Rabu, 04 Juli 2012

NABI MUHAMMAD SEBAGAI PENDIDIK

Bila kita sepakat bahwa pendidik yaitu orang yang sengaja mengantarkan murid untuk menjadikannya manusia terdidik yang mampu menjalankan tugas kemanusiaan dan tugas ketuhanan.[1] Sedangkan pendidikan diartikan sebagai sebuah ilmu yang membahas tentang tujuan pengembaraan individu dari segi jasmaniah, pikiran, moral, metode-metode, dan media lainnya yang digunakan untuk merealisasikan tersebut.[2] Maka dalam konteks pengertian ini Nabi Muhammad dapat dikatakan sebagai sosok pendidik agung bagi umat manusia. Meskipun pendidik pertama diyakini dalam umat Islam langsung dari Allah SWT. sedangkan para rasul merupakan manusia sempurna, insan kamil, yang dipilih Allah SWT. menyampikan wahyu melalui bimbngan dan pendidikan. Praktik kehidupan Nabi Muhammad saw. sarat dengan muatan pendidikan, karena pada dasarnya diutusnya Nabi Muhammad saw. Untuk membimbing manusia yang ini berarti beliau berperan sebagai pendidik.

Nabi Muhammad saw. memberikan dorongan kepada para sahabat dalam menuntut ilmu. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi:

“Dari Abi Darda r.a., ia telah berkata saya telah mendengar bahwa Rasulullah saw. bersabda: Siapa saja yang keluar menempuh jalan dengan niat semata-mata menuntut ilmu, maka Allah akan benar- benar meletakkan sayapnya untuk mencari ilmu sebagai tanda ridha (senang) terhadap apa yang dia lakukan itu. Sesungguhnya orang yang alim itu akan selalu dimintakan pengampunan oleh para malaikat yang ada di langit maupun yang ada di bumi, sampai-sampai ikan yang ada di dalam air pada kelebihan dan keutamaan orang yang lain dibanding dengan orang yang gemar beribadah (abid) adalah bulan dengan seluruh bintang-gemintang, para ulama itu memang pewaris para Nabi sedangkan semua Nabi itu tidak mewariskan uang dinar atau dirham. Sesungguhnya yang mereka tinggalkan tiada lain hanyalah ilmu. Maka siapa saja yang melaksanakan warisan para Nabi berarti ia telah memperoleh bagian kebaikan yang baik sekali”.[3] (HR. At-Tirmidzi).

Beliau juga menjelaskan keutamaan mengembangkan ilmu, seperti yang dijelaskan dalam sabdanya:
“Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Allah mengelokkan rupa seseorang yang mendengar hadits kami, kemudian dia menghafalnya dan menyampaikannya. Kadang-kadang orang yang belajar fikih lebih paham dari pada yang mengajarnya, dan acapkali orang yang mengajar fikih dia sesungguhnya bukanlah ahli fikih”.[4]

Muhammad telah mengangkat kelas derajat ilmu ke tingkat yang tertinggi dan menjadikannya sebagai kewajiban pertama bagi kaum muslimin untuk memilikinya. Nabi Muhammad saw. bangkit dari tengah-tengah kaumnya dan mengajarkan mereka supaya manuntut ilmu yang pada hakikatnya adalah merupakan tolok ukur peradaban dan kemajuan. Beliau menanamkan semangat supaya mereka, termasuk keluarga dan para sahabat menuntut ilmu dalam berbagai aspeknya sesuai kemampuan yang dimiliki.
Anjuran Nabi Muhammad terhadap ilmu pengetahuan, khususnya tulis menulis menjadi penting pada saat itu. Ini dikarenakan wahyu yang diturunkan Allah tidak hanya dihapalkan saja, tetapi perlu ditulis agar dapat dipelajari oleh generasi dan umat berikutnya.
Allah SWT. memang memberi kemampuan yang sempurna kepada Rasul-Nya untuk mengajarkan kepada kaumnya seluruh pengetahuan yang diajarkan Allah kepadanya, meskipun dia seorang ummi, tidak bisa membaca dan menulis.
Athiyah al-Abrasyi menyebut Nabi Muhammad saw. sebagai guru pertama dan pendidik umat manusia yang mengajarkan kebenaran dan keadilan sejati[5]yang menjadi tugas dan kewajibannya sebagai pemimpin, pendidik dan utusan Allah sebagai tugas utamanya. Dalam segala hal Nabi Muhammad saw. merupakan seorang guru, pemberi nasihat, penunjuk jalan kebenaran dan pengajar. Majelis beliau sangat luas, di mana saja dan kapan saja beliau dapat memberi pelajaran. Namun karena beliau dan para sahabat lebih banyak menghabiskan waktunya di masjid dalam melakukan aktivitas peribadatan, khususnya shalat, maka beliau menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sejak permulaan Islam, masjid telah menjadi bagian integral dari sistem peribadatan Islam.
Bahkan Nabi memandang bahwa pelajar dan pengajar di dalam masjid digolongkan seperti orang yang jihad di jalan Allah.[6] Bagi Nabi Muhammad saw. masjid merupakan madrasah dan sekaligus kampus tempat beliau duduk di kelilingi sahabat dalam khalaqah menyampaikan pelajaran membaca al-Quran, dzikir, dan aktivitas lain. Pendidikan al-Quran menjadi prioritas utama pendidikan yang diberikan Nabi kepada para sahabat di masjid. Pendidikan al-Quran mencakup bacaan, pemahaman, dan penafsiran. Sedangkan pendidikan membaca al-Quran bagi anak-anak, oleh Nabi menyediakan tempat khusus yang disebut Kuttab. Bahkan Nabi mensyaratkan kepada orang-orang Badui setelah masuk Islam untuk membaca al-Quran.[7] Meskipun di dalam khalaqah Nabi mengajarkan ilmu-ilmu lain, pengajaran al-Quran tetap menempati posisi terpentng karena sumber ilmu pengetahuan yaitu al-Quran.
Tradisi tulis-menulis juga menjadi perhatian lain dari Nabi. Beliau memerintahkan Abdullah ibn Sa’id ibn Ash untuk mengajar keterampilan menulis kepada penduduk Madinah. Ubadah ibn Shamit telah mendidik para penghuni Suffah (emperan masjid Nabawi) tulis-menulis dan membaca. Nabi juga menjadikan pengajaran tulis menulis dan membaca sebagai persyaratan tebusan tawanan perang Badar. Kiranya dari gambaran di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. merupakan sosok pendidik, guru dan pemimpin umatnya.



[1] Abidin Ibnu Rusn, Op.Cit., hlm. 64
[2] Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hm. 20
[3] At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, jilid 4, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), hlm. 312
[4] Ibid., hlm. 298
[5] M.Athiyah Al abrasyi, Op.Cit, hlm. 133
[6] Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 35
[7] Ibid., hlm. 57

0 komentar: