Muslim)

8.        Hukum jima’ (bersetubuh) pada siang hari bulan Ramadhan
Diharamkan melakukan jima’ (bersetubuh) pada siang hari bulan Ramadhan. Barangsiapa yang melanggarnya maka harus mengqadha dan membayar kaffarah mughallazhah (denda berat) yaitu membebaskan hamba sahaya. Jika tidak mendapatkan, maka berpuasa selama dua bulan berturut-turut; jika tidak mampu maka memberi makan 60 orang miskin; dan jika tidak punya maka bebaslah ia dari kaffarah  (denda) itu. (HR. Abu Dawud)

9.        Kewajiban Orang yang Berpuasa
Orang yang berpuasa, juga yang lainnya, wajib menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan dusta, ghibah (menyebutkan kejelekan orang lain), namimah (mengadu domba), laknat (mendoakan orang agar dijauhkan dari rahmat Allah) dan mencaci maki. Hendaklah ia menjaga telinga, mata, lidah dan perutnya dari perkataan yang haram, penglihatan yang haram, pendengaran yang haram, makan dan minum yang haram. Sehingga puasanya tidak hanya berarti menahan diri dari makan, minum dan syahwat saja. Sabda Rasulullah r :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ  ِللهِ عَزَّ وَ جَلَّ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَ شَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, maka Allah tidak butuh kepada perbuatannya  meninggalkan makan dan minumnya .”
 (HR. Bukhary)
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَ الْعَطَشُ
“Banyak orang yang berpuasa namun bagiannya dari  puasanya hanyalah lapar dan haus .”
 (HR. Ibnu Majah, Darimy, Ahmad dan Baihaqy)
لَيْسَ الصِّيَاُم مِنَ اْلأَكْلِ وَ الشَّرْبِ ،
 إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَ الرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ
أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ : إِنِّيْ صَائِمٌ ، إِنِّيْ صَائِمٌ
“Bukanlah puasa itu hanya menahan diri dari makan dan minum, namun puasa itu menahan diri dari perbuatan yang sia-sia dan keji. Jika ada orang yang mencelamu katakanlah : “Aku sedang puasa, Aku sedang puasa .”
 (HR. Ibnu Khuzaimah dan Hakim)

10.     Ancaman Bagi Yang Membatalkan Puasa Ramadhan Dengan Sengaja
Sabda Rasulullah e :
يقول r  : (( بَيْنَمَا أَنَا نَائِمٌ أَتَانِي رَجُلاَنِ فَأَخَذَا بِضَبُعَيْ فَأَتَيَا بِيْ جَبَلاً وَ عرًّا فَقَالاَ : اصْعُدْ ، فَقُلْتُ : إِنِّيْ لاَ أُطِيْقُهُ فَقَالاَ :سَنُسَهِّلُهُ لَكَ فَصَعَدْتُ حَنَّى إِذَا كُنْتُ فِيْ سَوَادِ الْجَبَلِ إِذَا بِأَصْوَاتٍ شَدِيْدَةٍ قُلْتُ : مًا هَذِهِ اْلأًصْوَاتِ ؟ قَالُوْا : هَذَا عوَاءُ أَهْلِ النَّارِ ثُمَّ انْطَلَقَ بِيْ  فَإِذَا أَنَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِيْنَ بِعُرَاقِيْبِهِمْ ، مُشَقَّقَةٌ أَشْدَاقُهُمْ ، تَسِيْلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا قَالَ : قُلْتُ : مَنْ هَؤُلاَءِ ؟
 قَالَ : الَّذِيْنَ يُفْطِرُوْنَ قَبْلَ تِحْلَةِ صَوْمِهِمْ
“Ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang dua lenganku dan membawaku ke satu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata : “Naik”, aku katakan : “aku tidak sanggup”, keduanya berkata : “kami akan memudahkanmu”, akupun naik hingga ketika sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara yang keras. Akupun bertanya : “Suara apakah ini ?” Mereka berkata : “Ini adalah teriakan penghuni neraka”, kemudian keduanya membawaku, ketika aku melihat orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka rusak / robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya : Siapakah mereka ?” Keduanya menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka”. (HR. An Nasa’I, Ibnu Hibban, Al Hakim)

11.     Hal-hal yang dianjurkan untuk diperbanyak di bulan Ramadhan
Dianjurkan untuk memperbanyak amalan ibadah di bulan Ramadhan, seperti :
a.        Qiyamu Ramadhan (sholat Tarawih) dengan berjamaah.
b.        Sedekah.
c.        Membaca Al Qur’an.
d.        Memberi makan orang yang sedang berpuasa.
e.        Memberi makan orang fakir dan miskin.
f.         Beristighfar (minta ampun) dan bertaubat.
g.        I’tikaf (tinggal di masjid), terutama pada sepuluh hari yang terakhir.
h.        Umrah.
i.          Mempererat silatur rahmi.
j.          Sungguh-sungguh dalam menggapai malam Lailatul Qadar.
k.        Dan lain-lain.

12.     Lailatul Qadar
Lailatul Qadar artinya malam kemuliaan, yaitu malam yang lebih dari seribu bulan. Dianjurkan untuk menggapai malam itu dengan memperbanyak amalan ibadah.  Tidak diterangkan secara pasti kapan adanya Lailatul Qadar, hanya saja banyak hadits yang menerangkan bahwa Lailatul Qadar adanya di tujuh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan. Nabi e sendiri tidak dapat memastikannya. Tanda sudah terjadinya Lailatul Qadar baru bisa diketahui esok harinya di mana matahari terbit dengan memancarkan sinar seperti bulan purnama. Dianjurkan untuk membaca doa :
(( اَللَّهُمَِّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ  ))
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Pengampun, Engkau suka mengampuni maka ampunilah aku.”
 (HR. Lima kecuali Abu Dawud)

13.     Zakat Fitrah
Setiap muslim wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang yang ada di dalam tanggungannya sebanyak satu sha’  = 4 mud       (1 mud = 2 telapak tangan orang dewasa yang ditangkupkan) atau sekitar 2,5 kg makanan pokok di suatu daerah seperti kurma, gandum, anggur kering. Adapun waktu pengeluarannya yang paling utama adalah sebelum sholat ‘Ied, boleh juga sehari atau dua hari sebelumnya dan tidak boleh mengakhirkan pengeluaran zakat fitrah setelah sholat ‘Ied . Zakat fithrah ini dibagikan kepada orang-orang yang miskin.
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ r   زَكَاةَ الْفِطْرِ عَلىَ الْحُرِّ وَ الْعَبْدِ
وَ الذَّكَرِ وَ اْلأُنْثَى وَ الصَّغِيْرِ وَ الْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ،     وَ أَمَرَ بِهَا أَنْ تُأَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ 
“Rasulullah  e telah mewajibkan zakat fitrah bagi orang merdeka dan hamba sahaya (budak), laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang dewasa, dari kaum muslimin. Beliau memerintahkan agar (zakat fitrah tersebut) ditunaikan sebelum orang-orang melakukan shalat ‘Ied”. (HR. Bukhary dan Muslim)
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ r   زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَ الرَّفَثِ وَ طُعْمَةً لِلْمَسَاكِنِ فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَ مَنْ أَدَّاهِا بَعْدَ الصَّلاَةِ – أَيْ صَلاَةِ الْعِيْدِ – فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ
“Rasulullah  e telah mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan ucapan kotor, dan sebagai pemberi makan kepada fakir miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum sholat ‘Ied maka zakatnya diterima, dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah shoplat ‘Ied maka ia adalah sedekah biasa”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

14.     Hari Raya ‘Iedul Fithri
Setelah sebulan penuh berpuasa maka datanglah hari yang berbahagia yaitu hari raya ‘Iedul Fithri yang mana semua kaum muslimin bergembira. Hal-hal yang dianjurkan untuk dikerjakan di dalam menyambut hari raya ‘Iedul Fithri antara lain :
a.        Mandi.
b.        Memakai pakaian yang bersih dan terbaik yang dimilikinya.
c.        Makan beberapa kurma dalam jumlah bilangan yang ganjil sebelum pergi menunaikan sholat ‘Ied.
d.        Mengucapkan selamat hari raya sesama kaum muslimin, seperti ucapan :
(( تَقََّلَ اللهُ مَِّا وَ مِنْكُمْ  ))
“Semoga Allah menerima (amal ibadah kita semua) .”
e.        Pergi ke tanah lapang dengan berjalan kaki dan melalui jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
f.         Mengumandangkan takbir dari rumah sampai tempat pelaksanaan sholat ‘Ied atau sampai dengan datangnya imam.
g.        Sholat ‘Iedul Fithri secara berjamaah di tanah lapang.
h.        Mendengarkan khutbah sampai selesai.

Apabila hari raya jatuh pada hari Jum’at sedangkan kita sudah mengerjakan sholat ‘Ied maka shalat Jum’at boleh diadakan dan boleh tidak. Maksudnya hukum sholat Jum’at yang wajib menjadi gugur dan apabila ia memilih meninggalkannya, maka ia tetap wajib untuk mengerjakan shalat Dhuhur.
Mu’awiyah bin Abu Sufyan bertanya kepada Zaid bin Arqam :
أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ r عِيْدَيْنِ اجْتَمَعَا فِيْ يَوْمَيْنِ ؟ قَالَ : نَعَم . قَالَ : كَيْفَ صَنَعَ ؟ قَالَ : صَلَّى الْعِيْدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمْعَةِ ،
فَقَالَ : مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَضلِّيَ فَلْيُصَلِّ
“Apakah engkau pernah menyaksikan dua hari raya bersama Rasulullah r ?” Jawab Zaid : “Pernah”. Tanya Mu’awiyah : “Lalu apa yang beliau perbuat ?” Jawab Zaid : “Beliau sholat ‘Ied  kemudian memberi rukhsoh (keringanan) pada sholat Jum’at” Beliau berkata : “Barangsiapa yang hendak sholat Jum’at maka sholatlah (HR. Bukhary dan Muslim)

15.     Puasa 6 hari di bulan Syawal
Barangsiapa yang puasa Ramadhan sebulan penuh kemudian disambung dengan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal (kecuali tanggal 1 Syawal) maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa setahun penuh, sebagaimana sabda Nabi e :
 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتَّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang puasa Ramadhan lalu menyambungnya dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka (pahalanya) seperti ia puasa setahun penuh”  (HR. Muslim)

WALLAAHU A’LAMU BISH SHOWAAB

Sumber :
Irwa’ul GholilMuhammad Nashiruddin Al AlbanyShifatu shoumin Nabi r fii Ramadhan
Ali Hasan Ali Abdul HamidSalim bin ‘Ied Al HilalyMinhaajul MuslimAbu Bakar Jabir Al Jazaa’iryRisalah RamadhanAbdullah bin Jaarullah bin Jaarullah Al JaarullahMajaalis Syahru RamadhanMuhammad bin Sholeh Al ‘UtsaiminDuruusu Ramadhan waqofaatu Lish Sho’iminSalman bin Fahd Al ‘Audah

0 komentar: